Demam Berdarah Renggut Empat Nyawa di Subang
A
A
A
SUBANG - Empat warga Kabupaten Subang meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang berlangsung selama empat bulan terakhir.
"Berdasarkan data empat bulan terakhir, dari Oktober 2015 sampai Januari 2016, intensitas serangan DBD cukup tinggi dan mencolok, sehingga mengakibatkan empat orang meninggal dunia," ungkap Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSUD Subang, Dwinan Marchiawaty, Jumat (5/2/2016).
Banyaknya pasien suspect DBD yang setiap harinya mencapai rata-rata 40 orang, menyebabkan ruangan rumah sakit penuh. Sehingga, tidak sedikit pasien yang tak kebagian tempat tidur ataupun ruangan.
Bahkan saat ini, jumlah suspect yang tidak tertampung mencapai 50 pasien lebih. Untuk mengimbangi membludaknya kunjungan pasien, pihaknya terpaksa meminjam fasilitas tempat tidur darurat kepada instansi lain, di antaranya Yonif 312 Kala Hitam.
"Kami cukup kewalahan melayani membludaknya kunjungan pasien, terutama suspect DBD, terutama kekurangan fasilitas seperti tempat tidur. Kami terpaksa sampai meminjam beberapa velbet ke Yonif 312. Sejumlah pasien juga ada yang terpaksa dilayani di alas tidur sederhana," paparnya.
Pihak RSUD, sebut dia, tiap tahun mengusulkan penambahan jumlah ruangan kepada Pemprov Jabar, untuk mengoptimalkan layanan pasien. Saat ini, dari total 280 tempat tidur yang ada, pihaknya masih mengalami kekurangan.
"Kami sudah usulkan untuk melakukan perluasan ruang rawat inap, dari semula dua lantai menjadi tiga lantai, supaya daya tampungnya cukup. Kami rencanakan, perluasan ini bisa dimulai 2017 nanti," tutur Dwinan.
Kasubbag Informasi dan Humas RSUD Subang Mamat Budi Rahmat menambahkan, berdasarkan data empat bulan terakhir, jumlah penderita DBD menunjukan grafik meningkat.
Pada Oktober 2015, jumlah penderita DBD hanya 129 orang. Jumlah ini bertambah pada Nopember menjadi 177 orang, satu di antaranya meninggal dunia.
Lalu pada Desember, jumlah kasus DBD tersebut melonjak menjadi 291 pasien, dengan dua orang di antaranya meninggal dunia.
Selanjutnya pada Januari 2016, kasus DBD kembali melonjak signifikan hingga dua kali lipat menjadi 435 orang, dengan satu di antaranya meninggal dunia. "Total yang meninggal sebanyak empat orang," ucapnya.
Dia menegaskan, dalam penanganan dan pelayanan pasien, pihak rumah sakit memprioritaskan pasien kelas III.
"Dari kapasitas layanan ini, sebanyak 60-70% diutamakan untuk kelas III, baru sisanya untuk kelas II dan paviliun," pungkasnya.
"Berdasarkan data empat bulan terakhir, dari Oktober 2015 sampai Januari 2016, intensitas serangan DBD cukup tinggi dan mencolok, sehingga mengakibatkan empat orang meninggal dunia," ungkap Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSUD Subang, Dwinan Marchiawaty, Jumat (5/2/2016).
Banyaknya pasien suspect DBD yang setiap harinya mencapai rata-rata 40 orang, menyebabkan ruangan rumah sakit penuh. Sehingga, tidak sedikit pasien yang tak kebagian tempat tidur ataupun ruangan.
Bahkan saat ini, jumlah suspect yang tidak tertampung mencapai 50 pasien lebih. Untuk mengimbangi membludaknya kunjungan pasien, pihaknya terpaksa meminjam fasilitas tempat tidur darurat kepada instansi lain, di antaranya Yonif 312 Kala Hitam.
"Kami cukup kewalahan melayani membludaknya kunjungan pasien, terutama suspect DBD, terutama kekurangan fasilitas seperti tempat tidur. Kami terpaksa sampai meminjam beberapa velbet ke Yonif 312. Sejumlah pasien juga ada yang terpaksa dilayani di alas tidur sederhana," paparnya.
Pihak RSUD, sebut dia, tiap tahun mengusulkan penambahan jumlah ruangan kepada Pemprov Jabar, untuk mengoptimalkan layanan pasien. Saat ini, dari total 280 tempat tidur yang ada, pihaknya masih mengalami kekurangan.
"Kami sudah usulkan untuk melakukan perluasan ruang rawat inap, dari semula dua lantai menjadi tiga lantai, supaya daya tampungnya cukup. Kami rencanakan, perluasan ini bisa dimulai 2017 nanti," tutur Dwinan.
Kasubbag Informasi dan Humas RSUD Subang Mamat Budi Rahmat menambahkan, berdasarkan data empat bulan terakhir, jumlah penderita DBD menunjukan grafik meningkat.
Pada Oktober 2015, jumlah penderita DBD hanya 129 orang. Jumlah ini bertambah pada Nopember menjadi 177 orang, satu di antaranya meninggal dunia.
Lalu pada Desember, jumlah kasus DBD tersebut melonjak menjadi 291 pasien, dengan dua orang di antaranya meninggal dunia.
Selanjutnya pada Januari 2016, kasus DBD kembali melonjak signifikan hingga dua kali lipat menjadi 435 orang, dengan satu di antaranya meninggal dunia. "Total yang meninggal sebanyak empat orang," ucapnya.
Dia menegaskan, dalam penanganan dan pelayanan pasien, pihak rumah sakit memprioritaskan pasien kelas III.
"Dari kapasitas layanan ini, sebanyak 60-70% diutamakan untuk kelas III, baru sisanya untuk kelas II dan paviliun," pungkasnya.
(nag)