Kisah Runtuhnya Majapahit dan Bangkitnya Islam di Tanah Jawa
A
A
A
Majapahit kerajaan besar yang membentang dari ujung utara Sumatera, Selat Malaka hingga ke Papua mulai melemah akibat perang saudara selama lima tahun yang terkenal dengan Perang Paregreg (1401-1406 M).
Akibat Perang inilah Kerajaan Majapahit dibawah jurang kehancuran.
Sehingga kurang melakukan pengawasan terhadap beberapa kerajaan yang sebelumnya berada di bawah panji Majapahit yang kemudian mulai melepaskan diri.
Misalnya, tahun 1405 daerah Kalimantan Barat direbut Kerajaan China, lalu disusul lepasnya Palembang, Melayu, dan Malaka yang tumbuh sebagai bandar-bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit.
Kemudian lepas pula daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara. Hal ini diperparah dengan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi setelah Perang Paregreg. Akibatnya perekonomian dan arus perdagangan Kerajaan Majapahit menjadi menurun.
Disaat yang sama penguasa Kekhalifahan Turki Utsmani Sultan Muhammad I (1394-1421 M) mulai mengirimkan misi dakwah Islam yang berjumlah sembilan tokoh ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada 1404 M. Sembilan tokoh yang kemudian disebut Wali Songo angkatan pertama ini kemudian mendarat di Gresik.
Wali Songo angkatan pertama maisng-masing, Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik; berasal dari Turki yang merupakan ahli mengatur negara dan berdakwah di Jawa bagian timur. Kedua Maulana Ishak berasal dari Samarkand dekat Bukhara-Uzbekistan/Rusia.
Dia ahli pengobatan, setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudera Pasai dan wafat di sana. Ketiga Syekh Jumadil Qubro, berasal dari Mesir. Dia berdakwah keliling, makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, dia berdakwah keliling, wafat tahun 1465 M, makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Lalu Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri. Kemudian, Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran, ahli pengobatan, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri.
Ke tujuh Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina berdakwah keliling, wafat pada 1462 M dan makamnya disamping Masjid Banten Lama. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling, wafat pada 1462 M, makamnya disamping Masjid Banten Lama.
Yang terakhir Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat. (Baca: Kisah Syekh Subakir, Penumbal Tanah Jawa). Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada 1462 M dan wafat di sana.
Setelah sampai di Tanah Jawa Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai berdakwah dengan mengajak Prabu Brawijaya V raja Majapahit kala itu untuk memeluk Islam (Baca: Kisah Raja Brawijaya V Menjadi Mualaf). Dakwah ini juga dilakukan oleh delapan anggota Wali Songo lainnya di beberapa wilayah yang menjadi daerah kekuasan Majapahit. Langkah Wali Songo periode pertama ini akhirnya dilanjutkan oleh para Wali Songo lainnya hingga periode keempat.
Sehingga perkembangan agama Islam di Tanah Jawa yang pesat melahirkan masyarakat yang bersifat demokratis dan tidak mau mengakui kekuasaan raja Majapahit sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama Islam menggoncangkan sendi-sendi kehidupan keagamaan dan kepercayaan pada masyarakat Majapahit, yang masih menganut agama Hindu. Sehingga para adipati yang beragama Islam membebaskan diri dan tidak tunduk lagi pada perintah-perintah raja Majapahit.
Pada masa yang hampir bersamaan di Tiongkok pada masa Dinasti Ming juga telah berdiri kekuasan Islam. Bahkan Kekaisaran Tiongkok ini mengirimkan misi ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.
Laksamana Cheng Ho bersama 27.000 pasukannya sempat singgah di Gresik pada 1406 M. Pada saat singgah di Tanah Jawa ini sekitar 170 pasukan Laksamana Cheng Ho tewas dibunuh prajurit Majapahit yang salah paham saat akhir Perang Paregreg. Akibatnya Kaisar China meminta raja Majapahit yang berkuasa harus membayar ganti rugi 60.000 tahil. Hal ini juga berakibat fatal bagi Majapahit karena kehilangan wibawa dengan kerajaan bawahan.
Faktor lain yang membuat kemunduran Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, karena banyak berdiri Kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Samudra Pasai di Aceh, Kesultanan Malaka, Kesultanan Ternate, Tidore dan Gowa Tallo yang notabene adalah bekas wilayah kekuasaan Majapahit.
Puncaknya Kesultanan Demak Bintoro yang berdiri di Jawa Tengah dan menggantikan kekuasaan Majapahit di Tanah Jawa. Karena Pendiri Kerajaan Demak Raden Patah dianggap sebagai putra Majapahit terakhir.
Karena itu, sejumlah kerajaan pengikut Majapahit mulai meninggalkan Kerajaan Hindu terbesar ini untuk bergabung dengan Demak Bintoro.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit juga disebabkan tidak adanya tokoh besar seperti Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang dapat mempersatukan keluarga kerajaan dan kerajaan bawahan serta mempertahankan wilayah yang sangat luas.
Sumber:
Akibat Perang inilah Kerajaan Majapahit dibawah jurang kehancuran.
Sehingga kurang melakukan pengawasan terhadap beberapa kerajaan yang sebelumnya berada di bawah panji Majapahit yang kemudian mulai melepaskan diri.
Misalnya, tahun 1405 daerah Kalimantan Barat direbut Kerajaan China, lalu disusul lepasnya Palembang, Melayu, dan Malaka yang tumbuh sebagai bandar-bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit.
Kemudian lepas pula daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara. Hal ini diperparah dengan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi setelah Perang Paregreg. Akibatnya perekonomian dan arus perdagangan Kerajaan Majapahit menjadi menurun.
Disaat yang sama penguasa Kekhalifahan Turki Utsmani Sultan Muhammad I (1394-1421 M) mulai mengirimkan misi dakwah Islam yang berjumlah sembilan tokoh ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada 1404 M. Sembilan tokoh yang kemudian disebut Wali Songo angkatan pertama ini kemudian mendarat di Gresik.
Wali Songo angkatan pertama maisng-masing, Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik; berasal dari Turki yang merupakan ahli mengatur negara dan berdakwah di Jawa bagian timur. Kedua Maulana Ishak berasal dari Samarkand dekat Bukhara-Uzbekistan/Rusia.
Dia ahli pengobatan, setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudera Pasai dan wafat di sana. Ketiga Syekh Jumadil Qubro, berasal dari Mesir. Dia berdakwah keliling, makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, dia berdakwah keliling, wafat tahun 1465 M, makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Lalu Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri. Kemudian, Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran, ahli pengobatan, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri.
Ke tujuh Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina berdakwah keliling, wafat pada 1462 M dan makamnya disamping Masjid Banten Lama. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling, wafat pada 1462 M, makamnya disamping Masjid Banten Lama.
Yang terakhir Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat. (Baca: Kisah Syekh Subakir, Penumbal Tanah Jawa). Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada 1462 M dan wafat di sana.
Setelah sampai di Tanah Jawa Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai berdakwah dengan mengajak Prabu Brawijaya V raja Majapahit kala itu untuk memeluk Islam (Baca: Kisah Raja Brawijaya V Menjadi Mualaf). Dakwah ini juga dilakukan oleh delapan anggota Wali Songo lainnya di beberapa wilayah yang menjadi daerah kekuasan Majapahit. Langkah Wali Songo periode pertama ini akhirnya dilanjutkan oleh para Wali Songo lainnya hingga periode keempat.
Sehingga perkembangan agama Islam di Tanah Jawa yang pesat melahirkan masyarakat yang bersifat demokratis dan tidak mau mengakui kekuasaan raja Majapahit sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama Islam menggoncangkan sendi-sendi kehidupan keagamaan dan kepercayaan pada masyarakat Majapahit, yang masih menganut agama Hindu. Sehingga para adipati yang beragama Islam membebaskan diri dan tidak tunduk lagi pada perintah-perintah raja Majapahit.
Pada masa yang hampir bersamaan di Tiongkok pada masa Dinasti Ming juga telah berdiri kekuasan Islam. Bahkan Kekaisaran Tiongkok ini mengirimkan misi ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.
Laksamana Cheng Ho bersama 27.000 pasukannya sempat singgah di Gresik pada 1406 M. Pada saat singgah di Tanah Jawa ini sekitar 170 pasukan Laksamana Cheng Ho tewas dibunuh prajurit Majapahit yang salah paham saat akhir Perang Paregreg. Akibatnya Kaisar China meminta raja Majapahit yang berkuasa harus membayar ganti rugi 60.000 tahil. Hal ini juga berakibat fatal bagi Majapahit karena kehilangan wibawa dengan kerajaan bawahan.
Faktor lain yang membuat kemunduran Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, karena banyak berdiri Kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Samudra Pasai di Aceh, Kesultanan Malaka, Kesultanan Ternate, Tidore dan Gowa Tallo yang notabene adalah bekas wilayah kekuasaan Majapahit.
Puncaknya Kesultanan Demak Bintoro yang berdiri di Jawa Tengah dan menggantikan kekuasaan Majapahit di Tanah Jawa. Karena Pendiri Kerajaan Demak Raden Patah dianggap sebagai putra Majapahit terakhir.
Karena itu, sejumlah kerajaan pengikut Majapahit mulai meninggalkan Kerajaan Hindu terbesar ini untuk bergabung dengan Demak Bintoro.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit juga disebabkan tidak adanya tokoh besar seperti Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang dapat mempersatukan keluarga kerajaan dan kerajaan bawahan serta mempertahankan wilayah yang sangat luas.
Sumber:
- Wikipedia.
- Buku Wali Songo, Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404-1482), Rachmad Abdullah, Al Wafi Solo, April 2015
.
(sms)