Dampak Kabut Asap, Penderita ISPA di Deliserdang Capai 11.922 Jiwa
A
A
A
DELI SERDANG - Kabut asap yang menyelimuti wilayah Dewiserdang berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Tercatat sejak tiga bulan terakhir penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kabupaten Deliserdang mencapai 11.922 jiwa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Deliserdang, pada bulan Juli ada 3.835 kasus, bulan Agustus 5.627 kasus, dan bulan September 2460 kasus. Sedangkan bulan Oktober datanya masih berada di puskesmas.
"Kalau dilihat data tiga bulan belakangan, kabut asap yang sempat menyelimuti Deliserdang ada peningkatan kasus dan ada penurunan. Sehingga tidak dapat difokuskan," karta Sekretaris Dinkes Deliserdang dr Ade Budi Krista, Rabu (28/10/2015).
Ditambahkan dia, langkah-langkah untuk mengantisipasi bertambahnya korban akibat kabut asap sudah dilakukan, mulai dari pengobatan dan perawatan, hingga mengeluarkan surat instruksi.
"Selama kabut asap masyarakat diimbau agar tidak terlalu sering keluar, terutama malam hari. Karena jam 12 malam itu ada peningkatan udara yang kotor dari kabut asap ini," ungkapnya.
Diakuinya, untuk masyarakat yang terjangkit penyakit ISPA memang mengalami peningkatan. "Memang ada peningkatan, kadang juga menurun. Jadi ya harus tetap diantisipasi," jelasnya.
Dalam meminimalisir kondisi kabut asap, Dinkes Deliserdang telah membagikan 80.000 masker kepada seluruh masyarakat Deliserdang yang tersebar di 22 kecamatan.
Menurut dr Ade, pihaknya sudah membuat intruksi kepada seluruh KUPT Dinkes untuk memberikan sosialisasi, pencegahan, dan penyuluhan mengenai kabut asap ini.
"Kami sudah melakukan bagi-bagi masker kepada masyarakat di tempat-tempat terbuka. Dari bulan Agustus lalu. Setiap puskesmas juga sudah didirikan posko kesehatan penanggulan kabut asap," ungkapnya.
Saat disinggung penyakit ISPA, dr Ade mengatakan, penyakit ISPA ini terjadi bukan karena sejumlah daerah di Sumut terkena imbas kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Tetapi juga karena adanya peralihan cuaca.
"Penyakit ISPA ini merupakan selalu masuk 10 penyakit terbesar, walaupun tidak musim kabut asap. Mata perih pasti karena kabut asap ini," pungkasnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Deliserdang, pada bulan Juli ada 3.835 kasus, bulan Agustus 5.627 kasus, dan bulan September 2460 kasus. Sedangkan bulan Oktober datanya masih berada di puskesmas.
"Kalau dilihat data tiga bulan belakangan, kabut asap yang sempat menyelimuti Deliserdang ada peningkatan kasus dan ada penurunan. Sehingga tidak dapat difokuskan," karta Sekretaris Dinkes Deliserdang dr Ade Budi Krista, Rabu (28/10/2015).
Ditambahkan dia, langkah-langkah untuk mengantisipasi bertambahnya korban akibat kabut asap sudah dilakukan, mulai dari pengobatan dan perawatan, hingga mengeluarkan surat instruksi.
"Selama kabut asap masyarakat diimbau agar tidak terlalu sering keluar, terutama malam hari. Karena jam 12 malam itu ada peningkatan udara yang kotor dari kabut asap ini," ungkapnya.
Diakuinya, untuk masyarakat yang terjangkit penyakit ISPA memang mengalami peningkatan. "Memang ada peningkatan, kadang juga menurun. Jadi ya harus tetap diantisipasi," jelasnya.
Dalam meminimalisir kondisi kabut asap, Dinkes Deliserdang telah membagikan 80.000 masker kepada seluruh masyarakat Deliserdang yang tersebar di 22 kecamatan.
Menurut dr Ade, pihaknya sudah membuat intruksi kepada seluruh KUPT Dinkes untuk memberikan sosialisasi, pencegahan, dan penyuluhan mengenai kabut asap ini.
"Kami sudah melakukan bagi-bagi masker kepada masyarakat di tempat-tempat terbuka. Dari bulan Agustus lalu. Setiap puskesmas juga sudah didirikan posko kesehatan penanggulan kabut asap," ungkapnya.
Saat disinggung penyakit ISPA, dr Ade mengatakan, penyakit ISPA ini terjadi bukan karena sejumlah daerah di Sumut terkena imbas kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Tetapi juga karena adanya peralihan cuaca.
"Penyakit ISPA ini merupakan selalu masuk 10 penyakit terbesar, walaupun tidak musim kabut asap. Mata perih pasti karena kabut asap ini," pungkasnya.
(san)