Bandara Adisutjipto Harus Dipindah ke Kulon Progo
A
A
A
SLEMAN - Menteri Perhubungan Ignasius Johan memperkirakan pembangunan bandara baru di Kabupaten Kulon Progo akan memakan waktu tiga sampai empat tahun ke depan.
Pihaknya pun terus mendukung proyek ini, karena dirasa bisa lebih memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan bandara lama Adisutjipto.
“Kalau mau luar biasa, harus pindah. Rencana ke Kulon Progo. Paling cepat pembangunan sampai tiga hingga empat tahun kalau dimulai dari sekarang,” kata dia, saat berkunjung ke Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, Sabtu (31/10/2015).
Pemindahan bandara ini menurutnya juga sedikit darurat. Meski di bandara lama (Adisutjipto) sudah ada tempat yang lebih baik untuk pejalan kaki.
“Memang enggak banyak, tapi masih ada tempat untuk pejalan kaki. Ruang-ruang untuk pembersihan sudah cukup dikurangi, sudah agak longgar. Menurut saya sedikit darurat,” tuturnya.
Akan tetapi, peran penting dalam pembangunan bandara yang baru ini berada di tangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pihaknya hanya sebatas memberikan dukungan saja.
“Kami mendukung saja. Peranan penting untuk tahap ini Pemprov DIY,” ucapnya.
Dalam kunjungan singkatnya tersebut, dia berharap bencana kabut asap bisa cepat selesai. Karena masih mengganggu aktivitas di beberapa bandara. Bahkan, sempat pada Minggu lalu sampai 35 bandara yang terganggu.
“Kadang 25 bandara. Minggu lalu bahkan sampai 35. Kalau untuk pagi ini, ada empat. Banjarmasin, Palembang, Jambi, Kotabaru (Banjarmasin),” terangnya.
Namun, kewenangan tetap pada Badan Nasional Penanggulang Bencana (BNPB). Pihaknya hanya sebatas antisipasi keselamatan penerbangan saja. “Yang penting kabut asap selesai. Yang penting masyarakatnya,” pungkasnya.
Pihaknya pun terus mendukung proyek ini, karena dirasa bisa lebih memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan bandara lama Adisutjipto.
“Kalau mau luar biasa, harus pindah. Rencana ke Kulon Progo. Paling cepat pembangunan sampai tiga hingga empat tahun kalau dimulai dari sekarang,” kata dia, saat berkunjung ke Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, Sabtu (31/10/2015).
Pemindahan bandara ini menurutnya juga sedikit darurat. Meski di bandara lama (Adisutjipto) sudah ada tempat yang lebih baik untuk pejalan kaki.
“Memang enggak banyak, tapi masih ada tempat untuk pejalan kaki. Ruang-ruang untuk pembersihan sudah cukup dikurangi, sudah agak longgar. Menurut saya sedikit darurat,” tuturnya.
Akan tetapi, peran penting dalam pembangunan bandara yang baru ini berada di tangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pihaknya hanya sebatas memberikan dukungan saja.
“Kami mendukung saja. Peranan penting untuk tahap ini Pemprov DIY,” ucapnya.
Dalam kunjungan singkatnya tersebut, dia berharap bencana kabut asap bisa cepat selesai. Karena masih mengganggu aktivitas di beberapa bandara. Bahkan, sempat pada Minggu lalu sampai 35 bandara yang terganggu.
“Kadang 25 bandara. Minggu lalu bahkan sampai 35. Kalau untuk pagi ini, ada empat. Banjarmasin, Palembang, Jambi, Kotabaru (Banjarmasin),” terangnya.
Namun, kewenangan tetap pada Badan Nasional Penanggulang Bencana (BNPB). Pihaknya hanya sebatas antisipasi keselamatan penerbangan saja. “Yang penting kabut asap selesai. Yang penting masyarakatnya,” pungkasnya.
(san)