Mengenal Arisan Nasi Community
A
A
A
CIREBON - Terinspirasi kisah hidup seorang kakek yang setiap Jumat berkeliling mengendarai sepeda untuk membagikan nasi kepada yang membutuhkan, sekumpulan perempuan di Cirebon, Jawa Barat, membentuk komunitas untuk menyedekahkan sebagian hartanya. Tujuannya, menolong dan berbagi dengan sesama.
Minggu (31/1/2016) untuk pertama kalinya, Arisan Nasi Community atau Komunitas Arisan Nasi, menggelar obral sedekah di kawasan Bima yang menjadi salah satu pusat keramaian setiap Minggu pagi. Ini merupakan sebuah cara lain untuk meningkatkan jumlah sedekah yang akan disumbangkan.
Di lapak sederhana itu, sebagian anggota Arisan Nasi Community menggelar barang-barang yang dijualnya. Ada barang baru, maupun bekas yang layak pakai, dengan banderol harga Rp5 ribu hingga Rp50 ribu.
"Ada pakaian, mainan anak-anak, sepatu, tas, makanan, dan lainnya," kata salah seorang pendiri Arisan Nasi Community, Sri Supriatin.
Setiap barang yang dijual hari itu, menurutnya, merupakan donasi para anggota komunitas tersebut. Uang yang terkumpul rencananya merupakan dana tambahan untuk sedekah Arisan Nasi Community. Obral sedekah bahkan akan diagendakan rutin.
"Arisan Nasi Community sudah berdiri sejak 14 Mei 2015, anggotanya teman-teman yang ingin menyisihkan rezekinya untuk membantu sesama yang tengah membutuhkan," jelasnya.
Sri sendirilah yang terinspirasi kakek pemberi nasi itu, yang dilihatnya di sebuah jejaring sosial. Bersama seorang teman, Dessy Melanie, keduanya kemudian mendirikan komunitas ini.
Setidaknya, sekarang sudah ada 117 orang yang tercatat sebagai anggota. Bukan hanya dari Cirebon, ada pula anggota dari Bandung, Jakarta, maupun Kalimantan. Menurut Sri, siapa pun bisa tergabung dalam komunitas ini.
"Motto kami bersama untuk berbagi. Misi kami tak lain sebagaimana tuntunan agama, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat," ungkapnya.
Dalam Arisan Nasi Community, sedekah dari para donatur selama ini diberikan dengan cara transfer via bank. Para donatur dipersilakan mendonasikan hartanya, bisa dengan senilai Rp80 ribu/bulan atau Rp20 ribu/minggu. Karena sedekah, para donatur tak diberi pilihan mengikat.
"Ini kan sedekah, tidak ada keharusan diberikan rutin setiap bulan atau setiap minggu. Para donatur bebas mau sedekah senilai berapa dan kapan pun ketika mereka berniat," tutur Sri yang yang akrab disapa Upie ini.
Mengingat sifat sedekah yang pemberiannya tak diwajibkan itulah, dipilih Arisan Nasi sebagai nama komunitas ini. Setiap sedekah dari para donatur selama ini pun tak memiliki sasaran khusus, sebagaimana inti sedekah yakni membantu sesama.
"Donasi yang diberikan diperuntukkan bagi siapa pun yang memang butuh, khususnya dhuafa, entah itu nasi kotak, biaya pendidikan, pengobatan, dan lain-lain," terangnya.
Di sisi lain, Arisan Nasi Community dipandang sebagai fasilitas bagi mereka yang disibukkan dengan aktivitas harian tapi berniat untuk berbagi dengan sesama. Sejauh ini, para anggota memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi.
"Insya Allah amanah," pungkas Upie.
Minggu (31/1/2016) untuk pertama kalinya, Arisan Nasi Community atau Komunitas Arisan Nasi, menggelar obral sedekah di kawasan Bima yang menjadi salah satu pusat keramaian setiap Minggu pagi. Ini merupakan sebuah cara lain untuk meningkatkan jumlah sedekah yang akan disumbangkan.
Di lapak sederhana itu, sebagian anggota Arisan Nasi Community menggelar barang-barang yang dijualnya. Ada barang baru, maupun bekas yang layak pakai, dengan banderol harga Rp5 ribu hingga Rp50 ribu.
"Ada pakaian, mainan anak-anak, sepatu, tas, makanan, dan lainnya," kata salah seorang pendiri Arisan Nasi Community, Sri Supriatin.
Setiap barang yang dijual hari itu, menurutnya, merupakan donasi para anggota komunitas tersebut. Uang yang terkumpul rencananya merupakan dana tambahan untuk sedekah Arisan Nasi Community. Obral sedekah bahkan akan diagendakan rutin.
"Arisan Nasi Community sudah berdiri sejak 14 Mei 2015, anggotanya teman-teman yang ingin menyisihkan rezekinya untuk membantu sesama yang tengah membutuhkan," jelasnya.
Sri sendirilah yang terinspirasi kakek pemberi nasi itu, yang dilihatnya di sebuah jejaring sosial. Bersama seorang teman, Dessy Melanie, keduanya kemudian mendirikan komunitas ini.
Setidaknya, sekarang sudah ada 117 orang yang tercatat sebagai anggota. Bukan hanya dari Cirebon, ada pula anggota dari Bandung, Jakarta, maupun Kalimantan. Menurut Sri, siapa pun bisa tergabung dalam komunitas ini.
"Motto kami bersama untuk berbagi. Misi kami tak lain sebagaimana tuntunan agama, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat," ungkapnya.
Dalam Arisan Nasi Community, sedekah dari para donatur selama ini diberikan dengan cara transfer via bank. Para donatur dipersilakan mendonasikan hartanya, bisa dengan senilai Rp80 ribu/bulan atau Rp20 ribu/minggu. Karena sedekah, para donatur tak diberi pilihan mengikat.
"Ini kan sedekah, tidak ada keharusan diberikan rutin setiap bulan atau setiap minggu. Para donatur bebas mau sedekah senilai berapa dan kapan pun ketika mereka berniat," tutur Sri yang yang akrab disapa Upie ini.
Mengingat sifat sedekah yang pemberiannya tak diwajibkan itulah, dipilih Arisan Nasi sebagai nama komunitas ini. Setiap sedekah dari para donatur selama ini pun tak memiliki sasaran khusus, sebagaimana inti sedekah yakni membantu sesama.
"Donasi yang diberikan diperuntukkan bagi siapa pun yang memang butuh, khususnya dhuafa, entah itu nasi kotak, biaya pendidikan, pengobatan, dan lain-lain," terangnya.
Di sisi lain, Arisan Nasi Community dipandang sebagai fasilitas bagi mereka yang disibukkan dengan aktivitas harian tapi berniat untuk berbagi dengan sesama. Sejauh ini, para anggota memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi.
"Insya Allah amanah," pungkas Upie.
(zik)