7 Balita di Kulon Progo Menderita HIV/AIDS
A
A
A
KULON PROGO - Sebanyak 158 warga Kulon Progo menderita virus HIV/AIDS sejak periode 2001 sampai September 2015. Dari jumlah itu, 128 orang di antaranya masih terpantau, dan hanya 30 lainnya aktif melakukan pemeriksaan kesehatan.
Sekretaris Komisi Perlindungan AIDS Daerah (KPAD) Kulon Progo Baning Rahayu Jati mengatakan, temuan ini hanyalah sebagian kecil dari kasus yang ada. Seperti fenomena gunung es, dipastikan ada penderita lain yang belum teridentifikasi.
"Hanya mereka tidak tahu atau merahasiakan jika menjadi pengidap HIV/AIDS. Sampai dengan triwulan ketiga 2015, tercatat ada 158 Odha dan 56 di antaranya sudah masuk fase AIDS," katanya, Selasa (1/12/2015).
Ditambahkan dia, pada 2015 ini saja terdapat temuan 24 orang dan yang positif AIDS hanya lima orang. “Bahkan ada tujuh balita yang ikut terkena HIV/AIDS,” jelasnya.
Menurutnya, sebagian besar penderita ini berada dalam usia produktif antara 30-39 tahun. Mereka ini terpapar sekitar 10 tahun sebelum terdeteksi positif. Sebagian besar berada di Temon, Wates, Panjatan dan Sentolo.
Meski begitu, hampir di 12 kecamatan semuanya ditemukan penderita. Dilihat dari latar belakang pekerjaan hampir terjadi di beberapa. Mulai dari wiraswasta, buruh kasar hingga ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya.
“Memang kebanyakan masih dari hubungan seks dari heterogen (lawan jenis). Sedangkan yang homoseks ada empat kasus,” tuturnya.
Untuk mengendalikan penularan dan pencegahan, KPA terus melakukan beberapa upaya pencegahan mulai dari sosialisasi, pendampingan hingga beberapa upaya pencegahan.
Tidak hanya di kalangan masyarakat, tetapi juga menyasar para pelajar melalui pendidikan reproduksi. “Di RSUD Wates sudah ada layanan bagi penderita yang siap membantu pasien. Sedangkan di puskesmas baru ada 10 yang bisa mendeteksi," tuturnya.
Upaya pencegahan, kata dia, juga terus dilakukan dengan mmebangun kelompok di masyarakat. Dari 88 desa yang ada, sudah ada 25 desa yang membentuk Desa Peduli HIV/AIDS.
“Peringatan Hari AIDS ini, kami akan gelar senam sehat di alun–alun dengan sosialisasi dan pembagian brosur pada hari Minggu nanti,” tuturnya.
Sementara itu, Pengelola Program KPA DIY Siti Baruni mengatakan, dari 112 penderita HIV/AIDS di Kulon Progo, hanya 30 yang aktif melakukan pemeriksaan kesehatan. Padahal penyakit ini bisa diobati dengan aktif melakukan pemeriksaan.
“Hanya 26,7% yang aktif memeriksakan diri,” jelasnya.
Dikatakannya, di Kulon Progo ada dua kasus kelahiran yang anaknya terinfeksi HIV/AIDS. Kebetulan ibunya meninggal dunia saat proses kelahiran. Bayi ini baru diketahui tertular saat roses kelahiran.
“Kalau terdeteksi lebih cepat, pasti penanganan akan lebih baik,” pungkasnya.
Sekretaris Komisi Perlindungan AIDS Daerah (KPAD) Kulon Progo Baning Rahayu Jati mengatakan, temuan ini hanyalah sebagian kecil dari kasus yang ada. Seperti fenomena gunung es, dipastikan ada penderita lain yang belum teridentifikasi.
"Hanya mereka tidak tahu atau merahasiakan jika menjadi pengidap HIV/AIDS. Sampai dengan triwulan ketiga 2015, tercatat ada 158 Odha dan 56 di antaranya sudah masuk fase AIDS," katanya, Selasa (1/12/2015).
Ditambahkan dia, pada 2015 ini saja terdapat temuan 24 orang dan yang positif AIDS hanya lima orang. “Bahkan ada tujuh balita yang ikut terkena HIV/AIDS,” jelasnya.
Menurutnya, sebagian besar penderita ini berada dalam usia produktif antara 30-39 tahun. Mereka ini terpapar sekitar 10 tahun sebelum terdeteksi positif. Sebagian besar berada di Temon, Wates, Panjatan dan Sentolo.
Meski begitu, hampir di 12 kecamatan semuanya ditemukan penderita. Dilihat dari latar belakang pekerjaan hampir terjadi di beberapa. Mulai dari wiraswasta, buruh kasar hingga ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya.
“Memang kebanyakan masih dari hubungan seks dari heterogen (lawan jenis). Sedangkan yang homoseks ada empat kasus,” tuturnya.
Untuk mengendalikan penularan dan pencegahan, KPA terus melakukan beberapa upaya pencegahan mulai dari sosialisasi, pendampingan hingga beberapa upaya pencegahan.
Tidak hanya di kalangan masyarakat, tetapi juga menyasar para pelajar melalui pendidikan reproduksi. “Di RSUD Wates sudah ada layanan bagi penderita yang siap membantu pasien. Sedangkan di puskesmas baru ada 10 yang bisa mendeteksi," tuturnya.
Upaya pencegahan, kata dia, juga terus dilakukan dengan mmebangun kelompok di masyarakat. Dari 88 desa yang ada, sudah ada 25 desa yang membentuk Desa Peduli HIV/AIDS.
“Peringatan Hari AIDS ini, kami akan gelar senam sehat di alun–alun dengan sosialisasi dan pembagian brosur pada hari Minggu nanti,” tuturnya.
Sementara itu, Pengelola Program KPA DIY Siti Baruni mengatakan, dari 112 penderita HIV/AIDS di Kulon Progo, hanya 30 yang aktif melakukan pemeriksaan kesehatan. Padahal penyakit ini bisa diobati dengan aktif melakukan pemeriksaan.
“Hanya 26,7% yang aktif memeriksakan diri,” jelasnya.
Dikatakannya, di Kulon Progo ada dua kasus kelahiran yang anaknya terinfeksi HIV/AIDS. Kebetulan ibunya meninggal dunia saat proses kelahiran. Bayi ini baru diketahui tertular saat roses kelahiran.
“Kalau terdeteksi lebih cepat, pasti penanganan akan lebih baik,” pungkasnya.
(san)