Wali Kota Solo Tetapkan Status Darurat Bencana
A
A
A
SOLO - Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menetapkan status darurat bencana menyusul meluapnya Sungai Bengawan Solo hingga mengakibatkan ribuan kepala keluarga mengungsi. Status darurat bencana berlangsung tiga hari mulai Senin (20/6/2016).
Penetapan status darurat bencana sehari setelah banjir merendam ribuan rumah yang tersebar di empat kecamatan, Minggu 19 Juni 2016 dini hari lalu.
Penetapan terkait pencairan dana tanggap bencana di pos tak terduga APBD Kota Solo senilai Rp2 miliar.
"Saat banjir, saya tidak bisa menetapkan darurat bencana karena posisi sebagai rakyat yang juga terkena banjir," tandas Rudy, sapaan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Senin (20/6) siang. Sehingga sehari kemudian, dirinya baru menetapkan status darurat bencana.
Melalui penetapan status darurat bencana, maka dana tanggap bencana dapat dicairkan. Selain itu, kerusakan infrastruktur akibat luapan air sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut dapat langsung diperbaiki.
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) telah diinstruksikan untuk menginvetarisasi kerusakan infrastruktur, termasuk pemukiman penduduk yang rusak juga perlu didata. Pemkot Solo juga menyiapkan langkah jangka panjang dalam penanganan bencana.
Seperti perbaikan pintu air di Jurug yang mengakibatkan puluhan rumah di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres terendam banjir.
Serta memperbaiki tanggul yang sudah lapuk terkikis banjir, dan menambah pintu air di anak Sungai Bengawan Solo. Pemkot akan mengundang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dalam membahas langkah strategis penanganan jangka panjang.
Salah satunya mengenai penambahan pompa air di pintu air di anak Sungai Bengawan Solo.
Rudy akan memberikan masukan kepada BBWSBS agar menggeser pintu air Demangan. Sehingga ke depan lebih dekat dengan hilir Sungai Bengawan Solo dan memudahkan proses pemompaan air dari kota.
Dirinya khawatir pintu air Demangan akan jebol jika tidak digeser. Sebab air yang dipompa keluar tidak langsung ke Bengawan Solo. Terlebih usia pintu air Demangan sudah ratusan tahun.
Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Gatot Sutanto mengatakan, warga yang mengungsi kini telah kembali ke rumah setelah air surut mulai Minggu (19/6) malam.
Kini ketinggian air di anak sungai sudah dalam posisi normal. "Warga kembali beraktivitas untuk membersihkan material sisa banjir," terang Gatot Sutanto.
Pihaknya menerjunkan relawan untuk membantu membersihkan sisa banjir. Tercatat ada 4.716 Kepala Keluarga yang sempat mengungsi.
Penetapan status darurat bencana sehari setelah banjir merendam ribuan rumah yang tersebar di empat kecamatan, Minggu 19 Juni 2016 dini hari lalu.
Penetapan terkait pencairan dana tanggap bencana di pos tak terduga APBD Kota Solo senilai Rp2 miliar.
"Saat banjir, saya tidak bisa menetapkan darurat bencana karena posisi sebagai rakyat yang juga terkena banjir," tandas Rudy, sapaan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Senin (20/6) siang. Sehingga sehari kemudian, dirinya baru menetapkan status darurat bencana.
Melalui penetapan status darurat bencana, maka dana tanggap bencana dapat dicairkan. Selain itu, kerusakan infrastruktur akibat luapan air sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut dapat langsung diperbaiki.
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) telah diinstruksikan untuk menginvetarisasi kerusakan infrastruktur, termasuk pemukiman penduduk yang rusak juga perlu didata. Pemkot Solo juga menyiapkan langkah jangka panjang dalam penanganan bencana.
Seperti perbaikan pintu air di Jurug yang mengakibatkan puluhan rumah di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres terendam banjir.
Serta memperbaiki tanggul yang sudah lapuk terkikis banjir, dan menambah pintu air di anak Sungai Bengawan Solo. Pemkot akan mengundang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dalam membahas langkah strategis penanganan jangka panjang.
Salah satunya mengenai penambahan pompa air di pintu air di anak Sungai Bengawan Solo.
Rudy akan memberikan masukan kepada BBWSBS agar menggeser pintu air Demangan. Sehingga ke depan lebih dekat dengan hilir Sungai Bengawan Solo dan memudahkan proses pemompaan air dari kota.
Dirinya khawatir pintu air Demangan akan jebol jika tidak digeser. Sebab air yang dipompa keluar tidak langsung ke Bengawan Solo. Terlebih usia pintu air Demangan sudah ratusan tahun.
Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Gatot Sutanto mengatakan, warga yang mengungsi kini telah kembali ke rumah setelah air surut mulai Minggu (19/6) malam.
Kini ketinggian air di anak sungai sudah dalam posisi normal. "Warga kembali beraktivitas untuk membersihkan material sisa banjir," terang Gatot Sutanto.
Pihaknya menerjunkan relawan untuk membantu membersihkan sisa banjir. Tercatat ada 4.716 Kepala Keluarga yang sempat mengungsi.
(nag)