Iskandar, Penulis 1.200 Undangan Jumenengan Paku Alam X
A
A
A
YOGYAKARTA - Jumenengan atau penobatan raja di Yogyakarta seperti Adipati Pura Pakualaman selalu berdasarkan peraturan internal atau paugeran yang cenderung berlaku secara turun menurun. Bahkan, dalam hal persoalan paling terkecil yakni penulisan nama pada undangan.
Pada Jumenengan Sri Paduka Paku Alam X yang berlangsung Kamis, 7 Januari 2016 ini, 1.200 undangan dikirimkan ke para tokoh negara termasuk para raja di Nusantara. Penulisan nama undangan juga dilakukan dengan tangan.
Meski teknologi sudah mampu menggantikan peranan tangan untuk menulis nama undangan, hal tersebut tidak dipilih oleh Paku Alam (PA) X.
Adalah Iskandar, guru Seni Lukis SMAN 1 Yogyakarta yang mendapatkan kepercayaan dari PA X untuk menulis nama-nama undangan sebelum surat undangan dikirimkan.
"Ada 1.200 undangan. Penulisan dikerjakan selama seminggu di rumah," kata Iskandar yang ditemui di sela-sela prosesi jumenengan di Keraton Kadipaten Pura Pakualaman.
Kepercayaan yang diterima oleh lelaki kelahiran Gunungkidul pada 1965 tersebut tidak terlepas dari kedekatannya dengan keluarga Pura Pakualaman.
Berawal dari posisi sang ayah yang merupakan abdi dalem Kadipaten Pura Pakualaman, saat ini bapak dua anak tersebut masih tinggal di Kompleks Pura Pakualaman, tepatnya di sebelah barat istana.
Selain karena posisi almarhum ayah yang merupakan abdi dalem, posisi Iskandar sebagai guru di SMA N 1 Yogyakarta juga dekat dengan PA X yang sebelumnya dikenal dengan nama Raden Mas Wijoseno Hario Bimo, yang merupakan alumni dari sekolah tersebut.
"Ini kepercayaan dari sahabat karena kami memang dekat. Beliau (PA X) adalah alumni SMA 1 tempat saya mengajar. Meski penugasan ini tidak langsung saya terima dari beliau tetapi melalui Pak Joko Gembirolaka (KRMT Tirtonegoro atau Joko Tirtono, orang dekat Kadipaten Pura Pakualaman)," tambah alumni ISI Yogyakarta tahun 1980 tersebut.
Nama yang ditulis Iskandar di dalam undangan tidak menyebutkan jabatan ataupun pangkat dan gelar dari yang bersangkutan. Undangan untuk Presiden Joko Widodo disebut hanya ditulis kepada Ir H Joko Widodo dan Ibu Iriana.
Sementara untuk Wakil Presiden hanya ditulis Jusuf Kala dan Ibu Mufida.
Tulisan mempergunakan font kaligrafi dengan warna tinta biru yang disebut-sebut memiliki makna khusus di internal Kadipaten Pura Pakualaman.
"Saya menyodorkan lima macam font dan yang dipilih adalah kaligrafi. Proses penulisan denga pen dan tinta khusus untuk kaligrafi berwarna biru," tambah Iskandar.
Penulisan dilakukan dengan memanfaatkan waktu senggang di pagi hari setelah Salat Subuh dan siang sepulang mengajar. Tidak ada target sehari bisa menyelesaikan berapa tulisan, namun dari undangan yang diterima pada 25 Desember 2015, bisa diselesaikan pada 2 Januari 2016.
Kecepatan proses pengerjaan disebut tidak terlepas dari kebiasaan menulis indah yang telah dilakukan sejak masih menyelesaikan kuliah di ISI yang saat itu masih akademi dan sempat berubah menjadi Sekolah Tinggi sebelum akhirnya saat ini menjadi institut. Alumni jurusan kriya tersebut mengakui sudah sejak awal kuliah senang dengan kegiatan menulis indah.
Modal pendidikan seni di ISI serta kesenangan menulis indah tersebut hingga kini menjadikan berbagai kepercayaan untuk menulis indah terus dilakoni. Setidaknya, setiap tahun Iskandar bersama dengan dua orang temannya menuliskan nama siswa SMAN 1 Yogyakarta di ijazah setelah dinyatakan lulus atau menyelesaikan pendidikannya.
Hobi tersebut kini menjadikannya sebagai salah satu orang yang bisa ikut mencatatkan diri sebagai bagian dari sejarah perjalanan Keraton Kadipaten Pura Pakualaman.
Meski hanya menulis nama di undangan, hal tersebut menjadi sebuah kenangan dan kebanggaan yang akan terus dibawa hingga nanti.
Pada Jumenengan Sri Paduka Paku Alam X yang berlangsung Kamis, 7 Januari 2016 ini, 1.200 undangan dikirimkan ke para tokoh negara termasuk para raja di Nusantara. Penulisan nama undangan juga dilakukan dengan tangan.
Meski teknologi sudah mampu menggantikan peranan tangan untuk menulis nama undangan, hal tersebut tidak dipilih oleh Paku Alam (PA) X.
Adalah Iskandar, guru Seni Lukis SMAN 1 Yogyakarta yang mendapatkan kepercayaan dari PA X untuk menulis nama-nama undangan sebelum surat undangan dikirimkan.
"Ada 1.200 undangan. Penulisan dikerjakan selama seminggu di rumah," kata Iskandar yang ditemui di sela-sela prosesi jumenengan di Keraton Kadipaten Pura Pakualaman.
Kepercayaan yang diterima oleh lelaki kelahiran Gunungkidul pada 1965 tersebut tidak terlepas dari kedekatannya dengan keluarga Pura Pakualaman.
Berawal dari posisi sang ayah yang merupakan abdi dalem Kadipaten Pura Pakualaman, saat ini bapak dua anak tersebut masih tinggal di Kompleks Pura Pakualaman, tepatnya di sebelah barat istana.
Selain karena posisi almarhum ayah yang merupakan abdi dalem, posisi Iskandar sebagai guru di SMA N 1 Yogyakarta juga dekat dengan PA X yang sebelumnya dikenal dengan nama Raden Mas Wijoseno Hario Bimo, yang merupakan alumni dari sekolah tersebut.
"Ini kepercayaan dari sahabat karena kami memang dekat. Beliau (PA X) adalah alumni SMA 1 tempat saya mengajar. Meski penugasan ini tidak langsung saya terima dari beliau tetapi melalui Pak Joko Gembirolaka (KRMT Tirtonegoro atau Joko Tirtono, orang dekat Kadipaten Pura Pakualaman)," tambah alumni ISI Yogyakarta tahun 1980 tersebut.
Nama yang ditulis Iskandar di dalam undangan tidak menyebutkan jabatan ataupun pangkat dan gelar dari yang bersangkutan. Undangan untuk Presiden Joko Widodo disebut hanya ditulis kepada Ir H Joko Widodo dan Ibu Iriana.
Sementara untuk Wakil Presiden hanya ditulis Jusuf Kala dan Ibu Mufida.
Tulisan mempergunakan font kaligrafi dengan warna tinta biru yang disebut-sebut memiliki makna khusus di internal Kadipaten Pura Pakualaman.
"Saya menyodorkan lima macam font dan yang dipilih adalah kaligrafi. Proses penulisan denga pen dan tinta khusus untuk kaligrafi berwarna biru," tambah Iskandar.
Penulisan dilakukan dengan memanfaatkan waktu senggang di pagi hari setelah Salat Subuh dan siang sepulang mengajar. Tidak ada target sehari bisa menyelesaikan berapa tulisan, namun dari undangan yang diterima pada 25 Desember 2015, bisa diselesaikan pada 2 Januari 2016.
Kecepatan proses pengerjaan disebut tidak terlepas dari kebiasaan menulis indah yang telah dilakukan sejak masih menyelesaikan kuliah di ISI yang saat itu masih akademi dan sempat berubah menjadi Sekolah Tinggi sebelum akhirnya saat ini menjadi institut. Alumni jurusan kriya tersebut mengakui sudah sejak awal kuliah senang dengan kegiatan menulis indah.
Modal pendidikan seni di ISI serta kesenangan menulis indah tersebut hingga kini menjadikan berbagai kepercayaan untuk menulis indah terus dilakoni. Setidaknya, setiap tahun Iskandar bersama dengan dua orang temannya menuliskan nama siswa SMAN 1 Yogyakarta di ijazah setelah dinyatakan lulus atau menyelesaikan pendidikannya.
Hobi tersebut kini menjadikannya sebagai salah satu orang yang bisa ikut mencatatkan diri sebagai bagian dari sejarah perjalanan Keraton Kadipaten Pura Pakualaman.
Meski hanya menulis nama di undangan, hal tersebut menjadi sebuah kenangan dan kebanggaan yang akan terus dibawa hingga nanti.
(zik)