Ramai Jadi Tempat Rekreasi, tapi Belum Menyenangkan Pedagang

Rabu, 16 September 2015 - 10:31 WIB
Ramai Jadi Tempat Rekreasi,...
Ramai Jadi Tempat Rekreasi, tapi Belum Menyenangkan Pedagang
A A A
Pada hari libur suasana Pasar Karimata, Kota Semarang tak seperti hari biasa. Ramai dibanjiri oleh pengunjung, khususnya penggemar burung kicau. Ada yang sekadar melihat-lihat, tetapi tak sedikit juga yang membeli.

Tapi ramainya pengunjung tak seiring dengan kesejahteraan pedagang burungnya. Sebagian pedagang di Pasar Klitikan harus memutar otak untuk tetap bertahan dan mendapat keuntungan. Salah satu pedagang bernama Ngadiyono, 40, yang sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari menjual burung kicau bercerita setelah tempat berdagang pindah dari Jalan Kartini ke Pasar Klitikan, kini pasar tersebut berlahan menjadi ramai.

Pasar Klitikan yang menjadi pusat pasar burung seperti menjadi tempat rekreasi baru. “Setiap hari Minggu atau hari libur banyak sekali pengunjungnya,” ujarnya kemarin. Jenis warna dan kicauan burung dagangan mengundang rasa penasaran bagi para penggemar burung. Karena itulah pasar ini kini menjadi tempat rekreasi baru bagi masyarakat, khususnya penggemar burung, baik anakanak hingga orang tua.

“Di sini bisa dikatakan tempat rekreasi keluarga. Anak-anak bisa dikenalkan berbagai jenis burung. Juga dikenalkan berbagai jenis ayam,” kata Ngadiyono, yang bertempat tinggal di daerah Kecamatan Mijen ini. Di pasar ini total ada 98 orang pedagang burung yang semuanya dulu berjualan di Jalan Kartini.

Sayangnya, meski di Pasar Klitikan ini sudah menjadi tempat wisata, belum mampu memenuhi harapan para pedagangnya. “Kalau dari segi pendapatan pedagangnya, tetap masih kalah jauh dibandingkan saat jualan di Jalan Kartini,” ujar mantan pegawai di perusahaan farmasi ini. Dulu pendapat bisa mencapai Rp1 juta per hari tapi sekarang paling banyak Rp500.000 per hari.

Pendapatan yang dinilai kecil itu nantinya masih dikurangi untuk beli pakan burung, bayar retribusi, dan beli makanan dirinya. Ramainya pengunjung di Pasar Karimata hanya terdiri atas penggemar burung saja. Mereka datang kadang hanya sekadar ingin melihat-lihat. Sementara sewaktu di pinggir Jalan Kartini, selain penggemar, juga orang-orang dan pengguna kendaraan yang lewat.

Demi tetap mempertahankan usahanya, Ngadiyono dan pedagang burung yang lain mengaku harus memutar otak. Para pedagang kemudian mengubah pola penjualannya dengan cara memasarkan burung secara online lewat media sosial. Ngadiyono mengaku sudah berjualan lewat medsos itu berjalan empat bulan.

Hasilnya lumayan, ada yang berminat dan membeli, meskipun belinya hanya satu atau dua burung. Sekarang ini jenis burung yang banyak dicari oleh penggemar atau masyarakat yakni murai. Harganya seekor murai mencapai Rp650.000, burung yang murah saat ini sertu sekitar Rp35.000.

Ketua Paguyuban Pedagang Burung Wahyudi menegaskan, sekarang Pasar Karimata mengalami peningkatan pengunjung. Meski demikian, pengunjung tersebut hanya penggemar burung atau unggas. “Yang benar-benar datang ke sini penggemar burung. Kalau dulu warga masyarakat yang lewat bisa ikut beli,” ungkapnya.

M ABDUH
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1642 seconds (0.1#10.140)