Dokter Hewan Ini Dahulu Takut Anjing

Kamis, 10 Desember 2015 - 12:43 WIB
Dokter Hewan Ini Dahulu Takut Anjing
Dokter Hewan Ini Dahulu Takut Anjing
A A A
BATAM - Dahulu, cita-citanya ingin terjun ke militer seperti ayahnya. Namun, garis takdir malah menuntunnya jadi dokter hewan. Padahal, saat kecil dia sering menangis jika dikejar anjing. Kini De' Chruse Pet Center yang didirikannya malah menjadi tumpuan pencinta hewan di Batam.

Ia tampak santai di ruangan kerjanya. Mengenakan pakaian kerja berwarna kuning dengan gambar dua jejak kaki hewan peliharaan di dada sebelah kiri.

"Tempat ini baru direnovasi beberapa bulan lalu, sekarang untuk pet boarding atau tempat penitipan dan rawat inap dipisah," kata Fery Firdaus, pemilik De' Chruse Pet Center di Ruko Puriloka, Seipanas.

Pet clinic atau tempat praktik Fery Firdaus terletak di belakang pet shop. Bau obat-obatan khas ruang dokter juga langsung tercium saat memasuki tempat itu. Di dinding, botol-botol obat terlihat rapi ditata di atas rak. Tiang infus tampak di pojok, lengkap dengan botol dan selang yang menggantung. Di tengah ruangan juga terdapat meja operasi kecil.

Sambil menerangkan tata letak kliniknya, Fery mengajak KORAN SINDO BATAM melihat ruang rawat inap. Di sana ada empat ekor kucing yang sedang dirawat, terdiri dari satu kucing persia dan tiga kucing lokal.

"Ini ada yang sudah dua minggu, ada juga yang baru empat hari di sini," tunjuk Fery.

Masing-masing pasiennya itu, kata Fery, memiliki penyakit berbeda, sehingga penanganannya tak sama. Ada yang kena penyakit kulit, ada yang matanya kena cakar, ada yang buta dari lahir, dan ada yang bermasalah dengan perutnya.

Fery mengurus mereka dengan telaten. Dibantu beberapa asisten, ia setiap hari berkutat dengan puluhan hewan peliharaan yang terdiri dari anjing dan kucing. Anak ketiga dari empat bersaudara ini tak pernah bermimpi memiliki pet center selengkap saat ini.

Dilahirkan dari keluarga TNI, Fery dididik amat displin saat kecil. Laki-laki kelahiran Banda Aceh 1980 dan besar di Kalimantan Selatan ini, dahulu memiliki cita-cita terjun ke militer. Tamat SMA dia bertekad kuliah di luar Kalimantan dan memutuskan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Sayangnya saya tak lulus di UGM dan dapatnya malah di kedokteran hewan IPB," katanya.

Waktu itu Fery menjalani perkuliahan hanya untuk mendapatkan nilai. Rencananya, selesai pendidikan di kedokteran hewan, ia akan masuk ke Akabri. Niat itu gagal. Untuk bisa bertahan di bidangnya, Fery magang di empat tempat.

Tahun 2006 ada informasi bahwa di Batam ada pusat pelatihan anjing yang membutuhkan tenaga dokter. Fery memutuskan mengadu untung dengan berangkat ke Batam. Selama tiga bulan ia magang menjadi dokter, mengurus kesehatan anjing yang dilatih.

Fery mendapatkan banyak pengalaman baru di pusat pelatihan anjing itu. Dia mulai merasa dekat dengan hewan peliharaan. Di tempatnya bekerja tersebut, ia mendapatkan gaji Rp10 juta per bulan. Suatu hari ada masalah internal di tempatnya bekerja hingga ia memutuskan keluar.

Februari 2011, Fery memilih membuka sendiri klinik hewan peliharaan. Ada kekhawatiran saat ia mulai buka usaha tersebut. Apalagi kliniknya berada di ruko kecil dengan barang-barang dan obat-obatan saling berdesakan.

Setelah digunakan mengurus keperluan buka klinik, tabungannya tinggal Rp10 juta kala itu. Sementara, ia menggaji dua karyawan untuk membantu mengelola kliniknya.

"Karyawan saya per orang gajinya Rp1,5 juta, maka kalau klinik saya tak ada pemasukan, saya masih bisa menggaji karyawan selama tiga bulan. Saya hanya dokter hewan yang nggak ngerti bisnis waktu itu," kenangnya.

Namun kekhawatirannya tidak terbukti. Kenalan dan relasinya saat masih bekerja di pelatihan anjing banyak yang datang ke kliniknya. Di Batam kala itu tak mudah menemukan dokter hewan yang kompeten, sehingga mereka tetap datang kepada Fery.

"Satu bulan pertama ternyata penghasilan klinik itu malah Rp12 juta, lebih besar dari gaji saya," katanya sambil tertawa.

Ia makin optimistis. Setiap keuntungan diputarnya untuk memberi barang-barang keperluan di klinik. Lama-lama ia melengkapi kliniknya dengan pet shop yang menyediakan barang-barang kebutuhan hewan peliharaan.

"Awalnya sedikit, tak pernah dulu membayangkan kalau klinik saya jadi berkembang seperti sekarang ini," kata bapak satu anak ini.

Kini, di pet center itu telah lengkap, menyediakan berbagai macam keperluan anjing dan kucing. Mulai dari aksesori, makanan, snack, mainan, kandang, vitamin atau suplemen, sampo, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Jika awalnya karyawannya hanya dua orang, kini sudah menjadi tujuh orang. De' Chruse Pet Center ini menyuguhkan konsep berbagai layanan dalam satu lokasi. Ada pet shop, pet clinic (klinik hewan), pet grooming (salon hewan), pet boarding (penitipan hewan), dan pet shiping (pengiriman hewan).

Klinik hewan menyediakan rawat inap, operasi, pemacakan hewan dan dental scaling. Sedangkan salonnya bisa memandikan hewan, memotong kuku, membersihkan telinga, memotong rambut, atau bulu sesuai model yang dikehendaki.

"Kami juga menerima jasa salon ke rumah," kata Fery.

Sementara itu, penitipan hewannya bukan sekadar menerima jasa peletakan hewan selama dititipkan, tapi juga merawat hewan dengan baik. Ruangan pet boarding yang terletak di lantai dua itu dilengkapi dengan pendingin ruangan. Hewan yang dititipkan juga diberi makanan kualitas premium dua kali sehari, pengawasan 24 jam oleh tenaga profesional dan menggunakan CCTV.

Pet center milik Fery juga menawarkan jasa pengiriman anjing dan kucing keluar Pulau Batam. Saat ini juga ada beberapa kucing dan anjing yang ready untuk dijual. Mereka itu sudah dilengkapi dengan sertifikat serta dipastikan dalam kondisi sehat.

Kini, pet center yang didirikan Fery dengan kekhawatiran jadi bangkrut itu malah makin berkembang. Beberapa renovasi juga dilakukan. Sekarang, tempat itu makin luas menjadi ruko dua pintu dengan tiga lantai. Hampir setiap hari salon hewannya selalu kebanjiran konsumen. Tak heran jika usahanya itu kini omzetnya rata-rata mencapai Rp16 juta per hari.

"Untuk perawatan di sini harganya berbeda-beda tergantung jenis dan tingkat kesulitannya," pungkas Fery.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8245 seconds (0.1#10.140)
pixels