Ibu Rumah Tangga di Sidoarjo Produksi Cokelat Anti-Valentine
A
A
A
SIDOARJO - Cokelat diidentikkan dengan perayaan Valentine. Namun, di Sidoarjo, Jawa Timur, justru ada cokelat yang kemasannya mengajak masyarakat menolak perayaan hari kasih sayang yang diperingati setiap 14 Februari itu.
Cokelat itu dibuat oleh Yulia Muji, seorang ibu rumah tangga yang juga perajin permen cokelat di kawasan Jenggolo, Sidoarjo. Jelang perayaan Valentine tahun ini, ibu dua anak tersebut justru memproduksi aneka ragam permen cokelat antivalentine, melalui kemasannya yang menarik.
Dari bentuk dan rasanya, cokelat antivalentine ini sama dengan permen cokelat pada umumnya. Bedanya hanya pada kemasan cokelat yang berisi ajakan untuk mengatakan tidak pada perayaan Valentine.
Dengan warna kemasan dan huruf yang menarik, perajin coklat asal Sidoarjo ini mengajak masyarakat untuk tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, karena tidak cocok dengan budaya Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran.
Produksi permen cokelat antivalentine ini sengaja dilakukan menjelang 14 Februari, sebagai bentuk keprihatinan sang perajin cokelat atas sikap dan perilaku sebagian anak muda dalam merayakan hari Valentine yang biasanya mengarah pada hal negatif.
Selain dijual di sejumlah supermarket atau toko makanan di kawasan Sidoarjo, cokelat ini juga dijual melalui online, dengan harga terjangkau.
PILIHAN:
Pedagang Keliling Ini Berusia 104 Tahun
Cara Kiai Ahmad Rifai Melawan Belanda
Cokelat itu dibuat oleh Yulia Muji, seorang ibu rumah tangga yang juga perajin permen cokelat di kawasan Jenggolo, Sidoarjo. Jelang perayaan Valentine tahun ini, ibu dua anak tersebut justru memproduksi aneka ragam permen cokelat antivalentine, melalui kemasannya yang menarik.
Dari bentuk dan rasanya, cokelat antivalentine ini sama dengan permen cokelat pada umumnya. Bedanya hanya pada kemasan cokelat yang berisi ajakan untuk mengatakan tidak pada perayaan Valentine.
Dengan warna kemasan dan huruf yang menarik, perajin coklat asal Sidoarjo ini mengajak masyarakat untuk tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, karena tidak cocok dengan budaya Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran.
Produksi permen cokelat antivalentine ini sengaja dilakukan menjelang 14 Februari, sebagai bentuk keprihatinan sang perajin cokelat atas sikap dan perilaku sebagian anak muda dalam merayakan hari Valentine yang biasanya mengarah pada hal negatif.
Selain dijual di sejumlah supermarket atau toko makanan di kawasan Sidoarjo, cokelat ini juga dijual melalui online, dengan harga terjangkau.
PILIHAN:
Pedagang Keliling Ini Berusia 104 Tahun
Cara Kiai Ahmad Rifai Melawan Belanda
(zik)