Nabil, Siswa Tuna Netra yang Menjadi Hafiz Alquran
A
A
A
YOGYAKARTA - Bermodalkan motivasi menjadi seorang ustaz, Muhammad Nabil Salim Asqolani terus berusaha menghafal dan memahami ayat suci Alquran. Sebagai kaum muslim memang wajib mengimani Alquran sebagai pedoman dan petunjuk umat manusia, tetapi Nabil juga ingin jika nanti cita-citanya tercapai, syiarnya benar murni berasal dari kalam Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Tapi yang menginspirasi adalah, Nabil merupakan anak berkebutuhan khusus yaitu penyandang tunanetra. Kekurangannya itu tak sedikitpun menyurutkan niat dan semangatnya menghafal seluruh isi Alquran.
Remaja yang pada bulan Agustus depan genap berusia 14 tahun itu tak sedikitpun berkecil hati karena dia meyakini segala ketetapan Sang Pencipta pasti ada hikmahnya.
Saat ini Nabil duduk di bangku kelas 7 MTs LB/A Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. "Saya cita-cita jadi ustaz. Insya Allah," kata Nabil saat ditemui Koran SINDO di sekolahnya, Jumat 10 Juni kemarin.
Putra pertama dari tiga bersaudara itu saat ini hafal dua juz Alquran, yaitu juz 29 dan 30. Bukan persoalan kuantitas juz yang telah dia hafal, tapi dari sisi keterbatasan dibarengi semangat hidup yang patut dicontoh oleh umat muslim lainnya.
Meski di sekolahnya telah disediakan Alquran braile lengkap dari juz 1 sampai juz 30, Nabil mengaku sering kesulitan jika menemui Alquran yang kurang jelas hurufnya. "Saya juga sering lupa tajwidnya," aku Nabil sambil tersenyum.
Dia secara pribadi pun memiliki target tiap kali hafalan yaitu mampu menghafal 3 - 5 ayat tergantung panjang pendeknya. Selain itu, saat ini dia juga tengah belajar menghafal hadis Nabi Muhammad SAW.
Cerita lain soal Nabil, saat menginjak bangku sekolah dasar, dia mengaku pernah juara lomba baca Alquran. "Tapi hanya tingkat kecamatan. Aku ingin lomba tingkat nasional, internasional, bisa masuk tv," imbuh Nabil sesekali diselingi membaca Alquran braile miliknya.
Di bulan Ramadhan ini, Nabil terus mencoba meningkatkan kualitas iman dan takwanya kepada Allah. Meski tergolong masih di bawah umur, Nabil ternyata sudah puasa full satu hari penuh. Bahkan kewajiban puasa Ramadhan telah dijalaninya sejak kelas satu sekolah dasar.
"Alhamdulillah puasanya lancar. Sejak kelas satu SD sudah puasa sehari penuh. Kalau pas TK puasa bedug," ujar Nabil.
Di MTs LB/A Yaketunis, Nabil menginap di asrama sekolah. Tiap sepekan sekali dia dijemput keluarga pulang ke rumah di daerah Godean, Sleman.
Lingkungan dan fasilitas asrama memang mendukung kegiatan para siswa di bidang agama, seperti perpustakaan, koleksi buku agama braile, musala, hingga Alquran braile.
Tapi yang menginspirasi adalah, Nabil merupakan anak berkebutuhan khusus yaitu penyandang tunanetra. Kekurangannya itu tak sedikitpun menyurutkan niat dan semangatnya menghafal seluruh isi Alquran.
Remaja yang pada bulan Agustus depan genap berusia 14 tahun itu tak sedikitpun berkecil hati karena dia meyakini segala ketetapan Sang Pencipta pasti ada hikmahnya.
Saat ini Nabil duduk di bangku kelas 7 MTs LB/A Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. "Saya cita-cita jadi ustaz. Insya Allah," kata Nabil saat ditemui Koran SINDO di sekolahnya, Jumat 10 Juni kemarin.
Putra pertama dari tiga bersaudara itu saat ini hafal dua juz Alquran, yaitu juz 29 dan 30. Bukan persoalan kuantitas juz yang telah dia hafal, tapi dari sisi keterbatasan dibarengi semangat hidup yang patut dicontoh oleh umat muslim lainnya.
Meski di sekolahnya telah disediakan Alquran braile lengkap dari juz 1 sampai juz 30, Nabil mengaku sering kesulitan jika menemui Alquran yang kurang jelas hurufnya. "Saya juga sering lupa tajwidnya," aku Nabil sambil tersenyum.
Dia secara pribadi pun memiliki target tiap kali hafalan yaitu mampu menghafal 3 - 5 ayat tergantung panjang pendeknya. Selain itu, saat ini dia juga tengah belajar menghafal hadis Nabi Muhammad SAW.
Cerita lain soal Nabil, saat menginjak bangku sekolah dasar, dia mengaku pernah juara lomba baca Alquran. "Tapi hanya tingkat kecamatan. Aku ingin lomba tingkat nasional, internasional, bisa masuk tv," imbuh Nabil sesekali diselingi membaca Alquran braile miliknya.
Di bulan Ramadhan ini, Nabil terus mencoba meningkatkan kualitas iman dan takwanya kepada Allah. Meski tergolong masih di bawah umur, Nabil ternyata sudah puasa full satu hari penuh. Bahkan kewajiban puasa Ramadhan telah dijalaninya sejak kelas satu sekolah dasar.
"Alhamdulillah puasanya lancar. Sejak kelas satu SD sudah puasa sehari penuh. Kalau pas TK puasa bedug," ujar Nabil.
Di MTs LB/A Yaketunis, Nabil menginap di asrama sekolah. Tiap sepekan sekali dia dijemput keluarga pulang ke rumah di daerah Godean, Sleman.
Lingkungan dan fasilitas asrama memang mendukung kegiatan para siswa di bidang agama, seperti perpustakaan, koleksi buku agama braile, musala, hingga Alquran braile.
(sms)