Peresmian Joglo Lava Bantal oleh Sultan HB X Disambut Banjir Bandang
A
A
A
YOGYAKARTA - Aliran Kali atau Sungai Opak di bantaran Objek Wisata Geo Heritage, Lava Bantal tiba-tiba meluap saat Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Rumah Joglo di kawasan tersebut, Senin (30/5/2016). Padahal, cuaca di sekitar perkampungan Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman itu cerah, tak ada hujan dan aliran sungai sebelumnya tidak deras.
"Sudah biasa, aliran sungai ini kan dari atas. Misal kawasan lereng Merapi hujan, alirannya sampai sini. Mungkin di utara (sekitar Merapi) turun hujan, sehingga aliran sungai ini meluap," kata Maryadi, Kabag Pembangunan, Desa Jogotirto disela-sela acara peresmian itu, Senin (30/5/2016).
Dia mengaku kawasan itu masih perlu banyak pembenahan, seperti batas pengunjung agar tidak berdekatan dengan aliran sungai. Sebab, sangat dimungkinkan jika pengunjung di kawasan tersebut mengabaikan keselamatan saat berselfie ria.
"Disini kebanyakan orang berselfie-selfie dengan latar belakang batu purba. Idealnya harus ada batas aman jika melakukan selfie. Walau belum ada kejadian (tercebur saat selfie), tapi kalau ada pembatas itu setidaknya lebih aman," urainya.
Maryadi mengaku pengelola objek wisata selalu mengingatkan pengunjung jika membahayakan dirinya sendiri. Pengelola dari perkampungan Watuadeg dan sekitarnya juga melakukan komunikasi inten dengan pihak lain terkait situasi dan kondisi Sungai Opak.
Dia menyampaikan pengelolaan objek wisata masih dikelola kelompok-kelompok desa sadar wisata setempat. Tidak ada retribusi, biaya masuk untuk menikmati kawasan tersebut. Hanya saja, pengunjung dibebani biaya parkir yang dikelola masyarakat.
"Pendapatan hanya dari tempat parkir yang dikelola masyarakat. Sebagian masuk kas kampung, bukan kas desa (Jogotirto), kemudian sebagian lagi diperuntunkan pengelola," jelasnya.
Jika hari-hari biasa, kata dia, jumlah pengunjung ditaksir sekitar 150 - 200 orang. Sementara jika hari libur seperti Minggu, pengunjung jauh lebih banyak, sekitar 300an lebih. Jumlah itu diperoleh dari kalkulasi penerimaan biaya parkir pengunjung.
Dalam kesempatan itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X berharap agar masyarakat maupun pengunjung untuk saling menjaga. Raja Kraton Yogyakarta ini tak ingin kawasan geopark itu rusak oleh tangan jahil dengan mencoret-coret batu dan media lain dengan cat semprot.
"Saya mohon jangan dirusak kehadiran wisata Lava Bantal ini. Jangan sampai mencukil bebatuan, menulis dengan cat dan sebagainya karena ini memiliki nilai sejarah geologis yang penting," katanya.
Usai meresmikan rumah Joglo di sebelah timur bantaran aliran sungai itu, Sultan sempat melihat-lihat luapan Sungai Opak yang membesar. Semula, bebatuan di bantaran sungai itu telihat jelas, namun karena debit air melimpah, bebatuan jadi tak terlihat.
"Sudah biasa, aliran sungai ini kan dari atas. Misal kawasan lereng Merapi hujan, alirannya sampai sini. Mungkin di utara (sekitar Merapi) turun hujan, sehingga aliran sungai ini meluap," kata Maryadi, Kabag Pembangunan, Desa Jogotirto disela-sela acara peresmian itu, Senin (30/5/2016).
Dia mengaku kawasan itu masih perlu banyak pembenahan, seperti batas pengunjung agar tidak berdekatan dengan aliran sungai. Sebab, sangat dimungkinkan jika pengunjung di kawasan tersebut mengabaikan keselamatan saat berselfie ria.
"Disini kebanyakan orang berselfie-selfie dengan latar belakang batu purba. Idealnya harus ada batas aman jika melakukan selfie. Walau belum ada kejadian (tercebur saat selfie), tapi kalau ada pembatas itu setidaknya lebih aman," urainya.
Maryadi mengaku pengelola objek wisata selalu mengingatkan pengunjung jika membahayakan dirinya sendiri. Pengelola dari perkampungan Watuadeg dan sekitarnya juga melakukan komunikasi inten dengan pihak lain terkait situasi dan kondisi Sungai Opak.
Dia menyampaikan pengelolaan objek wisata masih dikelola kelompok-kelompok desa sadar wisata setempat. Tidak ada retribusi, biaya masuk untuk menikmati kawasan tersebut. Hanya saja, pengunjung dibebani biaya parkir yang dikelola masyarakat.
"Pendapatan hanya dari tempat parkir yang dikelola masyarakat. Sebagian masuk kas kampung, bukan kas desa (Jogotirto), kemudian sebagian lagi diperuntunkan pengelola," jelasnya.
Jika hari-hari biasa, kata dia, jumlah pengunjung ditaksir sekitar 150 - 200 orang. Sementara jika hari libur seperti Minggu, pengunjung jauh lebih banyak, sekitar 300an lebih. Jumlah itu diperoleh dari kalkulasi penerimaan biaya parkir pengunjung.
Dalam kesempatan itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X berharap agar masyarakat maupun pengunjung untuk saling menjaga. Raja Kraton Yogyakarta ini tak ingin kawasan geopark itu rusak oleh tangan jahil dengan mencoret-coret batu dan media lain dengan cat semprot.
"Saya mohon jangan dirusak kehadiran wisata Lava Bantal ini. Jangan sampai mencukil bebatuan, menulis dengan cat dan sebagainya karena ini memiliki nilai sejarah geologis yang penting," katanya.
Usai meresmikan rumah Joglo di sebelah timur bantaran aliran sungai itu, Sultan sempat melihat-lihat luapan Sungai Opak yang membesar. Semula, bebatuan di bantaran sungai itu telihat jelas, namun karena debit air melimpah, bebatuan jadi tak terlihat.
(sms)