Muhammadiyah Siap Tampung Keluarga Siyono
A
A
A
KLATEN - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah Zainuddin Ahpandy mendatangi keluarga Siyono, Rabu (30/3/2016). Siyono tewas setelah diamankan Densus 88.
Pertemuan Dahnil, Zainuddin, dan keluarga Siyono berlangsung tertutup. "Kami mengecek kesiapan Bu Suratmi dan keluarga berkenaan dengan permintaan keluarga agar PP Muhammadiyah melakukan advokasi terhadap keluarga beliau. Jadi PP Muhammadiyah dan PP Pemuda Muhammadiyah akan melakukan advokasi sampai selesai terhadap almarhum Siyono dan keluarga," ungkapnya.
Dahnil menegaskan, almarhum Siyono bukan kader Muhammadiyah. Namun begitu, Muhammadiyah merasa terpanggil dan memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan keadilan bagi keluarga Siyono. Sesuai tuntutan Suratmi, ibu lima anak itu menginginkan keadilan atas kejanggalan kematian suaminya.
"Bukan karena apa agama Siyono dan latar belakangnya. Bukan juga kami tidak ingin membuktikan apakah betul Siyono terkait jejaring teroris atau yang lain. Namun yang ingin kami lakukan adalah keadilan untuk keluarga,” kata dia.
Upaya menuntut keadilan akan dimulai dengan autopsi jenazah Siyono dalam waktu dekat. PP Muhammadiyah telah membentuk tim dokter forensik yang terdiri dari 5-8 dokter ahli.
Tim dokter berasal dari perguruan tinggi Muhammadiyah dan RS milik Muhammadiyah. Selama menunggu proses autopsi, PP Muhammadiyah menugaskan KOKAM untuk menjaga kediaman almarhum Siyono berkaitan dengan keamanan keluarga.
"Autopsi akan segera kami lakukan, kami tidak bisa sebutkan kapan. Yang jelas tim dokter forensik Muhammadiyah sudah siap, kami sudah bentuk tim dokter forensik. Autopsi belum kami bicarakan secara spesifik. Apakah akan dilaksanakan di sini atau dibawa ke RS Muhammadiyah terdekat," jelasnya.
Setelah proses autopsi, PP Muhammadiyah segera membawa kasus tersebut untuk dilaporkan ke pihak berwenang. Bahkan, Muhammadiyah siap membawa kasus Siyono hingga ke Mahkamah Internasional jika proses hukum di dalam negeri tidak berjalan.
"Kalau tidak selesai di Indonesia akan kami bawa ke Mahkamah Internasional karena ini pelanggaran HAM luar biasa. Kalau internasional sering ngomong tentang HAM kenapa mereka tidak teriak berkaitan dengan ini," ucap Dahnil.
Disinggung mengenai ancaman pengusiran terhadap keluarga Siyono oleh warga jika autopsi dilakukan, PP Muhammadiyah enggan memberikan komentar. Dahnil menegaskan, Muhammadiyah menjunjung tinggi nilai toleransi dan menghargai sikap keluarga maupun warga.
Menurut Dahnil, Suratmi mengaku siap menanggung risiko tersebut demi terlaksananya autopsi. "Tadi kami tanya Bu Suratmi bagaimana dengan sikap warga tersebut, jawabannya sederhana tanah Allah itu luas, kami siap tinggal di mana pun," kata Dahnil menirukan tanggapan Suratmi.
Karena itu, Muhammadiyah melalui pimpinan daerah menampung dan mencarikan tempat tinggal untuk Suratmi dan keluarga. Tak hanya itu, Muhammadiyah siap membantu keluarga secara ekonomi.
"Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) sudah kami kontak, katanya siap," pungkasnya.
Sebelumnya, kabar autopsi jenazah Siyono mendapat penolakan warga Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Penolakan warga tertuang dalam surat kesepakatan bersama hasil pertemuan pada Selasa (29/3/2016) malam.
Seperti diketahui, Densus 88 Antiteror Mabes Polri, tanggal 8 Maret 2016 menangkap Siyono di dekat kediamannya di Klaten. Jawa Tengah. Selanjutnya pada tanggal 10 Maret Densus 88 Mabes Polri melakukan penggeledahan di rumah Siyono dan keesokan harinya pada tanggal 11 Maret 2016 Siyono dikabarkan telah meninggal dunia akibat kepalanya terbentur besi dalam mobil.
Pertemuan Dahnil, Zainuddin, dan keluarga Siyono berlangsung tertutup. "Kami mengecek kesiapan Bu Suratmi dan keluarga berkenaan dengan permintaan keluarga agar PP Muhammadiyah melakukan advokasi terhadap keluarga beliau. Jadi PP Muhammadiyah dan PP Pemuda Muhammadiyah akan melakukan advokasi sampai selesai terhadap almarhum Siyono dan keluarga," ungkapnya.
Dahnil menegaskan, almarhum Siyono bukan kader Muhammadiyah. Namun begitu, Muhammadiyah merasa terpanggil dan memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan keadilan bagi keluarga Siyono. Sesuai tuntutan Suratmi, ibu lima anak itu menginginkan keadilan atas kejanggalan kematian suaminya.
"Bukan karena apa agama Siyono dan latar belakangnya. Bukan juga kami tidak ingin membuktikan apakah betul Siyono terkait jejaring teroris atau yang lain. Namun yang ingin kami lakukan adalah keadilan untuk keluarga,” kata dia.
Upaya menuntut keadilan akan dimulai dengan autopsi jenazah Siyono dalam waktu dekat. PP Muhammadiyah telah membentuk tim dokter forensik yang terdiri dari 5-8 dokter ahli.
Tim dokter berasal dari perguruan tinggi Muhammadiyah dan RS milik Muhammadiyah. Selama menunggu proses autopsi, PP Muhammadiyah menugaskan KOKAM untuk menjaga kediaman almarhum Siyono berkaitan dengan keamanan keluarga.
"Autopsi akan segera kami lakukan, kami tidak bisa sebutkan kapan. Yang jelas tim dokter forensik Muhammadiyah sudah siap, kami sudah bentuk tim dokter forensik. Autopsi belum kami bicarakan secara spesifik. Apakah akan dilaksanakan di sini atau dibawa ke RS Muhammadiyah terdekat," jelasnya.
Setelah proses autopsi, PP Muhammadiyah segera membawa kasus tersebut untuk dilaporkan ke pihak berwenang. Bahkan, Muhammadiyah siap membawa kasus Siyono hingga ke Mahkamah Internasional jika proses hukum di dalam negeri tidak berjalan.
"Kalau tidak selesai di Indonesia akan kami bawa ke Mahkamah Internasional karena ini pelanggaran HAM luar biasa. Kalau internasional sering ngomong tentang HAM kenapa mereka tidak teriak berkaitan dengan ini," ucap Dahnil.
Disinggung mengenai ancaman pengusiran terhadap keluarga Siyono oleh warga jika autopsi dilakukan, PP Muhammadiyah enggan memberikan komentar. Dahnil menegaskan, Muhammadiyah menjunjung tinggi nilai toleransi dan menghargai sikap keluarga maupun warga.
Menurut Dahnil, Suratmi mengaku siap menanggung risiko tersebut demi terlaksananya autopsi. "Tadi kami tanya Bu Suratmi bagaimana dengan sikap warga tersebut, jawabannya sederhana tanah Allah itu luas, kami siap tinggal di mana pun," kata Dahnil menirukan tanggapan Suratmi.
Karena itu, Muhammadiyah melalui pimpinan daerah menampung dan mencarikan tempat tinggal untuk Suratmi dan keluarga. Tak hanya itu, Muhammadiyah siap membantu keluarga secara ekonomi.
"Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) sudah kami kontak, katanya siap," pungkasnya.
Sebelumnya, kabar autopsi jenazah Siyono mendapat penolakan warga Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Penolakan warga tertuang dalam surat kesepakatan bersama hasil pertemuan pada Selasa (29/3/2016) malam.
Seperti diketahui, Densus 88 Antiteror Mabes Polri, tanggal 8 Maret 2016 menangkap Siyono di dekat kediamannya di Klaten. Jawa Tengah. Selanjutnya pada tanggal 10 Maret Densus 88 Mabes Polri melakukan penggeledahan di rumah Siyono dan keesokan harinya pada tanggal 11 Maret 2016 Siyono dikabarkan telah meninggal dunia akibat kepalanya terbentur besi dalam mobil.
(zik)