Polemik Sampurasun, HTI: Hati-Hati Ada yang Memanfaatkan Situasi
A
A
A
BANDUNG - Hizbut Tahrir Indonesa (HTI) Jawa Barat menyarankan adanya dialog agar polemik seputar pelesetan sampurasun menjadi campur racun tidak terus berkepanjangan.
"Ya, saya pikir dialog akan membuat kondisi menjadi lebih kondusif," kata Humas HTI Jawa Barat Luthfi Afandi, Rabu (2/12/2015).
Ia pun mengingatkan agar semua pihak waspada. Jangan sampai persoalan yang ada dimanfaatkan pihak tertentu. "Masing-masing pihak harus hati-hati dengan pihak tertentu yang justru memanfaatkan situasi ini menjadi lebih pelik," pintanya.
Sementara, soal pelesetan sampurasun yang diucapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, ia punya pandangan sendiri. "Yang saya lihat konteks ceramah Habib Rizieq adalah dalam rangka mengkritik upaya-upaya untuk menggantikan syariat Islam dengan budaya," jelas Luthfi.
Menurutnya, ungkapan Habib Rizieq adalah ungkapan keresahan seorang ulama terhadap berbagai kondisi dan paham yang berupaya meracuni umat Islam, meminggirkan syariat Islam, dan menggantikannya dengan budaya bukan Islam.
Di dalam Islam, sambung Luthfi, budaya yang tidak tercampur oleh kepercayaan dan agama lain tidak dipermasalahkan. Tapi, budaya yang memuat unsur kepercayaan dan agama non-Islam jelas tertolak.
"Sebagai contoh, budaya membuat patung, apalagi memajangnya di tempat-tempat umum jelas bukan budaya Islam."
Seperti diketahui, Angkatan Muda Siliwangi (AMS) melaporkan Imam Besar FPI Habib Rizieq ke Polda Jawa Barat, karena dianggap
menghina budaya Sunda. Habib Rizieq dituding mempelesetkan kata sampurasun menjadi campur racun. Itu diucapkan Habib dalam ceramahnya di Purwakarta pada 13 November 2015.
"Ya, saya pikir dialog akan membuat kondisi menjadi lebih kondusif," kata Humas HTI Jawa Barat Luthfi Afandi, Rabu (2/12/2015).
Ia pun mengingatkan agar semua pihak waspada. Jangan sampai persoalan yang ada dimanfaatkan pihak tertentu. "Masing-masing pihak harus hati-hati dengan pihak tertentu yang justru memanfaatkan situasi ini menjadi lebih pelik," pintanya.
Sementara, soal pelesetan sampurasun yang diucapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, ia punya pandangan sendiri. "Yang saya lihat konteks ceramah Habib Rizieq adalah dalam rangka mengkritik upaya-upaya untuk menggantikan syariat Islam dengan budaya," jelas Luthfi.
Menurutnya, ungkapan Habib Rizieq adalah ungkapan keresahan seorang ulama terhadap berbagai kondisi dan paham yang berupaya meracuni umat Islam, meminggirkan syariat Islam, dan menggantikannya dengan budaya bukan Islam.
Di dalam Islam, sambung Luthfi, budaya yang tidak tercampur oleh kepercayaan dan agama lain tidak dipermasalahkan. Tapi, budaya yang memuat unsur kepercayaan dan agama non-Islam jelas tertolak.
"Sebagai contoh, budaya membuat patung, apalagi memajangnya di tempat-tempat umum jelas bukan budaya Islam."
Seperti diketahui, Angkatan Muda Siliwangi (AMS) melaporkan Imam Besar FPI Habib Rizieq ke Polda Jawa Barat, karena dianggap
menghina budaya Sunda. Habib Rizieq dituding mempelesetkan kata sampurasun menjadi campur racun. Itu diucapkan Habib dalam ceramahnya di Purwakarta pada 13 November 2015.
(zik)