Kapal Paralon Sudah Banyak Dipesan
A
A
A
PEKALONGAN - Kapal paralon buatan PT Barokah Marine Kota Pekalongan sudah banyak dipesan sejumlah pihak. Padahal kapal itu belum resmi di-launching oleh perusahaan kapal yang terdapat di Kota Pekalongan itu.
Direktur Utama PT Barokah Marine Agus Triharsito mengatakan, saat ini kapal paralon produknya tersebut sudah banyak dipesan oleh sejumlah pihak. Pemesan kapal kreasi putra daerah Pekalongan itu tak hanya berasal dari Pekalongan saja, tapi juga dari luar Jawa.
"Yang pesan yakni Bupati Pekalongan terpillih Asip Kholbihi, orang Singkawang, Medan, Jakarta dan Banten," ujarnya, Senin (21/3/2016).
Agus mengaku baru akan meluncurkan kapal produksinya itu pada bulan depan. "Rencana akan kami luncurkan April nanti. Ke depan akan kami perbaiki untuk desainnya, itu berdasar masukan dari berbagai pihak," katanya.
Dia menjelaskan, lama pengerjaan kapal paralon tersebut sekitar 2,5 bulan. Jumlah paralon yang digunakan sebanyak sekitar 38 buah yang berukuran 14 dan 12 inci.
"Rencananya pada tahap awal akan menggunakan mesin 70 PK. Berkapasitas tangkapan ikan maksimal 3,5 ton," jelasnya.
Menurutnya, kapal paralon memiliki banyak keunggulan dibanding kapal kayu konvensional. Sejumlah keunggulan kapal yang diklaim pertama di Indonesia tersebut yakni bahan baku ramah lingkungan, karena hanya 10 persennya yang berbahan kayu.
Bahan bakunya mudah diperoleh, karena produksi paralon buatan dalam negeri. Harganya lebih murah sekitar 30 persen dibandingkan kapal yang terbuat dari kayu dan baja. Perbekalan kapal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp10 juta atau bahan bakar 500 liter sekali melaut.
Sedangkan kapal lainnya bertipikal serupa, perbekalannya Rp20 juta dan bahan bakar 1 ton. Sehingga kapal ini sebagai alternatif bagi nelayan kecil. Sebab, kapal lebih murah dan irit baik dalam bahan bakar maupun perbekalan.
Selain itu, kapal paralon diklaim memiliki ketahanan hingga sekitar 50 tahun. Sementara, kapal baja hanya mampu bertahan hingga sekitar 25 tahun. "Kapal paralon lebih mudah melakukan perbaikan, sebab hanya mengganti paralon yang rusak dengan paralon yang baru."
Agus juga mengklaim sekitar 80 persen kapal paralon tersebut berbahan baku lokal Indonesia.
"Mesin masih impor dari China. Jadi saya berharap Menristek dan teman-teman Fakultas Teknik Undip untuk bisa membuat mesin kapal sendiri, agar kapal peralon ini bisa 100 persen berbahan baku lokal semua. Sehingga, saya tantang Pak Menteri (Menristek) untuk bisa membuat mesin kapal buatan Indonesia sendiri."
Terkait sertifikasi kapal paralon tersebut, pihaknya mengaku saat ini prosesnya sudah berjalan. Tak hanya itu, hak paten kapal paralon tersebut juga dalam sudah dalam proses.
"Untuk sertifikasi itu dan saat ini sudah berjalan. Hak paten juga dalam proses. Kami juga sudah ke KKP Provinsi Jateng terkait perizinan."
Sementara itu Menristek Muhammad Nasir mengapresiasi kreativitas PT Barokah Marine tersebut. Sebab, kapal paralon tersebut merupakan yang pertama di Indonesia.
"Kapal ini memiliki sejumlah keunggulan dibanding kapal kayu konvensional. Proses pembuatannya yang lebih cepat, murah dan irit konsumsi bahan bakarnya, dibanding dengan kapal kayu konvensional. Sebab menggunakan bahan baku pembuatannya dari pabrikan," katanya.
Pihaknya meminta PT Barokah Marine melakukan sertifikasi terhadap kapal tersebut. Sehingga, selain bisa dipasarkan ke dalam negeri, juga bisa dipasarkan ke luar negeri.
"Meskipun background Pak Agus perkapalan, namun tetap harus melakukan sertifikasi. Sebab penting. Nanti akan kami bantu dengan koordinasikan dengan BPPT yang biasanya melakukan sertifikasi kapal di Indonesia," ujarnya.
Pihaknya berharap, kreativitas antara PT Barokah Marine dengan Undip lainnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, termasuk pembuatan mesin kapal.
"Saya sudah minta Dekan Fakultas Teknik (Undip) untuk membuat mesin itu. Dia (Undip) punya jurusan teknik mesin, jadi dia harus melakukan riset terhadap teknik mesin. Ke depan harus bisa hilirisasi riset-riset lainnya."
Pihaknya mengaku juga akan mendorong lahan milik BUMN yang tidak digunakan, sehingga pemerintah bisa berkolaborasi dengan masyarakat untuk memanfaatkan lahan tersebut.
"Ini ternyata lahan Perikanan Indonesia, berada dibawah BUMN. Jadi nanti akan saya komunikasikan agar bisa dimanfaatkan masyarakat, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya."
Direktur Utama PT Barokah Marine Agus Triharsito mengatakan, saat ini kapal paralon produknya tersebut sudah banyak dipesan oleh sejumlah pihak. Pemesan kapal kreasi putra daerah Pekalongan itu tak hanya berasal dari Pekalongan saja, tapi juga dari luar Jawa.
"Yang pesan yakni Bupati Pekalongan terpillih Asip Kholbihi, orang Singkawang, Medan, Jakarta dan Banten," ujarnya, Senin (21/3/2016).
Agus mengaku baru akan meluncurkan kapal produksinya itu pada bulan depan. "Rencana akan kami luncurkan April nanti. Ke depan akan kami perbaiki untuk desainnya, itu berdasar masukan dari berbagai pihak," katanya.
Dia menjelaskan, lama pengerjaan kapal paralon tersebut sekitar 2,5 bulan. Jumlah paralon yang digunakan sebanyak sekitar 38 buah yang berukuran 14 dan 12 inci.
"Rencananya pada tahap awal akan menggunakan mesin 70 PK. Berkapasitas tangkapan ikan maksimal 3,5 ton," jelasnya.
Menurutnya, kapal paralon memiliki banyak keunggulan dibanding kapal kayu konvensional. Sejumlah keunggulan kapal yang diklaim pertama di Indonesia tersebut yakni bahan baku ramah lingkungan, karena hanya 10 persennya yang berbahan kayu.
Bahan bakunya mudah diperoleh, karena produksi paralon buatan dalam negeri. Harganya lebih murah sekitar 30 persen dibandingkan kapal yang terbuat dari kayu dan baja. Perbekalan kapal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp10 juta atau bahan bakar 500 liter sekali melaut.
Sedangkan kapal lainnya bertipikal serupa, perbekalannya Rp20 juta dan bahan bakar 1 ton. Sehingga kapal ini sebagai alternatif bagi nelayan kecil. Sebab, kapal lebih murah dan irit baik dalam bahan bakar maupun perbekalan.
Selain itu, kapal paralon diklaim memiliki ketahanan hingga sekitar 50 tahun. Sementara, kapal baja hanya mampu bertahan hingga sekitar 25 tahun. "Kapal paralon lebih mudah melakukan perbaikan, sebab hanya mengganti paralon yang rusak dengan paralon yang baru."
Agus juga mengklaim sekitar 80 persen kapal paralon tersebut berbahan baku lokal Indonesia.
"Mesin masih impor dari China. Jadi saya berharap Menristek dan teman-teman Fakultas Teknik Undip untuk bisa membuat mesin kapal sendiri, agar kapal peralon ini bisa 100 persen berbahan baku lokal semua. Sehingga, saya tantang Pak Menteri (Menristek) untuk bisa membuat mesin kapal buatan Indonesia sendiri."
Terkait sertifikasi kapal paralon tersebut, pihaknya mengaku saat ini prosesnya sudah berjalan. Tak hanya itu, hak paten kapal paralon tersebut juga dalam sudah dalam proses.
"Untuk sertifikasi itu dan saat ini sudah berjalan. Hak paten juga dalam proses. Kami juga sudah ke KKP Provinsi Jateng terkait perizinan."
Sementara itu Menristek Muhammad Nasir mengapresiasi kreativitas PT Barokah Marine tersebut. Sebab, kapal paralon tersebut merupakan yang pertama di Indonesia.
"Kapal ini memiliki sejumlah keunggulan dibanding kapal kayu konvensional. Proses pembuatannya yang lebih cepat, murah dan irit konsumsi bahan bakarnya, dibanding dengan kapal kayu konvensional. Sebab menggunakan bahan baku pembuatannya dari pabrikan," katanya.
Pihaknya meminta PT Barokah Marine melakukan sertifikasi terhadap kapal tersebut. Sehingga, selain bisa dipasarkan ke dalam negeri, juga bisa dipasarkan ke luar negeri.
"Meskipun background Pak Agus perkapalan, namun tetap harus melakukan sertifikasi. Sebab penting. Nanti akan kami bantu dengan koordinasikan dengan BPPT yang biasanya melakukan sertifikasi kapal di Indonesia," ujarnya.
Pihaknya berharap, kreativitas antara PT Barokah Marine dengan Undip lainnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, termasuk pembuatan mesin kapal.
"Saya sudah minta Dekan Fakultas Teknik (Undip) untuk membuat mesin itu. Dia (Undip) punya jurusan teknik mesin, jadi dia harus melakukan riset terhadap teknik mesin. Ke depan harus bisa hilirisasi riset-riset lainnya."
Pihaknya mengaku juga akan mendorong lahan milik BUMN yang tidak digunakan, sehingga pemerintah bisa berkolaborasi dengan masyarakat untuk memanfaatkan lahan tersebut.
"Ini ternyata lahan Perikanan Indonesia, berada dibawah BUMN. Jadi nanti akan saya komunikasikan agar bisa dimanfaatkan masyarakat, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya."
(zik)