Tiga Rumah di Girimekar Permai Ambruk
A
A
A
BANDUNG - Tiga rumah di Kompleks Girimekar Permai, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, ambruk, Minggu (3/1/2016) pukul 18.30 WIB.
Rumah ambruk akibat gerusan sungai yang memisahkan RT 01 (Blok A1) dan RT 02 (Blok A) kompleks itu, setelah kawasan Bandung dan sekitarnya diguyur hujan sangat lebat sejak 17.00.
Tiga rumah yang ambruk milik Ruly Setiawan, Kusmana, dan Taifur Hadi. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, karena sepekan sebelumnya warga berinisiatif mengevakuasi penghuni rumah karena halaman belakang rumah Ruly dan Kusmana ambrol, serta tembok rumah utama retak.
Heru Sujana (33), sekuriti kompleks langsung menelepon warga kompleks begitu melihat air di sungai kecil itu meluap dengan cepat.
"Dasar sungai ke jalan itu tingginya empat meter, nah pas hujan air meluap sampai hanya menyisakan 20 sentimeter saja. Di rumah Pak Ruly saya lihat air berputar-putar," ujarnya di lokasi kejadian.
Begitu dapat kabar, Ruly dengan warga lain mengecek ke lokasi dengan melihat dari arah pos satpam. Ruly melihat rumahnya ambruk di depan mata.
"Awalnya yang ambruk punya Pak Kusmana nomor 50 dan sebagian rumah Pak Anas di RT 02, lalu giliran rumah saya yang ambruk, baru punya Pak Taifur," sebutnya.
Ketiga rumah itu ambruk selang waktu setengah jam. Rata-rata tiga rumah ambruk di RT 01 ini bagian dapur dan ruang tamu. Sementara dua rumah di RT 02, ambruk sebagian dapurnya.
Warga berinisiatif menelpon PLN untuk mematikan listrik. Seusai hujan reda, makin banyak warga berkerumun.
Staf lapangan dari PT Graha Wijaya selaku pengembang perumahan Girimekar Permai pun datang. Di situlah, Toni, sang perwakilan developer menjadi sasaran amarah warga. Suasana pun sempat tegang.
Warga menilai pengembang menghindar karena sejak sepekan retakan tembok sudah terlihat, pimpinan teknis pengembang sulit dihubungi. Warga hanya dihadapi oleh staf lapangan. Pekerja yang saat ini sedang memperbaiki halaman belakang rumah Ruly dan Kusmana pun dinilai asal-asalan.
Belakangan diketahui, kejadian ini merupakan yang kedua kali. Musim hujan tahun lalu, dua rumah ambrol di lokasi yang kurang lebih sama.
Menurut warga, rumah ambruk disebabkan pengembang dengan sembrono mempersempit sungai yang tadinya lebar empat meter kini tinggal tersisa sekitar satu meter saja.
"Sungai yang asalnya berkelok-kelok, diluruskan, lalu kiri dan kanannya diuruk tanah. Setelah itu dijual ke konsumen. Celakanya, kami tak tahu tanah itu bekas sungai, pengembang pun tidak ngasih tahu. Pengembang menjual sungai ," kata Teguh Praludi, warga setempat.
Petugas dari BPBD Jabar yang kebetulan warga setempat langsung turun ke lapangan. Begitu juga petugas dari Polsek Cileunyi dan Babinsa dari Polres Bandung.
Toni, perwakilan dari PT Graha Wijaya mengatakan, pihaknya akan segera memperbaiki kerusakan. "Besok (hari ini, red) aktivitas pembangunan rumah dihentikan sementara, semua pekerja dikerahkan untuk memperbaiki kerusakan di sini," katanya.
Hal yang bisa dilakukan, katanya, material tanah dan reruntuhan rumah harus diangkat terlebih dahulu. "Setelah itu decker-nya dilepas, lalu bisa dilihat apa penyebab rumah ambruk," katanya.
Rumah ambruk akibat gerusan sungai yang memisahkan RT 01 (Blok A1) dan RT 02 (Blok A) kompleks itu, setelah kawasan Bandung dan sekitarnya diguyur hujan sangat lebat sejak 17.00.
Tiga rumah yang ambruk milik Ruly Setiawan, Kusmana, dan Taifur Hadi. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, karena sepekan sebelumnya warga berinisiatif mengevakuasi penghuni rumah karena halaman belakang rumah Ruly dan Kusmana ambrol, serta tembok rumah utama retak.
Heru Sujana (33), sekuriti kompleks langsung menelepon warga kompleks begitu melihat air di sungai kecil itu meluap dengan cepat.
"Dasar sungai ke jalan itu tingginya empat meter, nah pas hujan air meluap sampai hanya menyisakan 20 sentimeter saja. Di rumah Pak Ruly saya lihat air berputar-putar," ujarnya di lokasi kejadian.
Begitu dapat kabar, Ruly dengan warga lain mengecek ke lokasi dengan melihat dari arah pos satpam. Ruly melihat rumahnya ambruk di depan mata.
"Awalnya yang ambruk punya Pak Kusmana nomor 50 dan sebagian rumah Pak Anas di RT 02, lalu giliran rumah saya yang ambruk, baru punya Pak Taifur," sebutnya.
Ketiga rumah itu ambruk selang waktu setengah jam. Rata-rata tiga rumah ambruk di RT 01 ini bagian dapur dan ruang tamu. Sementara dua rumah di RT 02, ambruk sebagian dapurnya.
Warga berinisiatif menelpon PLN untuk mematikan listrik. Seusai hujan reda, makin banyak warga berkerumun.
Staf lapangan dari PT Graha Wijaya selaku pengembang perumahan Girimekar Permai pun datang. Di situlah, Toni, sang perwakilan developer menjadi sasaran amarah warga. Suasana pun sempat tegang.
Warga menilai pengembang menghindar karena sejak sepekan retakan tembok sudah terlihat, pimpinan teknis pengembang sulit dihubungi. Warga hanya dihadapi oleh staf lapangan. Pekerja yang saat ini sedang memperbaiki halaman belakang rumah Ruly dan Kusmana pun dinilai asal-asalan.
Belakangan diketahui, kejadian ini merupakan yang kedua kali. Musim hujan tahun lalu, dua rumah ambrol di lokasi yang kurang lebih sama.
Menurut warga, rumah ambruk disebabkan pengembang dengan sembrono mempersempit sungai yang tadinya lebar empat meter kini tinggal tersisa sekitar satu meter saja.
"Sungai yang asalnya berkelok-kelok, diluruskan, lalu kiri dan kanannya diuruk tanah. Setelah itu dijual ke konsumen. Celakanya, kami tak tahu tanah itu bekas sungai, pengembang pun tidak ngasih tahu. Pengembang menjual sungai ," kata Teguh Praludi, warga setempat.
Petugas dari BPBD Jabar yang kebetulan warga setempat langsung turun ke lapangan. Begitu juga petugas dari Polsek Cileunyi dan Babinsa dari Polres Bandung.
Toni, perwakilan dari PT Graha Wijaya mengatakan, pihaknya akan segera memperbaiki kerusakan. "Besok (hari ini, red) aktivitas pembangunan rumah dihentikan sementara, semua pekerja dikerahkan untuk memperbaiki kerusakan di sini," katanya.
Hal yang bisa dilakukan, katanya, material tanah dan reruntuhan rumah harus diangkat terlebih dahulu. "Setelah itu decker-nya dilepas, lalu bisa dilihat apa penyebab rumah ambruk," katanya.
(zik)