Astagfirullah, Ada Salat Menghadap Laut Selatan di Pangandaran

Rabu, 10 Februari 2016 - 10:34 WIB
Astagfirullah, Ada Salat...
Astagfirullah, Ada Salat Menghadap Laut Selatan di Pangandaran
A A A
BANDUNG - Berdasarkan data Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat ada sekitar 144 jenis aliran sesat di tanah pasundan. Dari jumlah itu, ada salah satu di Kabupaten Pangandaran dengan ritual aneh.

Meski tidak memiliki nama ajaran, aliran tersebut menjalankan ritual Salat dengan cara berbeda. Di waktu tertentu, penganutnya melaksanakan Salat bukan menghadap ke arah kiblat atau Ka'bah, melainkan ke laut selatan.

"Mereka Salatnya menghadap ke laut (selatan). Tapi itu hanya malam-malam tertentu," ujar Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rafani Achyar, Rabu (10/2/2016).

Jika pada malam-malam tertentu mereka Salat menghadap laut selatan, pada hari-hari biasa mereka Salat seperti biasa yaitu mengarah ke Ka'bah. Untuk para pengikutnya, Rafani mengatakan mereka hanya belasan orang saja dan pahamnya tidak sampai meluas.

Aliran tersebut menurutnya ada sejak 2007. Tapi dalam perkembangannya aliran itu tidak membuat masyarakat tertarik. Sehingga jumlah pengikutnya tidak banyak.

"Aliran itu sempat diatasi oleh MUI Ciamis karena waktu itu Pangandaran masih masuk daerah Ciamis, belum menjadi daerah sendiri seperti sekarang," ungkapnya.

Rafani mengatakan, aliran itu sempat menghilang cukup lama. "Tapi kemudian ada lagi. Menurut masyarakat, mereka kadang-kadang masih melakukannya (Salat menghadap ke laut)," jelasnya.

Belum diketahui alasan mereka salat menghadap ke laut. Sebab pihak MUI dari dulu hingga kini sulit meminta penjelasan dari mereka.

"Dari pihak mereka tidak terbuka, mereka tidak mau diajak ngobrol. Jadi keterangan yang kita dapat dari MUI setempat juga tidak lengkap soal ajaran mereka ini," tuturnya,

Dikatakan, ajaran mereka jelas masuk kategori aliran sesat. Sebab dalam Islam Salat dilakukan menghadap dengan kiblat ke arah Ka'bah.

"Itu jelas sesat dan itu jadi salah satu aliran sesat yang masuk ke jumlah 144 itu," tegasnya.

Karena jumlahnya pengikutnya tidak banyak, MUI akhirnya membiarkan aliran tersebut. Tapi MUI tetap melakukan pemantauan agar aliran itu tidak menyebar. Ia pun mengimbau agar warga mewaspadai aliran tersebut dan tidak terjebak untuk menjadi pengikut.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4444 seconds (0.1#10.140)