Rumah Dinas Akper Terbakar, Pasutri dan Bayi Tewas Terpanggang
A
A
A
RUMAH DINAS AKPE, TERBAKAR, PASUTRI DAN BAYI, TEWAS TERPANGGANG - Kebakaran hebat melanda rumah dinas di kompleks Akademi Perawat (Akper) Pemkab Labuhanbatu, Kelurahan Sioldengan, Rantau Selatan.
Akibatnya, tiga dari delapan penghuni rumah tewas terbakar. Mereka yang tewas dilalap sijago merah tersebut, yakni, pasangan suami istri (pasutri) Zulkifli Nasutiondan (45), Nurmelan Siregar (36) serta anaknya yang masih bayi Maulana Bakri Al-Husin.
Zulkifli sempat dirawat sekitar 6 jam di RSU Rantauprapat, namun karena luka bakar yang cukup parah, nyawanya tak dapat diselamatkan.
Berdasar Informasi dilokasi kejadian, peristiwa kebakaran yang terjadi pada Selasa (17/11/2015) dini hari itu, berawal dari ruang dapur rumah yang memiliki tiga kamar tersebut.
Kemudian menjalar kebagian ruangan depan melalui atas plafon hingga kemudian membesar di ruangan itu.
Sebelumnya, Zulkifli yang merupakan ayah dari tiga anak itu sempat menyelamatkan dua anaknya dan tiga sanak saudaranya.
Namun dikarenakan api semakin membesar dan ruangan disesaki asap, Zulkifli diperkirakan kehabisan tenaga dan tidak sanggup lagi menolong istri serta satu anak bayinya yang masih berada di dalam kamar tidur.
"Satu lagi anaknya di kamar dan istrinya disebut di kamar mandi. Jadi, anak dan istrinya tewas di dalam rumah," ujar salah seorang warga.
Kepala Akper Pemkab Labuhanbatu Neng Khoiriah hingga kini belum memberikan keterangan terkait peristiwa kebakaran yang menelan tiga korban jiwa itu.
Padahal lokasi tersebut berada sekitar tujuh meter dari asrama mahasiswa/mahasiswi didiknya serta pihak management Akper Pemkab Labuhanbatu.
Lurah Sioldengan Nurdin Edy menerangkan, berdasarkan laporan Kepala Lingkungan (Kepling), warga beserta sejumlah unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) berusaha memadamkan api. Setelah itu barulah korban yang di dalam dibawa kesarana kesehatan setempat.
"Informasinya, suaminya sempat menolong yang lainnya, baru saat ingin menolong istri dan anaknya, dia tidak keluar-keluar lagi. Itulah informasi yang saya peroleh dari Kepala lingkungan," katanya.
Sementara, Wakil Direktur Akper Rantauprapat Reinpil Capah yang turut berusaha membantu korban mengatakan, api diduga berawal dari bagian kamar belakang rumah korban.
Sedangkan korban bersama istri dan anaknya saat itu sedang tertidur pulas dan terlambat mengetahui adanya kebakaran yang menimpa rumahnya, sehingga mereka tidak sempat keluar membuka pintu yang memakai teralis besi itu.
"Di situlah suaminya berusaha keluar dari depan. Tapi tidak bisa karena pintu rumahnya memakai teralis. Kami juga ikut membantu merusak teralis, tapi gak bisa dibuka," kata Reinpil.
Dia mengungkapkan, korban tiba-tiba berusaha keluar dari arah api yang ada dibelakang. Namun sekujur tubuh korban tak bisa menghindari amukan api yang sudah sempat membakar tubuhnya akibat terkurung di dalam rumah.
"Dari situlah dia kemudian keluar tapi sudah dalam keadaan terbakar. Sedangkan anak yang lepas dari gemgaman tangannya terbakar bersama ibunya di kamar itu," pungkasnya.
Akibatnya, tiga dari delapan penghuni rumah tewas terbakar. Mereka yang tewas dilalap sijago merah tersebut, yakni, pasangan suami istri (pasutri) Zulkifli Nasutiondan (45), Nurmelan Siregar (36) serta anaknya yang masih bayi Maulana Bakri Al-Husin.
Zulkifli sempat dirawat sekitar 6 jam di RSU Rantauprapat, namun karena luka bakar yang cukup parah, nyawanya tak dapat diselamatkan.
Berdasar Informasi dilokasi kejadian, peristiwa kebakaran yang terjadi pada Selasa (17/11/2015) dini hari itu, berawal dari ruang dapur rumah yang memiliki tiga kamar tersebut.
Kemudian menjalar kebagian ruangan depan melalui atas plafon hingga kemudian membesar di ruangan itu.
Sebelumnya, Zulkifli yang merupakan ayah dari tiga anak itu sempat menyelamatkan dua anaknya dan tiga sanak saudaranya.
Namun dikarenakan api semakin membesar dan ruangan disesaki asap, Zulkifli diperkirakan kehabisan tenaga dan tidak sanggup lagi menolong istri serta satu anak bayinya yang masih berada di dalam kamar tidur.
"Satu lagi anaknya di kamar dan istrinya disebut di kamar mandi. Jadi, anak dan istrinya tewas di dalam rumah," ujar salah seorang warga.
Kepala Akper Pemkab Labuhanbatu Neng Khoiriah hingga kini belum memberikan keterangan terkait peristiwa kebakaran yang menelan tiga korban jiwa itu.
Padahal lokasi tersebut berada sekitar tujuh meter dari asrama mahasiswa/mahasiswi didiknya serta pihak management Akper Pemkab Labuhanbatu.
Lurah Sioldengan Nurdin Edy menerangkan, berdasarkan laporan Kepala Lingkungan (Kepling), warga beserta sejumlah unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) berusaha memadamkan api. Setelah itu barulah korban yang di dalam dibawa kesarana kesehatan setempat.
"Informasinya, suaminya sempat menolong yang lainnya, baru saat ingin menolong istri dan anaknya, dia tidak keluar-keluar lagi. Itulah informasi yang saya peroleh dari Kepala lingkungan," katanya.
Sementara, Wakil Direktur Akper Rantauprapat Reinpil Capah yang turut berusaha membantu korban mengatakan, api diduga berawal dari bagian kamar belakang rumah korban.
Sedangkan korban bersama istri dan anaknya saat itu sedang tertidur pulas dan terlambat mengetahui adanya kebakaran yang menimpa rumahnya, sehingga mereka tidak sempat keluar membuka pintu yang memakai teralis besi itu.
"Di situlah suaminya berusaha keluar dari depan. Tapi tidak bisa karena pintu rumahnya memakai teralis. Kami juga ikut membantu merusak teralis, tapi gak bisa dibuka," kata Reinpil.
Dia mengungkapkan, korban tiba-tiba berusaha keluar dari arah api yang ada dibelakang. Namun sekujur tubuh korban tak bisa menghindari amukan api yang sudah sempat membakar tubuhnya akibat terkurung di dalam rumah.
"Dari situlah dia kemudian keluar tapi sudah dalam keadaan terbakar. Sedangkan anak yang lepas dari gemgaman tangannya terbakar bersama ibunya di kamar itu," pungkasnya.
(nag)