Perbaiki Kereta Kiai Manik Kumolo, Paidi Lakukan Ritual Ini
A
A
A
BANTUL - Penobatan KBPH Prabu Suryodilogo sebagai KGPAA Paku Alam X segera dilakukan. Berbagai persiapan dilakukan oleh berbagai elemen di Kadipaten Pakualam dalam beberapa hari terakhir.
Pergantian wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) nampaknya akan berlangsung meriah dan megah layaknya hajatan yang dilaksanakan kaum bangsawan. Kereta yang rencananya digunakan untuk alat transportasi Jumenengan KBPH Prabu Suryodilogo, yakni Kereta Kiai (Kyai) Manik Kumolo ini juga mendapat sentuhan.
Reparasi serta perbaikan di beberapa bagian perlu dilakukan agar kereta yang sudah berumur tua ini tetap bisa digunakan secara normal.
Kereta kuda cukup besar bergaya klasik ini nampak terparkir dalam sebuah rumah di Dusun Jetis, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Bantul DIY. Seorang lelaki tua nampak berhati-hati melepas beberapa bagian rusak dari kereta ini. Sesekali laki-laki yang sudah mulai sepuh ini mengangkat
kacamatanya, melihat beberapa bagian apakah telah sempurna diperbaiki atau perlu mendapat sentuhan lagi.
Laki-laki tersebut tidak lain adalah Paidi. Dia dipercaya untuk memperbaiki kereta yang akan digunakan untuk Jumenengan Paku Alam X mendatang.
Selama ini, Paidi dikenal sebagai ahli reparasi kereta kuda asal Bantul. Dia telah puluhan tahun dipercaya oleh Keraton Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualam menangani kereta-kereta keramat.
Dia juga harus menyiapkan Kereta Kiai Manik Kumolo agar berada dalam kondisi prima saat prosesi Jumenengan 7 Januari nanti. Meski usia kereta tersebut sudah lebih tua dari umurnya, Paidi mencoba memperbaiki kereta ini.
Berbagai ritual harus ia lakukan terlebih dahulu agar hajatan memperbaiki Kereta Kiai Manik Kumolo ini lancar. "Ya agar lancar saja, tidak ada gangguan. Jadi harus lelaku dulu," jelasnya.
Sebelum melakukan perbaikan, ia memang harus melakukan ritual terlebih dahulu dan berpuasa. Puasa yang dilakukan bisa puasa mutih atau puasa ngrowot. Ritual ini dilakukan untuk menyingkirkan diri dari berbagai gangguan yang kemungkinan bisa saja terjadi.
Kereta Kiai Manik Kumolo memang sudah berumur sangat tua. Kereta yang harus ditarik dengan enam kuda ini dibuat tahun 1812, berasal dari
London, Inggris.
Kereta ini telah berkali-kali digunakan untuk berbagai kegiatan upacara di Pakualaman. Kereta inilah yang selalu digunakan untuk prosesi Jumenengan Paku Alam sejak sejak masa Paku Alam I. Karena sudah tua itu pula, memerlukan teknik khusus untuk memperbaikinya.
"Kereta keraton ini yang sudah dianggap keramat. Karenanya tiap sebelum memulai perbaikan kereta keraton, selamatan dan doa bersama
harus selalu dilakukan," ujarnya.
Karena usianya yang sudah tua itu, perawatan dan perbaikan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat. Kehati-hatian ini diperlukan
agar tidak merusak kereta tersebut.
Perbaikan utama yang harus dilakukan pada Kereta Kiai Manik Kumolo saat ini adalah mengganti landasan kereta yang sudah mulai lapuk. Pergantian tersebut sangat diperlukan agar nanti tidak patah di tengah jalan.
Selain itu, rencananya dilakukan pengecatan ulang serta kaca-kaca yang sudah retak. "Waktu tinggal beberapa minggu lagi. Tetapi saya tidak boleh buru-buru mengerjakan perbaikan ini."
Pergantian wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) nampaknya akan berlangsung meriah dan megah layaknya hajatan yang dilaksanakan kaum bangsawan. Kereta yang rencananya digunakan untuk alat transportasi Jumenengan KBPH Prabu Suryodilogo, yakni Kereta Kiai (Kyai) Manik Kumolo ini juga mendapat sentuhan.
Reparasi serta perbaikan di beberapa bagian perlu dilakukan agar kereta yang sudah berumur tua ini tetap bisa digunakan secara normal.
Kereta kuda cukup besar bergaya klasik ini nampak terparkir dalam sebuah rumah di Dusun Jetis, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Bantul DIY. Seorang lelaki tua nampak berhati-hati melepas beberapa bagian rusak dari kereta ini. Sesekali laki-laki yang sudah mulai sepuh ini mengangkat
kacamatanya, melihat beberapa bagian apakah telah sempurna diperbaiki atau perlu mendapat sentuhan lagi.
Laki-laki tersebut tidak lain adalah Paidi. Dia dipercaya untuk memperbaiki kereta yang akan digunakan untuk Jumenengan Paku Alam X mendatang.
Selama ini, Paidi dikenal sebagai ahli reparasi kereta kuda asal Bantul. Dia telah puluhan tahun dipercaya oleh Keraton Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualam menangani kereta-kereta keramat.
Dia juga harus menyiapkan Kereta Kiai Manik Kumolo agar berada dalam kondisi prima saat prosesi Jumenengan 7 Januari nanti. Meski usia kereta tersebut sudah lebih tua dari umurnya, Paidi mencoba memperbaiki kereta ini.
Berbagai ritual harus ia lakukan terlebih dahulu agar hajatan memperbaiki Kereta Kiai Manik Kumolo ini lancar. "Ya agar lancar saja, tidak ada gangguan. Jadi harus lelaku dulu," jelasnya.
Sebelum melakukan perbaikan, ia memang harus melakukan ritual terlebih dahulu dan berpuasa. Puasa yang dilakukan bisa puasa mutih atau puasa ngrowot. Ritual ini dilakukan untuk menyingkirkan diri dari berbagai gangguan yang kemungkinan bisa saja terjadi.
Kereta Kiai Manik Kumolo memang sudah berumur sangat tua. Kereta yang harus ditarik dengan enam kuda ini dibuat tahun 1812, berasal dari
London, Inggris.
Kereta ini telah berkali-kali digunakan untuk berbagai kegiatan upacara di Pakualaman. Kereta inilah yang selalu digunakan untuk prosesi Jumenengan Paku Alam sejak sejak masa Paku Alam I. Karena sudah tua itu pula, memerlukan teknik khusus untuk memperbaikinya.
"Kereta keraton ini yang sudah dianggap keramat. Karenanya tiap sebelum memulai perbaikan kereta keraton, selamatan dan doa bersama
harus selalu dilakukan," ujarnya.
Karena usianya yang sudah tua itu, perawatan dan perbaikan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat. Kehati-hatian ini diperlukan
agar tidak merusak kereta tersebut.
Perbaikan utama yang harus dilakukan pada Kereta Kiai Manik Kumolo saat ini adalah mengganti landasan kereta yang sudah mulai lapuk. Pergantian tersebut sangat diperlukan agar nanti tidak patah di tengah jalan.
Selain itu, rencananya dilakukan pengecatan ulang serta kaca-kaca yang sudah retak. "Waktu tinggal beberapa minggu lagi. Tetapi saya tidak boleh buru-buru mengerjakan perbaikan ini."
(zik)