Cuaca Ekstrem Landa DIY, Waspadai Ancaman Bencana
A
A
A
SLEMAN - Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilanda cuaca ekstrem beberapa hari terakhir ini. Masyarakat diharap lebih waspada terhadap ancaman bencana.
"Banyak ancaman bencananya akibat cuaca ekstrem seperti ini. Intensitas hujan lebat dengan durasi singkat. Dari longsor, banjir, petir, dan angin kencang," kata Staf Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Indah Retno Wulan, Sabtu (12/12/2015).
Beberapa indikator yang menggolongkan cuaca saat ini masuk dalam kategori ekstrem di antaranya dalam satu jam terjadi hujan lebih dari 22 milimeter. Atau, dalam seharinya intensitas lebih dari 50 milimeter.
"Selain itu juga kecepatan angin 35 kilometer per jam. Angin normalnya 8-15 kilometer per jam. Kalau sudah melebihi, sudah termasuk ekstrem," tuturnya.
Akan tetapi, untuk angin yang berkecepatan melebihi 35 kilometer per jam ini hanya dalam radius lima kilometer. Biasanya terjadi di wilayah-wilayah urban, perbatasan antara permukiman padat dengan yang penghijauannya masih terjaga.
"Di Wates, Wonosari, Sleman, perbatasan antara permukiman padat dengan yang masih hijau. Itu yang menyebabkan baliho atau pohon tumbang," ujarnya.
Di wilayah perkotaan, lanjutnya, saluran air atau drainasenya harus diperhatikan.
Musibah longsor dan banjir juga mengancam wilayah aliran sungai berhulu Merapi. Selain itu juga material vulkanik sisa erupsi 2010, yang saat ini masih ada sekitar 40 juta meter kubik.
"Banyak ancaman bencananya akibat cuaca ekstrem seperti ini. Intensitas hujan lebat dengan durasi singkat. Dari longsor, banjir, petir, dan angin kencang," kata Staf Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Indah Retno Wulan, Sabtu (12/12/2015).
Beberapa indikator yang menggolongkan cuaca saat ini masuk dalam kategori ekstrem di antaranya dalam satu jam terjadi hujan lebih dari 22 milimeter. Atau, dalam seharinya intensitas lebih dari 50 milimeter.
"Selain itu juga kecepatan angin 35 kilometer per jam. Angin normalnya 8-15 kilometer per jam. Kalau sudah melebihi, sudah termasuk ekstrem," tuturnya.
Akan tetapi, untuk angin yang berkecepatan melebihi 35 kilometer per jam ini hanya dalam radius lima kilometer. Biasanya terjadi di wilayah-wilayah urban, perbatasan antara permukiman padat dengan yang penghijauannya masih terjaga.
"Di Wates, Wonosari, Sleman, perbatasan antara permukiman padat dengan yang masih hijau. Itu yang menyebabkan baliho atau pohon tumbang," ujarnya.
Di wilayah perkotaan, lanjutnya, saluran air atau drainasenya harus diperhatikan.
Musibah longsor dan banjir juga mengancam wilayah aliran sungai berhulu Merapi. Selain itu juga material vulkanik sisa erupsi 2010, yang saat ini masih ada sekitar 40 juta meter kubik.
(zik)