Anggota SAR Palembang Berlatih Menyelam di Selat Bangka
A
A
A
PALEMBANG - Menyelam ternyata merupakan hal penting yang harus dimiliki anggota kantor SAR Palembang. Terutama, bagi mereka yang masuk dalam tim penyelam.
Kepala Kantor SAR Palembang Budi Cahyadi menuturkan, Kantor SAR Palembang selama delapan hari menggojlok anggotanya menyelam di Perairan Selat Bangka dan juga kolam renang untuk mendapatkan sertifikasi Selam Level I (dasar).
“Kita datangkan pelatih/instruktur selam profesional dan bersertifikasi internasional dari Kantor SAR Aceh. Selain diterjunkan di kolam biasa, personel juga menyelam di Selat Bangka,” ujar Budi, usai penutupan Latihan Menyelam Tingkat Dasar di Kolam Renang Lumban Tirta Palembang, Senin (26/10/2015).
Dia mengatakan, kegiatan penutupan dan penyematan Wing sebenarnya direncanakan di Selat Bangka. Namun pihaknya mendapat konfirmasi cuaca yang tidak bersahabat pada Senin pagi tadi.
Sehingga penutupan latihan selam tersebut di laksanakan di kolam renang. Penyematan wing selam pun dilakukan di bawah air dengan menyelam selama puluhan menit.
Disamping itu, lanjut Budi, latihan menyelam sendiri merupakan skill yang sangat dibutuhkan terutama dan hal pencarian dan penyelamatan korban di perairan. Apalagi, Sumsel memiliki Sungai Musi yang sangat luas berikut sebaran anak sungainya.
“Sehingga potensi kecelakaan di air tidak menutup kemungkinan dapat mengancam. Pelatihan selam ini, untuk menjawab tantangan jika terjadi kecelakaan di laut, sungai dan lainnya, sesuai dengan standar SAR. Dengan begitu saat proses pencarian, penyelamatan dan evakuasi dapat benar-benar membantu,” timpalnya.
Latihan tersebut, jelas Budi, dilaksanakan setahun sekali khusus untuk penyematan wing bagi para personel. Namun, latihan rutin menyelam dilakukan sebanyak dua kali selama sebulannya baik di kolam dan juga di perairan lepas seperti Selat Bangka.
“Yah, anggota SAR harus terbiasa berlatih di kolam dan perairan terbuka. Khusus pengambilan Wing Selam untuk tahap pelatihan tahun ini sebanyak 10 orang pada Level I. Diharapkan tahun depan dapat mengambil Level II. Tim penyelamat harus bisa menyelam guna pencarian korban di wilayah perairan. Tantangan yang kita miliki, sungai di Sumsel memiliki visibility zero karena air berwarna kecoklatan sehingga sebenarnya proses evakuasi memang lebih sulit,” urainya.
Dengan demikian, lanjut Budi, dengan jarak pandang terbatas itu keterampilan menyelam sangat dibutuhkan. Sengaja didatangkan instruktur selam dari Aceh, lantaran instruktur selam di SAR Aceh sudah bertaraf internasional.
Sementara itu, Instruktur Selam Basarnas Aceh, Mahrizal mengaku, dirinya menekankan pada para anggota yang mengikuti pelatihan selam yakni kesiapan fisik, mental dan skill.
“Kesiapan fisik dan mental itu sangat penting. Disamping itu, skill personel seperti kemampuan penguasaan penggunaan alat selam, bongkar pasang alat, sampai teknik menyelam pun harus dikuasai,” tukasnya.
Mahrizal mengatakan, kemampuan selam para anggota SAR Palembang tergolong cukup baik. Dia mengharapkan, kemampuan tersebut harus terus diasah lewat latihan rutin.
“Sudah cukup mumpuni anggotanya, dan tinggal maintenance tim untuk berlatih, mudah-mudahan mereka segera naik ke Level II. Nah level ini akan lebih berat karena sudah mengarah pada rescue, skill anggota benar-benar ditempa karena berhadapan langsung di lapangan,” pungkasnya.
Kepala Kantor SAR Palembang Budi Cahyadi menuturkan, Kantor SAR Palembang selama delapan hari menggojlok anggotanya menyelam di Perairan Selat Bangka dan juga kolam renang untuk mendapatkan sertifikasi Selam Level I (dasar).
“Kita datangkan pelatih/instruktur selam profesional dan bersertifikasi internasional dari Kantor SAR Aceh. Selain diterjunkan di kolam biasa, personel juga menyelam di Selat Bangka,” ujar Budi, usai penutupan Latihan Menyelam Tingkat Dasar di Kolam Renang Lumban Tirta Palembang, Senin (26/10/2015).
Dia mengatakan, kegiatan penutupan dan penyematan Wing sebenarnya direncanakan di Selat Bangka. Namun pihaknya mendapat konfirmasi cuaca yang tidak bersahabat pada Senin pagi tadi.
Sehingga penutupan latihan selam tersebut di laksanakan di kolam renang. Penyematan wing selam pun dilakukan di bawah air dengan menyelam selama puluhan menit.
Disamping itu, lanjut Budi, latihan menyelam sendiri merupakan skill yang sangat dibutuhkan terutama dan hal pencarian dan penyelamatan korban di perairan. Apalagi, Sumsel memiliki Sungai Musi yang sangat luas berikut sebaran anak sungainya.
“Sehingga potensi kecelakaan di air tidak menutup kemungkinan dapat mengancam. Pelatihan selam ini, untuk menjawab tantangan jika terjadi kecelakaan di laut, sungai dan lainnya, sesuai dengan standar SAR. Dengan begitu saat proses pencarian, penyelamatan dan evakuasi dapat benar-benar membantu,” timpalnya.
Latihan tersebut, jelas Budi, dilaksanakan setahun sekali khusus untuk penyematan wing bagi para personel. Namun, latihan rutin menyelam dilakukan sebanyak dua kali selama sebulannya baik di kolam dan juga di perairan lepas seperti Selat Bangka.
“Yah, anggota SAR harus terbiasa berlatih di kolam dan perairan terbuka. Khusus pengambilan Wing Selam untuk tahap pelatihan tahun ini sebanyak 10 orang pada Level I. Diharapkan tahun depan dapat mengambil Level II. Tim penyelamat harus bisa menyelam guna pencarian korban di wilayah perairan. Tantangan yang kita miliki, sungai di Sumsel memiliki visibility zero karena air berwarna kecoklatan sehingga sebenarnya proses evakuasi memang lebih sulit,” urainya.
Dengan demikian, lanjut Budi, dengan jarak pandang terbatas itu keterampilan menyelam sangat dibutuhkan. Sengaja didatangkan instruktur selam dari Aceh, lantaran instruktur selam di SAR Aceh sudah bertaraf internasional.
Sementara itu, Instruktur Selam Basarnas Aceh, Mahrizal mengaku, dirinya menekankan pada para anggota yang mengikuti pelatihan selam yakni kesiapan fisik, mental dan skill.
“Kesiapan fisik dan mental itu sangat penting. Disamping itu, skill personel seperti kemampuan penguasaan penggunaan alat selam, bongkar pasang alat, sampai teknik menyelam pun harus dikuasai,” tukasnya.
Mahrizal mengatakan, kemampuan selam para anggota SAR Palembang tergolong cukup baik. Dia mengharapkan, kemampuan tersebut harus terus diasah lewat latihan rutin.
“Sudah cukup mumpuni anggotanya, dan tinggal maintenance tim untuk berlatih, mudah-mudahan mereka segera naik ke Level II. Nah level ini akan lebih berat karena sudah mengarah pada rescue, skill anggota benar-benar ditempa karena berhadapan langsung di lapangan,” pungkasnya.
(sms)