Bubur Peca, Menu Takjil Hanya Ada di Masjid Tertua Samarinda

Senin, 06 Juni 2016 - 01:19 WIB
Bubur Peca, Menu Takjil Hanya Ada di Masjid Tertua Samarinda
Bubur Peca, Menu Takjil Hanya Ada di Masjid Tertua Samarinda
A A A
SAMARINDA - Ada tradisi khusus yang selalu ditunggu oleh warga Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) saat Ramadhan. Tradisi itu adalah berbuka dengan Bubur Peca.

Tradisi berbuka puasa dengan hidangan bubur ini terus dilakukan secara turun temurun. Bubur Peca, menjadi sajian khas Masjid Shiratal Mustaqim sejak didirikan pada tahun 1881. Masjid tertua di Kota Samarinda ini terus mempertahankan tradisi itu hingga kini.

Masjid Shiratal Mustaqim sendiri adalah masjid paling bersejarah dalam perjalanan Provinsi Kalimantan Timur. Lokasinya berada di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang. Masjid ini didirikan pada tahun 1881 oleh Said Abdurachman Bin Assegaf, ulama yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat setelah mendapat restu dari Raja Kutai kala itu, Sultan Aji Muhammad Sulaiman.

Tak ada yang berubah dari masjid ini hingga sekarang. Semuanya masih asli, tanpa ada perubahan mendasar dari bangunan masjid. Tidak hanya bangunan, beberapa tradisi pun tetap bertahan.

Di bulan puasa, banyak pengunjung yang sengaja datang untuk melihat keunikan dari bangunan bersejarah ini maupun tradisinya. Salah satu yang ditunggu saat berbuka adalah Bubur Peca.

Bubur ini selalu menjadi sajian utama di setiap hidangan buka puasa. Jika ada hidangan lain, tentu itu adalah menu tambahan. Namun, umumnya Bubur Peca disajikan bersama segelas susu dan air mineral. Setiap hari nantinya ada ratusan piring dihidangkan.

Bubur Peca dibuat bersama secara swadaya oleh warga sekitar masjid. Demikian pula dengan biaya pembuatannya, semua dilakukan secara bergiliran.

Bubur Peca sama persis dengan bubur lainnya yang terbuat dari beras. Bedanya hanya di bumbu dan rempah-rempah yang menjadi campuran bubur. Ini yang membuat banyak pengunjung, baik dari Kota Samarinda, maupun luar kota sengaja datang untuk berbuka di masjid ini menikmati kelezatan bubur peca.

“Tradisi Bubur Peca ini memang harus kita lestarikan karena mulai zaman dahulu sudah ada Bubur Peca ini. Bubur Peca ini dilestarikan karena selain sudah tradisi, memang manfaatnya buat yang berbuka puasa di Masjid Shiratal Mustaqim ini dia mudah dicerna oleh lambung. Bubur Peca ini berasal dari kata Peca, bahasa Bugis artinya lembut. Jadi dia masuk lemah, berbeda dengan nasi,” kata pengurus Masjid Shiratal Mustaqim Abdurahman Amin, Minggu 5 Juni 2016.

Masjid Shiratal Mustaqim kini menjadi simbol syiar islam bagi warga Kota Samarinda. Dalam sejarahnya, orang pertama yang tinggal dan membangun Samarinda adalah pendatang dari Sulawesi Selatan yang telah beragama Islam. Para pendatang diizinkan oleh Kesultanan Kutai untuk membangun pemukiman di kawasan yang kini bernama Samarinda.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7953 seconds (0.1#10.140)