Tak Terima Konvoi Disalip, 30 Sabhara Keroyok Pasutri
A
A
A
MEDAN - Sedikitnya 30 personel Bintara Sabhara Polda Sumut angkatan 2015 dilaporkan mengamuk dan mengeroyok sepasang suami istri (pasutri) di depan anak dan pembantunya saat melintas di Jalan KH Nasution, Kecamatan Medan Johor, Sabtu 25 Juni sekitar pukul 01.30 WIB.
Korban yang diketahui bernama R Harahap (29) didampingi istrinya WO (29) warga Labuhan Batu Utara (Labura) mengatakan, awal mula terjadinya peristiwa memalukan itu saat dia dan rombongan personel Polisi tersebut berjalan dari arah yang sama. Namun, karena laju kendaraan mobil truk dan pikap Polisi berjalan lebih lambat dari mobilnya akhirnya korban berusaha mendahuluinya.
“Kami datang dari arah yang sama, tetapi pas di Jalan Tritura, Simpang Marindal, aku berusaha memotong laju kendaraan mereka (Polisi) tetapi tidak diberikan kesempatan dan selalu dihalangi,” kata dia, Senin (27/6/2016).
Bahkan, sambung dia, saat mobil yang dikendarainya hendak memotong dari kiri, rombongan Polisi tersebut juga mengambil jalur dari kiri. Begitu juga dari arah kanan dan dari jalur tengah, personel Sabhara Polda Sumut itu berusaha menghalangi.
“Kalau aku ke kiri mereka (Polisi) ke kiri, kalau aku ke kanan mereka juga ke kanan begitu juga kalau aku mengambil jalur tengah mereka juga berada di tengah. Disaat aku berada dibelakang mereka (rombongan Polisi), para personel itu mengatakan ‘jangan kau potong’ sambil melemparkan botol air mineral kearah mobilku,” ujar dia menirukan suara para pelaku.
Karena itu, sambung dia, setibanya di lampu merah persimpangan Jalan Karya Jaya, Kecamatan Medan Johor, korban yang akhirnya berhasil mendahului setelah menerobos lampu merah dan kembali menemui para personel Polisi tersebut.
“Aku terpaksa lakukan itu untuk mempertanyakan sikap para Polisi-Polisi itu. Kok begitu tingkah dan cara mereka memperlakukan masyarakat,” sebutnya.
Namun, kata dia, belum lagi dirinya turun dari mobilnya, para pelaku sudah melakukan pengeroyokan dan merusak mobilnya.
“Kalau aku sih tidak apa-apa dipukuli mereka, tetapi dua orang anakku yang masih berusia 3 tahun, dan delapan bulan apa jadinya. Apalagi ada juga anak pembantuku di dalam mobil itu yang masih duduk di kelas satu SMP,” sebut dia.
Sementara, tambah dia, di dalam mobilnya hanya dirinya sendiri laki-laki. “Didalam mobil itu hanya aku laki-laki, jilbab istriku sampai terlepas dari kepalanya.
Dia berteriak histeris dan tak sanggup melihat gerombolan Polisi itu berlagak seperti preman mengeroyok kami di dalam mobil,” terangnya.
Bahkan, beberapa dari sejumlah personil Bintara Sabhara itu juga ada yang memukul istrinya dari belakang.
“Mereka menyentuh istriku dari belakang selain memukuli aku dan merusak mobilku dihadapan anak-anakku yang masih kecil. Ini sungguh perbuatan keji dan sudah saya laporkan ke Propam dan Polresta Medan perihal penganiayaan ini,” ucap dia.
Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut AKBP Rina Sari Ginting menceritakan kisah yang berbeda.
Menurut mantan Kapolresta Binjai ini, dari hasil pemeriksaan sementara sedikitnya 15 personel yang diduga melakukan penganiayaan itu diperiksa Polisi.
“Ada 15 personel yang diperiksa, dari hasil pemeriksaan oleh bidang Profesi dan Pengamanan (Propam), benar pada hari Sabtu 25 Juni telah terjadi perusakan mobil jenis Agya yang dilakukan Personel Dit Sabhara Polda Sumut di Jalan KH Nasution tepatnya di Simpang Jalan Karya Jaya,” kata dia.
Saat itu mobil dinas Polri jenis truk dan pikap sama-sama melintas, namun mobil Agya yang dikendarai korban digas saat berada di sampaing rombongan Polisi sambil mengacungkan jari tangannya ke arah personil Dit Sabhara yang sedang berhenti. Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai korban kembali berbalik arah dan kembali berhenti di samping mobil Dalmas Polisi.
“Setelah itu personel tersebut langsung mengerumuni mobil korban hingga terjadi adu mulut. Namun, saat itu pengemudi mobil Agya terus menggas-gas mobilnya yang menggunakan knalpot Racing. Karena itu, anggota Dit Sabhara langsung memukuli mobil korban. Tetapi tidak ada diantara para personil itu yang memukuli pengemudi dan penumpangnya,”ujarnya.
Dia menjelaskan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap para personel tersebut. “Semua pelaku berpangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda),” jelasnya.
Korban yang diketahui bernama R Harahap (29) didampingi istrinya WO (29) warga Labuhan Batu Utara (Labura) mengatakan, awal mula terjadinya peristiwa memalukan itu saat dia dan rombongan personel Polisi tersebut berjalan dari arah yang sama. Namun, karena laju kendaraan mobil truk dan pikap Polisi berjalan lebih lambat dari mobilnya akhirnya korban berusaha mendahuluinya.
“Kami datang dari arah yang sama, tetapi pas di Jalan Tritura, Simpang Marindal, aku berusaha memotong laju kendaraan mereka (Polisi) tetapi tidak diberikan kesempatan dan selalu dihalangi,” kata dia, Senin (27/6/2016).
Bahkan, sambung dia, saat mobil yang dikendarainya hendak memotong dari kiri, rombongan Polisi tersebut juga mengambil jalur dari kiri. Begitu juga dari arah kanan dan dari jalur tengah, personel Sabhara Polda Sumut itu berusaha menghalangi.
“Kalau aku ke kiri mereka (Polisi) ke kiri, kalau aku ke kanan mereka juga ke kanan begitu juga kalau aku mengambil jalur tengah mereka juga berada di tengah. Disaat aku berada dibelakang mereka (rombongan Polisi), para personel itu mengatakan ‘jangan kau potong’ sambil melemparkan botol air mineral kearah mobilku,” ujar dia menirukan suara para pelaku.
Karena itu, sambung dia, setibanya di lampu merah persimpangan Jalan Karya Jaya, Kecamatan Medan Johor, korban yang akhirnya berhasil mendahului setelah menerobos lampu merah dan kembali menemui para personel Polisi tersebut.
“Aku terpaksa lakukan itu untuk mempertanyakan sikap para Polisi-Polisi itu. Kok begitu tingkah dan cara mereka memperlakukan masyarakat,” sebutnya.
Namun, kata dia, belum lagi dirinya turun dari mobilnya, para pelaku sudah melakukan pengeroyokan dan merusak mobilnya.
“Kalau aku sih tidak apa-apa dipukuli mereka, tetapi dua orang anakku yang masih berusia 3 tahun, dan delapan bulan apa jadinya. Apalagi ada juga anak pembantuku di dalam mobil itu yang masih duduk di kelas satu SMP,” sebut dia.
Sementara, tambah dia, di dalam mobilnya hanya dirinya sendiri laki-laki. “Didalam mobil itu hanya aku laki-laki, jilbab istriku sampai terlepas dari kepalanya.
Dia berteriak histeris dan tak sanggup melihat gerombolan Polisi itu berlagak seperti preman mengeroyok kami di dalam mobil,” terangnya.
Bahkan, beberapa dari sejumlah personil Bintara Sabhara itu juga ada yang memukul istrinya dari belakang.
“Mereka menyentuh istriku dari belakang selain memukuli aku dan merusak mobilku dihadapan anak-anakku yang masih kecil. Ini sungguh perbuatan keji dan sudah saya laporkan ke Propam dan Polresta Medan perihal penganiayaan ini,” ucap dia.
Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut AKBP Rina Sari Ginting menceritakan kisah yang berbeda.
Menurut mantan Kapolresta Binjai ini, dari hasil pemeriksaan sementara sedikitnya 15 personel yang diduga melakukan penganiayaan itu diperiksa Polisi.
“Ada 15 personel yang diperiksa, dari hasil pemeriksaan oleh bidang Profesi dan Pengamanan (Propam), benar pada hari Sabtu 25 Juni telah terjadi perusakan mobil jenis Agya yang dilakukan Personel Dit Sabhara Polda Sumut di Jalan KH Nasution tepatnya di Simpang Jalan Karya Jaya,” kata dia.
Saat itu mobil dinas Polri jenis truk dan pikap sama-sama melintas, namun mobil Agya yang dikendarai korban digas saat berada di sampaing rombongan Polisi sambil mengacungkan jari tangannya ke arah personil Dit Sabhara yang sedang berhenti. Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai korban kembali berbalik arah dan kembali berhenti di samping mobil Dalmas Polisi.
“Setelah itu personel tersebut langsung mengerumuni mobil korban hingga terjadi adu mulut. Namun, saat itu pengemudi mobil Agya terus menggas-gas mobilnya yang menggunakan knalpot Racing. Karena itu, anggota Dit Sabhara langsung memukuli mobil korban. Tetapi tidak ada diantara para personil itu yang memukuli pengemudi dan penumpangnya,”ujarnya.
Dia menjelaskan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap para personel tersebut. “Semua pelaku berpangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda),” jelasnya.
(sms)