Menuju Transportasi Masa Depan

Minggu, 13 September 2015 - 12:46 WIB
Menuju Transportasi Masa Depan
Menuju Transportasi Masa Depan
A A A
Naik kereta api ... tut ... tut ... tut Siapa hendak turut. Ke Bandung ... Surabaya Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama.

Itulah lagu yang mengingatkan pada masa anak-anak. Lagu ini berirama dinamis dan gembira. Hal ini pun harus berlaku dengan kondisi perkeretaapian Indonesia selalu dinamis bergerak ke arah lebih baik serta awaknya gembira melayani para penumpang.

Namun di balik itu semua transportasi kereta api adalah hal yang sangat menarik didiskusikan terutama kalau dikaitkan dengan kemacetan. Kemacetan sudah menjadi masalah yang umum yang terjadi disetiap kota metropolitan di Indonesia. Salah satu penyebab kemacetan adalah pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Namun, seiring dengan pertumbuhan kenderaan yang semakin meningkat itu, ternyata tidak dibarengi dengan penambahan pelebaran jalan. Sehingga, yang terjadi adalah kemacetan di kota semakin menjadi-jadi. Hampir disetiap ruas jalan, kemacetan menjadi bulanbulanan masalah.

Masyarakat sendiri tidak bisa lepas dari kebutuhan transportasi untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari. Tidak hanya dibutuhkan untuk tujuan ke sekolah dan tempat bekerja. Tapi juga dibutuhkan untuk berwisata dari satu kota ke kota lain. Namun, transportasi yang seperti apa dan bagaimana yang bisa menjadi alternatif untuk terhindar dari kemacetan ditengah perkotaan.

Di Indonesia sendiri, ada begitu banyak alat transportasi yang tersedia, mulai dari sepeda hingga pesawat terbang. Namun, jika berbicara soal alat transportasi favorit masyarakat Indonesia untuk bepergian atau melakukan aktivitas sehari-hari, maka bisa dikatakan kereta api adalah alat adalah kereta api.

Transportasi ini terhindar dari kemacetan. Di Jawa, kereta api sudah menjadi transportasi primadona untuk beraktivitas dan bepergian dari satu provinsi ke provinsi lain. Bahkan, di daerah Jabodetabek , kereta commuter line menjadi tumpuan masyarakat yang berada di daerah penyangga DKI Jakarta untuk menuju Jakarta dan bekerja setiap harinya.

Setiap hari, sejak pagi hingga sore hari, pemandangan stasiun kereta yang padat sudah menjadi hal yang biasa. Kepadatan di stasiun kereta api juga akan sangat terlihat bila musim mudik dan arus balik lebaran tiba. Meski keadaan gerbong kereta kadang tidak terawat atau stasiun yang nampaknya tak lagi sanggup menampung jumlah penumpang yang membeludak.

Namun masih banyak saja masyarakat Indonesia yang setia dengan moda transportasi yang berikut ini. Kereta api bisa dikatakan sebagai moda transportasi yang lebih merakyat karena harga tiketnya yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Selain itu kereta api juga sudah ada di Indonesia jauh sebelum kemerdekaan.

Sehingga alat transportasi ini memiliki makna yang cukup kuat di masyarakat. Apalagi, saat ini masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan tiket kereta dengan membeli tiket kereta online. Sekarang, transportasi kereta api ini juga sudah mulai menjadi transportasi idaman bagi banyak masyarakat di Sumatera Utara.

Hal tersebut dikarenakan kondisi kemacetan diperkotaan yang sudah kian parah.Selain memang kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, untuk mendukung beroperasionalnya Trans Sumatera, PT KAI pun berencana mengembangkan jalur kereta api antar kota antar provinsi.

Kepala Divisi Regional PT KAI Sumut dan NAD, Saridal kepada KORAN SINDO MEDAN menuturkan, moda transportasi yang aman dan nyaman menjadi kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karenanya, seiring perkembangan zaman dan melihat kebutuhan masyarakat, pihaknya terus melakukan perbaikan dan pembangunan melalui perluasan jalur kereta api hingga antar provinsi.

Hal ini juga untuk mendukung beroperasionalnya Trans Sumatera atau yang disebut angkutan massal antar provinsi. “Saat ini, kami sedang memperluas jalur kereta api dari Binjai ke Tanjung Pura, Langkat sepanjang 50 kilometer. Sekarang pembangunannya sudah 30%, sudah sampai memasang tubuh ban. Kami perkirakan awal tahun 2016 ini sudah siap dan bisa dioperasionalkan.

Perluasan jalur kereta api dari Binjai ke Tanjung Pura ini, karena banyaknya permintaan masyarakat,”ucapnya. Rencananya, lanjut dia, kereta api Binjai ke Tanjung Pura ini akan dinamai Kereta Perintis dengan tarif ongkos yang direncanakan sebesar Rp20.000 sekali perjalanan untuk per orang.

Menurutnya, dinamakan Kereta Perintis, karena kereta api rute Binjai ke Tanjung Pura ini merupakan awal untuk merintis jangkauan kereta api antar provinsi. “Kami juga akan memperluas jangkauan kereta api antar provinsi seperti, Medan ke Lhoksmawe, Aceh. Untuk perluasan jangkauan kereta api antar provinsi, kami akan memperluas dulu jangkauan kereta api dari Rantauprapat ke Kota Pinang.

Lalu, ke Gunung Tua, Sibolga. Sekarang masih dalam tahap pembebasan lahan. Setelah itu, kedepannya kita berencana memperluas jangkauan kereta api antar provinsi hingga ke Pekanbaru, Riau. Dan, akhirnya nanti bisa memperluas hingga ke Padang, Jambi, Palembang, Lampung dan ke Jakarta,”ujarnya.

Tidak hanya itu, kata Saridal, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan yang juga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pihaknya juga melakukan pembangunan jalur atas atau disebut elevated track . Elevated yang akan dibangun pastinya akan mengurangi kemacetan, terutama dipintu perlintasan.

Karena, ada masyarakat yang menganggap, bahwa penyebab kemacetan adalah pintu perlintasan kereta api. “Padahal, tidak ada pintu perlintasan jalan dikota Medan juga sudah macet seperti, jalan menuju Medan ke Binjai dan Medan ke Pancur Batu. Masyarakat seharusnya menyadari bahwa penyebab kemacetan karena tidak adanya penambahan pelebaran jalan.

Sementara itu, jumlah kenderaan dikota Medan semakin bertambah,”sebutnya. Menurutnya, masyarakat seharusnya menyadari bahwa penyebab kemacetan karena tidak adanya penambahan pelebaran jalan. Sementara itu, jumlah kenderaan dikota Medan semakin bertambah. Elevated track ini akan dibangun seperti yang ada di Stasiun Gambir, Jakarta.

Di mana, dilantai bawah stasiun akan digunakan untuk areal parkir, sedangkan lantai atasi digunakan untuk areal pertokoan dan kantin. “Untuk di Sumut ini, kita sedang dalam tahap pembangunan elevated ke arah Medan-Kualanamu, Medan- Binjai dan Medan-Belawan.

Tahun ini, kita masih tender dan diharapkan tahun 2018 bisa selesai. Dengan adanya elevated track ini, kami optimistis 100% bisa lebih lancar dengan kecepatan ratarata 100 kilometer perjam,”imbuhnya. Warga Binjai, Fatima El Kareem mengaku, sudah belangganan menggunakan jasa kereta api sejak pertama kali kuliah hingga saat ini. Baginya, naik kereta api berbeda dengan transportasi lainnya.

Selain ongkosnya yang terjangkau, dengan naik kereta api ia merasa lebih nyaman dan terhindar dari kemacetan. Dia berharap kereta api ini bisa menjadi moda transportasi modern ke depannya, terutama jika PT KAI dapat membangun kereta api super cepat seperti di negara Malaysia dan Jepang.

“Saya berharap dapat diperbayak rutenya, seperti kereta api di negara maju, kereta api super cepat, jadi misalkan Medan-Binjai yang sebelumnya jarak tempuh 30 menit nantinya bisa jadi 10 menit,” terangnya. Fatima juga berharap agar PT KAI juga dapat melakukan pembangunan untuk rute-rute kereta api yang lainnya, misalnya dari Medan-Banda Aceh dan lain-lain.

“Kalau ada jalur kereta api dari Medan ke arah Aceh, tentu ini sangat baik, jadi transportasi alternatif bagi kita,” sebut Fatima. Hal senada juga diungkapkan warga Jalan Gunung Martimbang, Intan Sitorus yang kerap menggunakan kereta api Medan-Kisaran. Dikatakan Intan, kereta api merupakan transportasi alternatif bagi dirinya untuk mengunjungi keluarga di Kisaran.

Selain nyaman juga tiketnya tidak terlalu mahal. “Kalau saya mengunjungi keluarga ke Kisaran, saya lebih memilih menggunakan kereta api, karena selain lebih nyaman, perjalanannya juga menyenangkan. Kalau jalan darat naik angkutan sopirnya sering kali ugal-ugalan terkadang pun pening saya di dalam bus, makanya saya lebih suka naik kereta api,” kata Intan.

Tak hanya itu, Intan juga berharap agar di kota dibangun stasiun kecil, sehingga di lintas kota masyarakat juga bisa menggunakan kereta api, seperti wilayah yang jarak tempuhnya 30 menit misalnya dari Belawan ke Amplas, atau dari dari Marelan ke Amplas dan sebaliknya.

“Kalau ada jalur kereta api dan ada stasiun kecilnya kan tentu kita masyarakat bisa lebih memilih kereta api, karena pasti lebih nyaman, misalnya dari Amplas mau ke Belawan, kalau bisa naik kereta api pasti lebih nyaman, tidak macet dan tidak banyak copet,” ujarnya.

Pengamat transportasi Medan, Filianti Bangun mengatakan, sebenarnya masyarakat saat ini tentu sangat membutuhkan transportasi kereta api.Selain nyaman juga dapat menjadi solusi mengatasi kemacetan, terutama untuk menempuh jarak dari satu titik ke titik yang lain di inti kota Medan.

Namun, diakui Filianti kalau selama ini masyarakat masih minim menggunakan transportasi kereta api, hal itu menurutnya disebabkan karena tiga hal. Pertama disebutkan Filianti, karena belum terintegrasinya moda transportasi di Medan, misalnya moda transportasi dari darat dengan kereta api, atau dari laut dengan kereta api maupun dari udara dengan kereta api.

“Karena moda transportasi kita belum terintegrasi sehingga masyarakat cenderung malas untuk menggunakan kereta api, sebab jadwal keberangkatan angkutan kota juga tidak jelas sehingga masyarakat sulit untuk memadukan waktu angkutan kota dengan jadwal keberangkatan kereta api,” Filianti.

Selain itu, fasilitas parkir di statisun kereta api untuk sepeda motor dan mobil bagi orang yang bekerja juga masih belum tersedia. Padahal, untuk orang bekerja yang memiliki kendaraan dan membutuhkan parkir kendaraannya ketika berangkat bekerja. “Belum lagi biaya parkir yang mahal dan jaminan kendaraannya tidak dicuri maling.

Ini kan belum terjamin dengan baik, lahan parkirnya juga belum ada,” terang Filianti. Hal kedua kata Filianti, karena masih belum adanya stasiun pembantu di beberapa kawasan di inti kota. “Kalau orang yang dari Binjai bekerja di Amplas, tentunya dia akan malas untuk naik kereta api karena tidak ada stasiun pembantu di kawasan Amplas.

Jadi kalau dia naik kereta api dari Binjai, tetap saja harus berhenti di Stasiun Besar Kereta Api di Lapangan Merdeka, dan harus menggunakan angkutan kota kembali ke tempat bekerjanya,” terang Filianti. Padahal, kalau di negara lain, karyawan yang bekerja menggunakan kereta api dengan nyamannya turun di stasiun pembantu dan cukup berjalan kaki untuk sampai ke tempat bekerjanya, sehingga tidak harus kembali menggunakan angkutan kota.

Hal ketiga, terang Filianti dikarenakan masyarakat saat ini sangat gampang untuk memperoleh kredit sepeda motor. Cukup dengan uang muka Rp500.000 masyarakat sudah bisa menggunakan sepeda motor. “Selama ini pemerintah kita kan belum melakukan pembatasan dan pengawasan terhadap kredit kepemilikan sepeda motor.

Akibatnya, masyarakat tentu merasa nyaman dengan menggunakan sepeda motor kredit untuk bekerja dari Binjai-Medan atau dari Belawan-Medan. Sebab, dia tidak harus lagi turun naik angkutan kota dan kereta apa untuk sampai di tempatnya bekerja,” terang Filianti sembari menggambarkan karyawan dari Binjai yang bekerja di kawasan Amplas tentu akan memilih menggunakan sepeda motor dibandingkan harus menggunakan kereta api.

Di sisi lain, masyarakat juga selama ini masih belum nyaman dengan moda transportasi yang ada. Seperti untuk naik angkutan kota menuju stasiun kereta api, masyarakat belum nyaman dengan angkutan kota yang banyak sudah tidak layak beroperasi. Belum lagi, banyaknya pencopet dan hipnotis di dalam angkutan.

Penumpang bisa merokok sekenanya di dalam angkot. “Inilah yang semakin mengakibatkan, kenapa masyarakat lebih memilih untuk naik sepeda motor untuk bekerja meskipun jaraknya jauh Medan-Binjai. Tapi dia akan merasa nyaman dalam perjalanan,” jelas Filianty. Filianti menampik kalau masyarakat belum membutuhkan moda transportasi KA.

“Kalau kita melihat data komuter yang ada di Medan di tahun 2004-2005 itu jumlahnya mencapai 600 ribu orang. Artinya, orang dari pinggiran kota Medan yang bekerja di inti kota itu jumlahnya sangat tinggi, bahkan sekarang bisa jadi angka 600 ribu itu bertambah. Kalau dilihat dari data komuter ini, tentu moda transportasi KA ini sangat dibutuhkan.

Dan tentunya, ini bisa menghasilkan PAD yang signifikan bagi KA. “Makanya, tidak benar kalau masyarakat belum membutuhkan moda transportasi KA ini karena dari data tahun 2004-2005 saja jumlah komuter di Medan ini sangat tinggi,” terang Filianti. Untuk itulah, kata Filianti, sebaiknya PT KAI dapat melakukan kajian ataupun survei untuk membantu meningkatkan penumpang KA.

Survey yang dibutuhkan adalah untuk mengetahui di mana saja zona-zona para komuter bekerja, dengan begitu maka PT KAI mungkin dapat membangun stasiun pembantu di beberapa titik. Tak hanya itu, Filianti juga mengatakan, ada baiknya PT KAI memikirkan terintegrasinya moda darat dengan kereta api .

Paling tidak PT KAI bisa menyediakan bus dari lokasi perusahaan tempat karyawan bekerja ke stasiun kereta api . Ataupun, PT KAI bekerjasama dengan beberapa perusahaan, dengan begitu dari lokasi kantor ke stasiun karyawan bisa terintegrasi dari moda transportasi darat dengan kereta api .

“Selain itu, PT KAI juga paling tidak dapat mengembangkan lahan parkir, sehingga jika ada karyawan yang mengunakan sepeda motor ataupun mobil dan mau bekerja menggunakan kereta api tentunya tidak akan khawatir menitipkan kendaraannya. Hal utama lagi yang perlu ditingkatkan adalah kenyamanan dan keamanan dalam kereta api. Dengan begitu, kereta api bisa menjadi moda transportasi masa depan nantinya,” jelas Filianti.

Eko agustyo fb/lia anggia nasution
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6570 seconds (0.1#10.140)