Melongok Aktivitas Warga Kampung Mualaf Peninggalan Belanda

Senin, 13 Juni 2016 - 20:54 WIB
Melongok Aktivitas Warga...
Melongok Aktivitas Warga Kampung Mualaf Peninggalan Belanda
A A A
BLITAR - Di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, ada sebuah dusun yang disering disebut Kampung Mualaf. Di dusun ini, terdapat puluhan warga yang menjadi mualaf sejak tahun 1990-an hingga saat ini.

Pada bulan suci Ramadhan, dusun ini banyak membuat berbagai kegiatan keagamaan, apa saha? Berikut liputannya.

Kampung Mualaf berada di Dusun Sekargadung, Desa Balerejo, Kecamatan Pangungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dusun ini awalnya adalah daerah perkebunan cokelat dan kelapa yang dikelola warga Belanda.

Kegiatan ekonomi di daerah ini mengundang masyarakat dari berbagai daerah dan agama untuk datang bercocok tanam di sini. Sehingga, lima agama tumbuh subur di Dusun Sekargadung, dan mereka hidup berdampingan.

Belakangan, Dusun Sekargadung justru dikenal sebagai Kampung Mualaf. Penyebabnya, ada puluhan warganya yang menjadi mualaf. Pada bulan Ramadhan, warga mualaf banyak yang belajar mengaji di musala-musala dekat rumah mereka.

Mereka belajar dengan didampingi para santri yang datang dari pondok pesantren, dan khusus mengajar warga selama bulan suci Ramadhan. Seperti terlihat di musala Mambaul Hisan misalnya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, setiap selesai salat zuhur, warga mualaf belajar mengaji. Ada yang masih belajar membaca huruf Arab, ada juga yang sudah fasih membaca ayat-ayat suci Alquran.

Suprihatin, salah satu mualaf mengatakan, sesuai bersyahadat ketika berusia 17 tahun, dia memilih langsung menimba ilmu di pondok pesantren selama empat tahun sebelum kembali ke kampungnya.

"Ini saya lakukan untuk mempertebal ilmu agama Islam yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan selama anak-anak hingga remaja," katanya, kepada wartawan, Senin (13/6/2016).

Suprihatin saat ini lebih fasih membaca Alquran dibandingkan teman mualaf yang lainnya. Saat Ramadhan seperti saat ini, dia mengajak warga mualaf lainnya untuk belajar mengaji bersama-sama di musala.

"Saya menjadi mualaf sejak umur 17 tahun, lalu pergi ke pondok selama empat tahun. Saya berharap mualaf yang lain benar-benar mempelajari agama Islam dan mengamalkan," paparnya.

Tidak hanya belajar di musala, mualaf yang ingin belajar di rumah, para santri akan telaten mendampingi mereka. Faktor usia bukan menjadi penghalang bagi para mualaf ini untuk tetap belajar membaca Alquran.

Suremi, tokoh agama Dusun Sekargadung mengatakan, sejak awal tahun 90-an hingga saat ini, ada 53 warga non-Muslim yang menjadi mualaf. Bahkan, ada satu keluarga yang memutuskan menjadi mualaf.

Data para mualaf ini tercacat rapi, dibawa oleh tokoh agama Dusun Sekargadung, dan Kementrian Agama Kabupaten Blitar.

Salah seorang anggota keluarga yang memutuskan untuk menjadi mualaf itu adalah Sami (62). Dia mengatakan, meski tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan, dia dan empat anaknya kini menjadi telah Muslim.

"Anak saya empat, semua menjadi mualaf. Saya berharap nanti mendapat jalan yang lurus," ungkapnya.

Meski belum lancar membaca doa-doa salat, Sami mengaku tetap menjalankan ibadah salat lima waktu. Bahkan, berkerja dengan keadaan puasa. Dia berharap, disisa usianya nanti bila dipanggil sang khalik bisa mendapatkan jalan yang lurus.

Semenatar itu, Misbaqul Munir, salah satu satri pondok pesantren Lirboyo, Kediri mengatakan, ada 36 santri yang dikirim pondok pesantren Lirboyo ke Dusun Sekargadung saat bulan Ramadhan ini.

"mereka disini hingga menjelang hari raya Idul Fitri, untuk membimbing dan berbagi ilmu dengan warga, khusunya para mualaf di Dusun Sekargadung," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1153 seconds (0.1#10.140)