Ratusan Sopir Truk Pengangkut Pasir Unjuk Rasa

Sabtu, 07 November 2015 - 14:03 WIB
Ratusan Sopir Truk Pengangkut Pasir Unjuk Rasa
Ratusan Sopir Truk Pengangkut Pasir Unjuk Rasa
A A A
BANTUL - Gerah dengan banyaknya truk luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang beroperasi mengambil pasir di sepanjang Sungai Progo, ratusan sopir truk pengangkut pasir menggelar unjuk rasa di Lapangan Jodog, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, DIY, Sabtu (7/11/2015). Mereka meminta agar pemerintah melarang truk luar DIY mengambil pasir di Sungai Progo.

Koordinator aksi Sigit Fajar mengatakan, banyaknya truk pasir dari luar daerah tersebut sangat merugikan keberadaan truk-truk asal Bantul dan kabupaten lain di DIY. Sebab, harga pasir di tingkat penambang perlahan-lahan mengalami kenaikan. Mereka khawatir, harga jual nanti tidak mampu terbeli oleh konsumen.

"Sejak mereka (truk luar) banyak mengambil pasir di Sungai Progo, penambang terus menaikkan harga," terangnya, Sabtu (7/11/2015).

Kenaikan harga di tingkat penambang pasir ini tidak lepas dari aksi para sopir truk luar daerah yang berani membayar mahal kepada para penambang. Akibatnya, para penambang pasir juga memberlakukan tarif yang sama antara truk asal DIY dengan luar DIY.

Sebelum truk pasir dari luar daerah masuk, para penambang pasir hanya menjual pasir mereka kepada sopir truk sekitar Rp250.000-Rp300.000 per bak.

"Lha sekarang setelah mereka masuk banyak penambang yang menaikkan harga pasir mencapai Rp900.000 per bak," tuturnya.

Menurutnya, truk luar DIY bersedia membayar tinggi kepada para penambang karena mereka mampu menjual dengan harga tinggi di daerahnya. Sementara di sisi lain pengusaha truk lokal mengaku tidak dapat menaikkan harga pasir ke konsumen lokal. Karena, jika harga dinaikkan, konsumen pasti komplain dan mereka kehilangan pelanggan.

Kondisi itu dinilai sangat memberatkan pengemudi truk lokal yang tidak mampu bersaing dengan truk dari luar daerah. Para penambang sekarang lebih memilih untuk melayani truk dari luar daerah.

"Makanya kami menuntut kepada pemerintah untuk melarang truk luar DIY mengambil pasir langsung ke Sungai Progo. Mereka harus mengambil ke depo," tandasnya.

Karyanto, seorang pengemudi asal Kabupaten Gunungkidul mengaku kondisi ini sangat memberatkan bagi para pengusaha truk. Sebab, untuk mendapatkan satu bak pasir ia harus membayar Rp500-600 ribu, dengan harga jual sekitar Rp800 ribu.

Dengan harga seperti itu, konsumen saat ini banyak yang mengurungkan niatnya membeli pasir. "Saya jualnya hanya Rp800 ribu, itu sudah sangat mepet. Sedangkan para pengemudi truk dari luar daerah mampu menjual hingga Rp2 juta per bak," ujarnya.

Aksi ratusan truk ini sempat membuat macet jalan Srandakan-Palbapang. Sebab, para sopir truk memarkir armada mereka di sepanjang jalan tersebut sebelum akhirnya diperintahkan masuk ke area lapangan oleh petugas Polres Bantul yang mengawal aksi tersebut.

Setelah melakukan aksi di Lapangan Jodog, mereka lantas melanjutkannya ke Gedung DPRD Bantul dan juga Gedung Pemerintah Daerah (Pemda) Bantul.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7979 seconds (0.1#10.140)