Warga Kutai Kartanegara Masih Trauma dengan Jembatan Ambruk
A
A
A
TENGGARONG - Warga Kabupaten Kutai Kartanegara rupanya masih trauma dengan peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) yang terjadi pada 26 November 2011.
Meski peristiwa itu sudah lewat empat tahun silam, namun bayangan peritiwa itu masih terngiang hingga kini.
Meski jembatan pengganti yang dibangun di tempat yang sama sudah selesai dibangun, namun sejumlah warga mengaku masih ragu untuk melintasinya.
Trauma mendalam tentu paling dirasakan oleh warga Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang. Pasalnya, jembatan itu menghubungkan dua kecamatan ini.
“Kalau dibilang trauma ya tentu saja trauma. Sebab peristiwa itu kan menggemparkan dunia. Kalau lewat dekat jembatan, pasti selalu ingat jembatan runtuh. Teman-teman dan tetangga saya juga begitu,” kata seorang warga Tenggarong Seberang, Ahmad Rudiansyah (32), Selasa 1 Desember 2015.
Warga lain, Fairuz, mengaku masih ragu jika harus melintasi jembatan baru tersebut. “Pasti nanti setiap melintasi jembatan itu saya selalu berdoa, semoga tidak runtuh lagi,” katanya.
Fairuz mengakui, akibat rubuhnya jembatan Kutai Kartanegara, pola transportasi masyarakat Kutai Kartanegara berubah drastis. Ini yang membuat runtuhnya jembatan itu sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
“Setelah jembatan itu jadi tahun 2001, masyarakat lebih nyaman untuk bepergian. Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibelah Sungai Mahakam dapat disatukan oleh jembatan ini. Begitu runtuh, semua merasakan dampaknya,” kata Fairuz.
Apalagi, saat runtuh, jembatan ini memakan korban jiwa lebih dari 20 orang meninggal dunia.
Bahkan belasan orang sampai saat ini belum ditemukan dan dinyatakan hilang. Diduga, korban hilang terjebak di dalam kendaraan yang ikut tenggelam dan terperangkap di kerangka jembatan.
Kini jembatan baru sudah selesai dibangun. Untuk menghilangkan trauma warga, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melakukan ujicoba jembatan pada Senin, 30 November 2015. Sebanyak 20 truk besar dengan berat masing-masing 25 ton dijejer di atas bentang utama jembatan.
Ujicoba jembatan ini sebenarnya bertujuan untuk uji beban, mengukur kekokohan jembatan yang bertipe continuous arch bridge atau pelengkung menerus ini.
Tujuan lain yang tak kalah penting adalah meyakinkan masyarakat akan kekuatan jembatan baru ini dan menghapus trauma.
“Kita sekarang tinggal menunggu hasil rekomendasi dari Komisi Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJT) Kementerian PU. Kita bersyukur uji beban ini berjalan lancar,” kata Pj Bupati Kutai Kartanegara, Chairil Anwar.
Rencananya, 7 Desember 2015 mendatang jembatan ini akan diresmikan dan mulai digunakan oleh masyarakat.
Meski peristiwa itu sudah lewat empat tahun silam, namun bayangan peritiwa itu masih terngiang hingga kini.
Meski jembatan pengganti yang dibangun di tempat yang sama sudah selesai dibangun, namun sejumlah warga mengaku masih ragu untuk melintasinya.
Trauma mendalam tentu paling dirasakan oleh warga Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang. Pasalnya, jembatan itu menghubungkan dua kecamatan ini.
“Kalau dibilang trauma ya tentu saja trauma. Sebab peristiwa itu kan menggemparkan dunia. Kalau lewat dekat jembatan, pasti selalu ingat jembatan runtuh. Teman-teman dan tetangga saya juga begitu,” kata seorang warga Tenggarong Seberang, Ahmad Rudiansyah (32), Selasa 1 Desember 2015.
Warga lain, Fairuz, mengaku masih ragu jika harus melintasi jembatan baru tersebut. “Pasti nanti setiap melintasi jembatan itu saya selalu berdoa, semoga tidak runtuh lagi,” katanya.
Fairuz mengakui, akibat rubuhnya jembatan Kutai Kartanegara, pola transportasi masyarakat Kutai Kartanegara berubah drastis. Ini yang membuat runtuhnya jembatan itu sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
“Setelah jembatan itu jadi tahun 2001, masyarakat lebih nyaman untuk bepergian. Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibelah Sungai Mahakam dapat disatukan oleh jembatan ini. Begitu runtuh, semua merasakan dampaknya,” kata Fairuz.
Apalagi, saat runtuh, jembatan ini memakan korban jiwa lebih dari 20 orang meninggal dunia.
Bahkan belasan orang sampai saat ini belum ditemukan dan dinyatakan hilang. Diduga, korban hilang terjebak di dalam kendaraan yang ikut tenggelam dan terperangkap di kerangka jembatan.
Kini jembatan baru sudah selesai dibangun. Untuk menghilangkan trauma warga, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melakukan ujicoba jembatan pada Senin, 30 November 2015. Sebanyak 20 truk besar dengan berat masing-masing 25 ton dijejer di atas bentang utama jembatan.
Ujicoba jembatan ini sebenarnya bertujuan untuk uji beban, mengukur kekokohan jembatan yang bertipe continuous arch bridge atau pelengkung menerus ini.
Tujuan lain yang tak kalah penting adalah meyakinkan masyarakat akan kekuatan jembatan baru ini dan menghapus trauma.
“Kita sekarang tinggal menunggu hasil rekomendasi dari Komisi Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJT) Kementerian PU. Kita bersyukur uji beban ini berjalan lancar,” kata Pj Bupati Kutai Kartanegara, Chairil Anwar.
Rencananya, 7 Desember 2015 mendatang jembatan ini akan diresmikan dan mulai digunakan oleh masyarakat.
(sms)