Ekonomi Kreatif Tulang Punggung Perekonomian Nasional
A
A
A
MALANG - Pemerintah terus menggenjot pengembangan ekonomi kreatif. Salah satunya dengan pengembangan kota kreatif, yang menjadi ruang bagi para pelaku industri kreatif untuk terus berkembang dan membangun jejaring antarkota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Ekonomi kreatif berbasis pada pengembangan ide dan gagasan kreatif. Di sini ekonomi bergerak dinamis, mengikuti proses dan inovasi yang terus terjadi. Kreativitas sebuah kota juga sangat diwarnai potensi lokal, keberagaman, dan adanya penghormatan terhadap perbedaan.
Pengembangan ekonomi kreatif berbasis pada potensi lokal masing-masing daerah. Besarnya kekuatan dan potensi ekonomi kreatif Indonesia tersebut mengemuka dalam konferensi Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016 di Harris Hotel and Convention, Kota Malang.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Triawan Munaf menjelaskan, ekonomi kreatif harus terus dikembangkan secara berkelanjutan karena potensinya sangat besar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. ”Ekonomi kreatif, berbasis pada inovasi, dan proses bersama. Tentunya dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dalam mengembangkannya, untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini memang ada tantangan untuk pengembangan ekonomi kreatif tersebut. Persaingan juga semakin ketat, baik tantangan dari dalam maupun luar negeri. Tetapi Indonesia memiliki peluang besar untuk bertransformasi melakukan penguatan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif sebagai bagian utama dalam membangun kota kreatif, menurut Triawan, harus dibangun dari bawah, bukan didikte dari atas. ”Potensi lokal sebagai identitas daerah dan berbasis pada masyarakat menjadi potensi keberhasilan dalam membangun kota kreatif yang berkelanjutan,” terangnya.
Upaya yang bisa dilakukan pemerintah yakni membuat strategi perluasan pasar, baik di dalam dan luar negeri. Termasuk memberikan fasilitas untuk proses kreatif, membangun jaringan kreatif dan rantai produksi, memberikan akses ke sumber modal, serta pengembangan sumber daya manusia.
Selain itu, pemerintah juga harus berperan memberikan perlindungan serta dukungan kepada pelaku usaha pemula. Mengingat usaha pemula ini paling rentan mengalami kegagalan. ”Perlindungan dan dukungan itu bisa dalam bentuk pembangunan sentra-sentra usaha untuk pemula dan menyiapkan kapasitas sumber dayanya agar tidak sampai mengalami kegagalan,” tandasnya.
Wali Kota Malang M Anton menuturkan, saat ini pihaknya terus menyediakan ruang publik sebagai ruang apresiasi dan berkreatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Yang sudah dilakukan di antaranya penyediaan dan perbaikan taman-taman kota sehingga lebih representatif menjadi ruang kreatif bersama masyarakat.
Upaya membangun kota kreatif ini, menurutnya juga terus melibatkan anak-anak muda yang terus berinovasi dan bergerak dinamis. Salah satunya dengan memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan keahlian di dunia digital. ”Kami juga menggandeng perguruan tinggi dan komunitas kreatif dalam mengembangkan kota kreatif. Selain itu juga menggandeng dunia usaha melalui dana CSR-nya untuk pengembangan ruang publik,” tuturnya.
Guru besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Sardono W Kusumo mengatakan, bagian terpenting dalam pembangunan kota kreatif adalah pada proses kreatif, bukan hanya bertumpu kepada hasil saja. Ujung tombak kegiatan kreatif adalah generasi muda.
Pemerintah pun diharapkan mampu membaca arah kecenderungan masyarakat ke depan. ”Dibutuhkan talenta, toleransi, dan teknologi untuk membangun kota kreatif. Proses kreatif tidak diberikan tetapi dibentuk. Peran pemerintah, komunitas kreatif, pelaku kreatif, dan akademisi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kota kreatif,” ungkapnya.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yang turut hadir sebagai salah satu pembicara konferensi ICCC 2016 mengatakan, kota kreatif harus mampu menjaga kultur heterogen dan ruang dialog yang sehat agar tetap tumbuh subur sebagai aset membangun kreativitas.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil menjelaskan, agar kota kreatif bisa membangun proses kreatif secara berkelanjutan, sebuah kota harus terus memperbanyak ruang publik yang bisa menjadi ruang bertemu masyarakat. ”Kita harus terus membangun interaksi sosial masyarakat sebagai modal membangun kota kreatif. Selain itu, harus dibangun penguatan wacana sebagai bagian penting dalam membangun kota kreatif,” ungkapnya.
Asisten Konsulat Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Kyeong-youn yang menjadi salah satu tamu penting di konferensi ICCC 2016 menuturkan, Kota Malang memiliki perkembangan ekonomi yang pesat, utamanya didukung dari sektor wisata. ”Pengembangan sektor wisata ini tentunya merupakan hasil kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, banyak orang Korea Selatan yang datang ke Indonesia dan selalu ingin berkunjung serta berwisata ke Kota Malang. Saat ini, antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan sudah banyak membangun kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, serta alih teknologi pesawat tempur. ”Tentunya kami juga ingin membangun kerja sama yang baik dengan Kota Malang, karena potensi budaya dan ekonomi kreatifnya sangat besar,” ungkap Lee dalam bahasa Indonesia yang sangat fasih.
Ekonomi kreatif berbasis pada pengembangan ide dan gagasan kreatif. Di sini ekonomi bergerak dinamis, mengikuti proses dan inovasi yang terus terjadi. Kreativitas sebuah kota juga sangat diwarnai potensi lokal, keberagaman, dan adanya penghormatan terhadap perbedaan.
Pengembangan ekonomi kreatif berbasis pada potensi lokal masing-masing daerah. Besarnya kekuatan dan potensi ekonomi kreatif Indonesia tersebut mengemuka dalam konferensi Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016 di Harris Hotel and Convention, Kota Malang.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Triawan Munaf menjelaskan, ekonomi kreatif harus terus dikembangkan secara berkelanjutan karena potensinya sangat besar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. ”Ekonomi kreatif, berbasis pada inovasi, dan proses bersama. Tentunya dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dalam mengembangkannya, untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini memang ada tantangan untuk pengembangan ekonomi kreatif tersebut. Persaingan juga semakin ketat, baik tantangan dari dalam maupun luar negeri. Tetapi Indonesia memiliki peluang besar untuk bertransformasi melakukan penguatan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif sebagai bagian utama dalam membangun kota kreatif, menurut Triawan, harus dibangun dari bawah, bukan didikte dari atas. ”Potensi lokal sebagai identitas daerah dan berbasis pada masyarakat menjadi potensi keberhasilan dalam membangun kota kreatif yang berkelanjutan,” terangnya.
Upaya yang bisa dilakukan pemerintah yakni membuat strategi perluasan pasar, baik di dalam dan luar negeri. Termasuk memberikan fasilitas untuk proses kreatif, membangun jaringan kreatif dan rantai produksi, memberikan akses ke sumber modal, serta pengembangan sumber daya manusia.
Selain itu, pemerintah juga harus berperan memberikan perlindungan serta dukungan kepada pelaku usaha pemula. Mengingat usaha pemula ini paling rentan mengalami kegagalan. ”Perlindungan dan dukungan itu bisa dalam bentuk pembangunan sentra-sentra usaha untuk pemula dan menyiapkan kapasitas sumber dayanya agar tidak sampai mengalami kegagalan,” tandasnya.
Wali Kota Malang M Anton menuturkan, saat ini pihaknya terus menyediakan ruang publik sebagai ruang apresiasi dan berkreatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Yang sudah dilakukan di antaranya penyediaan dan perbaikan taman-taman kota sehingga lebih representatif menjadi ruang kreatif bersama masyarakat.
Upaya membangun kota kreatif ini, menurutnya juga terus melibatkan anak-anak muda yang terus berinovasi dan bergerak dinamis. Salah satunya dengan memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan keahlian di dunia digital. ”Kami juga menggandeng perguruan tinggi dan komunitas kreatif dalam mengembangkan kota kreatif. Selain itu juga menggandeng dunia usaha melalui dana CSR-nya untuk pengembangan ruang publik,” tuturnya.
Guru besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Sardono W Kusumo mengatakan, bagian terpenting dalam pembangunan kota kreatif adalah pada proses kreatif, bukan hanya bertumpu kepada hasil saja. Ujung tombak kegiatan kreatif adalah generasi muda.
Pemerintah pun diharapkan mampu membaca arah kecenderungan masyarakat ke depan. ”Dibutuhkan talenta, toleransi, dan teknologi untuk membangun kota kreatif. Proses kreatif tidak diberikan tetapi dibentuk. Peran pemerintah, komunitas kreatif, pelaku kreatif, dan akademisi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kota kreatif,” ungkapnya.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yang turut hadir sebagai salah satu pembicara konferensi ICCC 2016 mengatakan, kota kreatif harus mampu menjaga kultur heterogen dan ruang dialog yang sehat agar tetap tumbuh subur sebagai aset membangun kreativitas.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil menjelaskan, agar kota kreatif bisa membangun proses kreatif secara berkelanjutan, sebuah kota harus terus memperbanyak ruang publik yang bisa menjadi ruang bertemu masyarakat. ”Kita harus terus membangun interaksi sosial masyarakat sebagai modal membangun kota kreatif. Selain itu, harus dibangun penguatan wacana sebagai bagian penting dalam membangun kota kreatif,” ungkapnya.
Asisten Konsulat Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Kyeong-youn yang menjadi salah satu tamu penting di konferensi ICCC 2016 menuturkan, Kota Malang memiliki perkembangan ekonomi yang pesat, utamanya didukung dari sektor wisata. ”Pengembangan sektor wisata ini tentunya merupakan hasil kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, banyak orang Korea Selatan yang datang ke Indonesia dan selalu ingin berkunjung serta berwisata ke Kota Malang. Saat ini, antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan sudah banyak membangun kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, serta alih teknologi pesawat tempur. ”Tentunya kami juga ingin membangun kerja sama yang baik dengan Kota Malang, karena potensi budaya dan ekonomi kreatifnya sangat besar,” ungkap Lee dalam bahasa Indonesia yang sangat fasih.
(poe)