Pemkab Sragen Bikin Gerakan Peduli Ufairah
A
A
A
SRAGEN - Bupati Sragen Agus Fatchur Rahman memerintahkan Sekretaris Daerah (Sekda) Tatag Prabawanto untuk membuat Gerakan Peduli Ufairah Mumtazah, bayi empat bulan yang menderita atresia bilier.
Agus mengaku sudah menerima laporan tertulis terkait kondisi bayi Ufairah yang lahir pada 3 September 2015. Laporan itu dikirimkan langsung oleh ayah Ufairah, Ihsan Arifuddin pada Kamis (7/1/2016) pagi.
"Laporan itu sudah saya baca. Selanjutnya, saya sudah membuat disposisi kepada Sekda Sragen untuk membuat Gerakan Peduli Ufairah," kata Agus saat ditemui wartawan di Kompleks Setda Sragen, Jumat (8/1/2016).
Agus menilai, Gerakan Peduli Ufairah perlu melibatkan banyak lembaga pemerintah maupun swasta. Dia berharap masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bisa memberikan contoh baik untuk membangun kepedulian terhadap sesama.
"Tidak hanya SKPD, tiap sekolah, lembaga sosial kemasyarakatan juga bisa membuat Gerakan Peduli Ufairah," terang Agus.
Agus menilai bukan perkara mudah bagi kedua orangtua Ufairah untuk menanggung biaya operasi cangkok hati yang ditaksir mencapai lebih dari Rp1 miliar.
Karena itu, dia mengetuk hati masyarakat secara luas untuk peduli terhadap nasib Ufairah. "Sebenarnya Pemda Sragen masih bisa memberi bantuan. Tapi, bantuan itu diberikan melalui mekanisme pencairan APBD. Ora isoh sak karepe dewe. Insya Allah bisa, meskipun sedikit. Kalau harus menanggung Rp1 miliar, (APBD) jelas tidak mampu," papar Agus.
Sementara itu, Tatag Prabawanto membenarkan adanya disposisi dari Bupati Sragen yang memerintahkan terbentuknya Gerakan Peduli Ufairah.
Meski begitu, dia belum memiliki gambaran teknis bagaimana bentuk gerakan itu. Terkait hal teknis, dia mengaku akan membicarakannya dalam rapat koordinasi bersama pimpinan SKPD.
"Rencana Senin (11/1/2016) baru akan kami rapatkan," jelas Tatag dalam pesan singkat yang diterima.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ufairah Mumtazah, bayi berusia 4 bulan asal Sragen, Jawa Tengah, kini tengah menderita penyakit atresia bilier. Dia harus menjalani pencangkokan hati, dengan biaya yang mencapai lebih dari Rp1 miliar.
Agus mengaku sudah menerima laporan tertulis terkait kondisi bayi Ufairah yang lahir pada 3 September 2015. Laporan itu dikirimkan langsung oleh ayah Ufairah, Ihsan Arifuddin pada Kamis (7/1/2016) pagi.
"Laporan itu sudah saya baca. Selanjutnya, saya sudah membuat disposisi kepada Sekda Sragen untuk membuat Gerakan Peduli Ufairah," kata Agus saat ditemui wartawan di Kompleks Setda Sragen, Jumat (8/1/2016).
Agus menilai, Gerakan Peduli Ufairah perlu melibatkan banyak lembaga pemerintah maupun swasta. Dia berharap masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bisa memberikan contoh baik untuk membangun kepedulian terhadap sesama.
"Tidak hanya SKPD, tiap sekolah, lembaga sosial kemasyarakatan juga bisa membuat Gerakan Peduli Ufairah," terang Agus.
Agus menilai bukan perkara mudah bagi kedua orangtua Ufairah untuk menanggung biaya operasi cangkok hati yang ditaksir mencapai lebih dari Rp1 miliar.
Karena itu, dia mengetuk hati masyarakat secara luas untuk peduli terhadap nasib Ufairah. "Sebenarnya Pemda Sragen masih bisa memberi bantuan. Tapi, bantuan itu diberikan melalui mekanisme pencairan APBD. Ora isoh sak karepe dewe. Insya Allah bisa, meskipun sedikit. Kalau harus menanggung Rp1 miliar, (APBD) jelas tidak mampu," papar Agus.
Sementara itu, Tatag Prabawanto membenarkan adanya disposisi dari Bupati Sragen yang memerintahkan terbentuknya Gerakan Peduli Ufairah.
Meski begitu, dia belum memiliki gambaran teknis bagaimana bentuk gerakan itu. Terkait hal teknis, dia mengaku akan membicarakannya dalam rapat koordinasi bersama pimpinan SKPD.
"Rencana Senin (11/1/2016) baru akan kami rapatkan," jelas Tatag dalam pesan singkat yang diterima.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ufairah Mumtazah, bayi berusia 4 bulan asal Sragen, Jawa Tengah, kini tengah menderita penyakit atresia bilier. Dia harus menjalani pencangkokan hati, dengan biaya yang mencapai lebih dari Rp1 miliar.
(zik)