Dimarahi dan Diusir Guru dari Kelas, Bocah SD Ini Trauma

Selasa, 24 November 2015 - 09:17 WIB
Dimarahi dan Diusir...
Dimarahi dan Diusir Guru dari Kelas, Bocah SD Ini Trauma
A A A
PURWAKARTA - Ahmad Muzaki, bocah kelas III SDN 5 Mujuljaya, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat trauma perlakuan gurunya sehingga sudah dua minggu tak masuk sekolah.

Bahkan sekarang, anak berusia 9 tahun tersebut mendadak bersikap tertutup dan tidak mau keluar rumah jika tidak ditemani ibunya.

Belakangan diketahui, sikap putra ke empat dari lima bersaudara di Kampung Munjul RT 21/06, Kelurahan Mujuljaya, Kecamatan/Purwakarta tersebut bukan tanpa alasan.

Muzaki memutuskan untuk belajar di rumah setelah diusir oleh guru kelasnya di sekolah beberapa waktu lalu.

Persoalan yang menimpa Muzaki ini membuat ibunya Irma Fitaloka (48) tidak habis pikir. Sebelumnya dia tidak percaya cerita anaknya itu.

Namun setelah melakukan penelusuran dan menanyakan kepada teman-teman sekelas Muzaki, wanita berkerudung ini akhirnya mempercayai cerita anaknya tersebut.

"Mental dan kejiwaan Muzaki terguncang. Sekarang anak saya ini jadi minder setiap bertemu dengan orang di luar. Terutama dengan teman-temannya di sekolah," ujar Irma Selasa (24/11/2015).

Irma menceritakan, persoalan yang menimpa anaknya ini bermula saat dirinya mengirim surat izin sakit ke sekolah.

Di belakang surat tersebut Irma sengaja menambahkan tulisan yang mengisyaratkan pesan agar guru lebih memperhatikan anaknya. Sebab, Muzaki sering menjadi korban bully teman-temannya di kelas.

"Anak saya kan harus berobat rutin setiap satu bulan sekali karena punya penyakit. Kalau masuk sering diledekin sama teman-temanya. Anak saya ini sejak kelas 1 SD hingga sekarang kelas 3, masih menjadi korban bully," ujarnya.

Meskipun demikian sebagai orang tua dirinya tidak terlalu mempermasalahkan, meskipun pernah sekali dia mengadukan persoalan anaknya yang selalu menjadi korban bully ke gurunya beberapa waktu lalu.

Pasalnya, Muzaki menangis pulang sekolah karena dipukul dan ditendang teman-temanya, bahkan yang paling parah disuruh melihat gambar porno.

"Yang bikin saya permasalshkan bukan korban bully-nya itu, tapi karena sikap wali kelas yang menjadi guru anak saya ini. Dia memarahi anak saya karena membaca pesan yang saya tulis dalam surat izin sakit agar anak saya lebih diperhatikan. Karena waktu itu anak saya dua hari tidak masuk harus berobat," tuturnya.

Menurutnya, kalimat yang meminta Muzaki lebih diperhatikan gurunya saat berada di kelas, ternyata dipandang lain oleh guru wali kelas anak Muzaki.

Guru yang bersangkutan merasa dilecehan hingga akhirnya marah-marah dihadapan murid lainya kepada Muzaki yang saat itu akan mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.

Karena merasa tertekan Muzaki kemudian membuat curhatan dalam bentuk kalimat di dalam buku belajarnya. Dia menulis kalimat "Sekolah Tidak Barokah".

Kalimat yang ditulis Muzaki itu kemudian diambil oleh teman-temannya dan diadukan kepada guru.

Saat itu lah guru yang jadi wali kelas Muzaki semakin marah besar dan meminta Muzaki untuk pulang dari sekolah.

"Menurut saya tindakan gurunya ini sangat tidak dibenarkan. Kemudian saya mendatangi sekolah anak saya ini dan meminta bertemu dengan wali kelas anak saya itu. Sesampainya di situ ternyata guru ini justru marah-marah dan memang menyalahkan anak saya di depan saya. Padahal saya datang ke sekolah hanya ingin meluruskan. Kalau pun harus marah jangan pada anak. Kalau pun surat yang dikirim saya itu dipandang salah jangan marah ke anak tapi ke saya saja," tambah dia.

Setelah kejadian itu, hingga kini Muzaki mendadak menjadi anak yang tertutup. Bahkan dirinya tidak berani untuk pergi ke luar rumah.

Apalagi setelah mendengar ternyata setelah kejadian tersebut, kata Irma, guru yang menjadi wali kelas Muzaki meminta teman-teman Muzaki untuk tidak bergaul dengannya. "Itu yang membuat saya sakit hati," kata Irma, sambil menangis.

Sementara itu pihak SDN 5 Munjuljaya enggan memberikan komentar mengenai persoalan ini.

Saat melihat ada sejumlah awak media yang datang pihak sekolah malah menutup diri dan meminta wartawan untuk menanyakannya ke kepala sekolah yang saat itu sedang tidak ada di tempat.

"Lebih baik ke Pak Kepala saja. Tapi sekarang orangnya tidak ada. Ditunggu juga gak tau kapan datang," ujar salah seorang guru di sekolah tersebut.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2588 seconds (0.1#10.140)