Sri Lelawangsa Kereta Idaman Menuju Kantor, Sekolah hingga Edukasi Wisata
A
A
A
Sejak pagi hingga malam hari, penumpang tidak ada habisnya memadati Stasiun Kereta Api Binjai. Dalam sehari, sedikitnya 2.500 penumpang yang menggunakan jasa Kereta Api Sri Lelawangsa rute Medan ke Binjai dan sebaliknya Binjai ke Medan.
Tak hanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas pergi bekerja atau sekolah, namun juga digunakan sebagai tempat edukasi bagi anak-anak taman kanak-kanak hingga sekolah dasar (SD) dalam mengenal trans-portasi kereta api. Kereta Api Sri Lelawangsa diresmikan penggunaanya pada 16 Februari 2010 oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di Medan.
Nama Sri Lelawangsa diberi nama oleh gubernur Sumut pada saat itu yakni, Syamsul Arifin. Tidak hanya rute Medan-Binjai, Kereta Api Sri Lelawangsa juga melayani rute Medan ke Tebingtinggi dan rute Medan ke Belawan pada saat itu. Namun, dari sejak diresmikan hingga saat ini, rute yang mengalami perkembangan signifikan hanya rute Medan ke Binjai.
Karena tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dari yang awalnya hanya 16 perjalanan pulang pergi Medan-Binjai setiap harinya, PT KAI menambah jumlah perjalanan menjadi 24 perjalanan setiap harinya. Bukan hanya jumlah perjalanannya yang mengalami peningkatan. Tarif untuk rute Medan Binjai juga bertahap mengalami kenaikan sesuai kebutuhan operasional.
Dari sejak diresmikan hanya Rp3.000 per orangnya, mengalami kenaikan menjadi Rp5.000. Lalu naik lagi Rp8.000 dan saat ini menjadi Rp10.000 untuk sekali perjalanan. Sedangkan rute Medan ke Tebingtinggi kurang mengalami perkembangan. Dari sejak awal hingga saat ini hanya dua perjalanan setiap hari.
Bahkan, untuk rute Medan ke Belawan ditiadakan karena penumpang yang menggunakan jasa kereta api tidak sesuai harapan. Humas PT KAI Divre Sumut dan NAD, Rapino Situmorang mengatakan, penambahan perjalanan rute Medan ke Binjai, karena transportasi kereta api ini semakin diminati masyarakat.
Masyarakat memilih naik kereta api, selain tarifnya yang sangat terjangkau, jarak tempuh menggunakan kereta api juga terbilang cepat. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk 21 kilometer. “Kalau dulu, penumpang Medan ke Binjai tidak sebanyak saat ini. Mungkin karena kemacetan sudah semakin tidak bisa dihindari, akhirnya masyarakat mulai banyak yang beralih naik kereta api.
Apalagi, ongkosnya tidak begitu mahal,”ucapnya. Berdasarkan data yang diterima kata Rapino, jumlah penumpang kereta api mencapai 2.500 orang setiap harinya atau 360 orang untuk setiap gerbongnya. Tidak hanya masyarakat yang beraktivitas pergi ke tempat bekerja atau mahasiswa dan pelajar yang pergi ke sekolah.
Kereta api juga digunakan untuk edukasi wisata bagi anak-anak TK dan SD. “Sekarang, banyak sekolahsekolah TK dan SD yang menggunakan kereta api sebagai tempat edukasi wisata. Anak-anak dikenalkan transportasi kereta api. Kebanyakan sekolah TK dan SD yang berasal dari Medan. Mereka turun distasiun Binjai, lalu bermain ditaman depan stasiun kereta api Binjai.
Setelah itu, mereka kembali lagi ke Medan,”ujarnya. Fatima El Kareem,pelanggan jasa kereta api mengakui moda transportasi ini merupakan alat transportasi alternatif yang dapat menghindari kemacetan. Selain itu juga bisa menghemat waktu karena jarak tempuh dari Binjai- Medan atau sebaliknya hanya 30 menit.
“Di dalam kereta api juga bisa santai sambil baca buku, udah hemat waktu, kita juga bisa dapat ilmu,” ujar mahasiswi STIKP ini. Perbandingannya, kata Fatima, kalau naik angkot dari rumahnya di Binjai ke Jalan SM Raja Medan, akan menghabiskan waktu selama 1,5 jam perjalanan. Sedangkan naik sepeda motor menghabiskan waktu selama satu jam.
“Terkadang kalau naik angkot atau naik sepeda motor, karena terlalu lama sampai kampus kecapaian jadi tertidur,” ungkap perempuan berhijab ini. Sementara kalau naik kereta api tentu lebih nyaman dari pada naik angkot maupun naik sepeda motor. Selain tidak sumpek dan bau seperti di angkot, kecepatan kereta api juga stabil tidak ugal-ugalan seperti yang sering dilakukan pengendara sopir angkot, dan resiko kecelakaannya juga sedikit.
“Kalau kereta api tidak terlalu banyak kita menghirup polusi udara, karena tidak macet, selain itu tingkat kejahatan diangkot kan lebih tinggi pencopten juga hipnotis,” paparnya. Hanya saja ,sambung Fatima, kereta api dari Binjai ke Medan tidak menggunakan AC sehingga panasnya minta ampun kalau siang terik terasa berada di sauna.
“Selain itu harga tiket juga jangan terlalu jauh bedanya dengan harga ongkos moda transportasi lainnya. Dulu harga tiketnya Rp8.000 terus naik jadi Rp10.000, bagi kami mahasiswa tentu ongkos segitu terasa sekali.Kalau naik sepeda motor memang dengan Rp10.000 isi minyak sudah bisa keliling Medan,” papar Fatima.
Begitu juga harga tiket kereta api rute Medan - Kualanamu bedanya hingga 50% dari harga transportasi lain. “Kalau kami keluarga besar delapan orang orang dengan harga tiket Medan- Kualanamu yang sekarang Rp100.000 per orang sudah Rp800.000.
Nah, kalau sewa mobil saja cuma Rp300.000.Makanya harga tiketnya inilah yang masih terlalu mahal, harus disesuaikanlah biar ada moda transportasi alternatif bagi masyarakat menengah ke bawah,” jelas Fatima.
Eko Agustyo Fb/ Lia Anggia Nasution
Medan
Tak hanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas pergi bekerja atau sekolah, namun juga digunakan sebagai tempat edukasi bagi anak-anak taman kanak-kanak hingga sekolah dasar (SD) dalam mengenal trans-portasi kereta api. Kereta Api Sri Lelawangsa diresmikan penggunaanya pada 16 Februari 2010 oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di Medan.
Nama Sri Lelawangsa diberi nama oleh gubernur Sumut pada saat itu yakni, Syamsul Arifin. Tidak hanya rute Medan-Binjai, Kereta Api Sri Lelawangsa juga melayani rute Medan ke Tebingtinggi dan rute Medan ke Belawan pada saat itu. Namun, dari sejak diresmikan hingga saat ini, rute yang mengalami perkembangan signifikan hanya rute Medan ke Binjai.
Karena tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dari yang awalnya hanya 16 perjalanan pulang pergi Medan-Binjai setiap harinya, PT KAI menambah jumlah perjalanan menjadi 24 perjalanan setiap harinya. Bukan hanya jumlah perjalanannya yang mengalami peningkatan. Tarif untuk rute Medan Binjai juga bertahap mengalami kenaikan sesuai kebutuhan operasional.
Dari sejak diresmikan hanya Rp3.000 per orangnya, mengalami kenaikan menjadi Rp5.000. Lalu naik lagi Rp8.000 dan saat ini menjadi Rp10.000 untuk sekali perjalanan. Sedangkan rute Medan ke Tebingtinggi kurang mengalami perkembangan. Dari sejak awal hingga saat ini hanya dua perjalanan setiap hari.
Bahkan, untuk rute Medan ke Belawan ditiadakan karena penumpang yang menggunakan jasa kereta api tidak sesuai harapan. Humas PT KAI Divre Sumut dan NAD, Rapino Situmorang mengatakan, penambahan perjalanan rute Medan ke Binjai, karena transportasi kereta api ini semakin diminati masyarakat.
Masyarakat memilih naik kereta api, selain tarifnya yang sangat terjangkau, jarak tempuh menggunakan kereta api juga terbilang cepat. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk 21 kilometer. “Kalau dulu, penumpang Medan ke Binjai tidak sebanyak saat ini. Mungkin karena kemacetan sudah semakin tidak bisa dihindari, akhirnya masyarakat mulai banyak yang beralih naik kereta api.
Apalagi, ongkosnya tidak begitu mahal,”ucapnya. Berdasarkan data yang diterima kata Rapino, jumlah penumpang kereta api mencapai 2.500 orang setiap harinya atau 360 orang untuk setiap gerbongnya. Tidak hanya masyarakat yang beraktivitas pergi ke tempat bekerja atau mahasiswa dan pelajar yang pergi ke sekolah.
Kereta api juga digunakan untuk edukasi wisata bagi anak-anak TK dan SD. “Sekarang, banyak sekolahsekolah TK dan SD yang menggunakan kereta api sebagai tempat edukasi wisata. Anak-anak dikenalkan transportasi kereta api. Kebanyakan sekolah TK dan SD yang berasal dari Medan. Mereka turun distasiun Binjai, lalu bermain ditaman depan stasiun kereta api Binjai.
Setelah itu, mereka kembali lagi ke Medan,”ujarnya. Fatima El Kareem,pelanggan jasa kereta api mengakui moda transportasi ini merupakan alat transportasi alternatif yang dapat menghindari kemacetan. Selain itu juga bisa menghemat waktu karena jarak tempuh dari Binjai- Medan atau sebaliknya hanya 30 menit.
“Di dalam kereta api juga bisa santai sambil baca buku, udah hemat waktu, kita juga bisa dapat ilmu,” ujar mahasiswi STIKP ini. Perbandingannya, kata Fatima, kalau naik angkot dari rumahnya di Binjai ke Jalan SM Raja Medan, akan menghabiskan waktu selama 1,5 jam perjalanan. Sedangkan naik sepeda motor menghabiskan waktu selama satu jam.
“Terkadang kalau naik angkot atau naik sepeda motor, karena terlalu lama sampai kampus kecapaian jadi tertidur,” ungkap perempuan berhijab ini. Sementara kalau naik kereta api tentu lebih nyaman dari pada naik angkot maupun naik sepeda motor. Selain tidak sumpek dan bau seperti di angkot, kecepatan kereta api juga stabil tidak ugal-ugalan seperti yang sering dilakukan pengendara sopir angkot, dan resiko kecelakaannya juga sedikit.
“Kalau kereta api tidak terlalu banyak kita menghirup polusi udara, karena tidak macet, selain itu tingkat kejahatan diangkot kan lebih tinggi pencopten juga hipnotis,” paparnya. Hanya saja ,sambung Fatima, kereta api dari Binjai ke Medan tidak menggunakan AC sehingga panasnya minta ampun kalau siang terik terasa berada di sauna.
“Selain itu harga tiket juga jangan terlalu jauh bedanya dengan harga ongkos moda transportasi lainnya. Dulu harga tiketnya Rp8.000 terus naik jadi Rp10.000, bagi kami mahasiswa tentu ongkos segitu terasa sekali.Kalau naik sepeda motor memang dengan Rp10.000 isi minyak sudah bisa keliling Medan,” papar Fatima.
Begitu juga harga tiket kereta api rute Medan - Kualanamu bedanya hingga 50% dari harga transportasi lain. “Kalau kami keluarga besar delapan orang orang dengan harga tiket Medan- Kualanamu yang sekarang Rp100.000 per orang sudah Rp800.000.
Nah, kalau sewa mobil saja cuma Rp300.000.Makanya harga tiketnya inilah yang masih terlalu mahal, harus disesuaikanlah biar ada moda transportasi alternatif bagi masyarakat menengah ke bawah,” jelas Fatima.
Eko Agustyo Fb/ Lia Anggia Nasution
Medan
(bbg)