Jepang Genjot Kualitas Perawat
A
A
A
KUDUS - Institusi perbankan ternama di Jepang, Sumitomo Mitsui Bangking Corporation (SMBC) membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) calon perawat yang ada di Kabupaten Kudus.
Lewat upaya ini diharapkan para perawat asal Kota Kretek lebih memiliki daya saing tidak hanya level nasional saja namun juga hingga internasional. Lembaga pendidikan di Kudus yang dibantu progam ini adalah Stikes Cendekia Utama. SMBC menyasar progam ini setelah digandeng Djarum Foundation Kudus. Kerjasama ini juga melibatkan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Managing Director Head of Asia Pacific Division and Emerging Markets Business Division SMBC, Shosuke Mori mengatakan Stikes Cendekia Utama dan Undip merupakan dua institusi penghasil tenaga profesional yang akan turut mendukung dan memimpin pertumbuhan ekonomi dan sosial di Indonesia.
Oleh karena itu menjadi sebuah kehormatan dan kebanggan bagi SMBC untuk dapat berkontribusi meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan mahasiswa yang belajar di dua institusi pendidikan tersebut.
“Kita berharap mereka mampu menghasilkan perawat yang profesional, memiliki kualifikasi tinggi serta sanggup bersaing di tingkat internasional,” kata Shosuke Mori saat penandatangan kerjasama dan penyerahan bantuan di Kampus Stikes Cendekia Utama Kudus, kemarin. bantuan yang diberikan SMBC bersama Djarum Foundation berupa Patient Simulator, sarana pembelajaran berbasis komputer, modernisasi peralatan laboratorium, hingga replika rumah Jepang.
Berbagai hal itu untuk mendukung peningkatan fasilitas pendidikan keperawatan dan penyempurnaan kurikulum, serta peningkatan kualitas tenaga pendidik. “Kualitas lulusan Stikes Cendekia Utama kami harapkan memiliki kompetensi yang diakui secara internasional. Target yang kita siapkan saat ini, mencetak tenaga profesional kesehatan yang mampu lolos ujian keperawatan di Jepang,” ujar Program Director Djarum Foundation, Primadi H Serad.
Sejak 2007 Indonesia telah mengirim 1.048 tenaga perawat ke Jepang, tetapi yang lolos seleksi tak lebih dari 50 orang. “Target kami nanti, dari 100 lulusan perawat Stikes Cendekia setiap tahun, bisa lolos sekitar 20 persen. Ujian profesi perawat di Jepang sangat ketat. Tetapi kalau berhasil gajinya menjanjikan, antara Rp30 juta hingga Rp35 juta per bulan,” terangnya.
Kendala yang dihadapi sekarang yaitu bahasa dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai. Untuk peningkatan kemampuan, pihaknya telah mengirim dua tenaga pendidik Stikes Cendekia Utama ke Jepang, dan bekerjasama dengan Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Undip Semarang.
Terkait hal itu, Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Undip juga diberi bantuan berupa buku literatur sebagai fasilitas penunjang pendidikan bahasa Jepang. “Laboratorium bahasa Jepang juga kita berikan untuk Undip. Semoga ini bermanfaat untuk mendongkrak kualitas pendidikan kita,” tandas Primadi.
Muhammad oliez
Lewat upaya ini diharapkan para perawat asal Kota Kretek lebih memiliki daya saing tidak hanya level nasional saja namun juga hingga internasional. Lembaga pendidikan di Kudus yang dibantu progam ini adalah Stikes Cendekia Utama. SMBC menyasar progam ini setelah digandeng Djarum Foundation Kudus. Kerjasama ini juga melibatkan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Managing Director Head of Asia Pacific Division and Emerging Markets Business Division SMBC, Shosuke Mori mengatakan Stikes Cendekia Utama dan Undip merupakan dua institusi penghasil tenaga profesional yang akan turut mendukung dan memimpin pertumbuhan ekonomi dan sosial di Indonesia.
Oleh karena itu menjadi sebuah kehormatan dan kebanggan bagi SMBC untuk dapat berkontribusi meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan mahasiswa yang belajar di dua institusi pendidikan tersebut.
“Kita berharap mereka mampu menghasilkan perawat yang profesional, memiliki kualifikasi tinggi serta sanggup bersaing di tingkat internasional,” kata Shosuke Mori saat penandatangan kerjasama dan penyerahan bantuan di Kampus Stikes Cendekia Utama Kudus, kemarin. bantuan yang diberikan SMBC bersama Djarum Foundation berupa Patient Simulator, sarana pembelajaran berbasis komputer, modernisasi peralatan laboratorium, hingga replika rumah Jepang.
Berbagai hal itu untuk mendukung peningkatan fasilitas pendidikan keperawatan dan penyempurnaan kurikulum, serta peningkatan kualitas tenaga pendidik. “Kualitas lulusan Stikes Cendekia Utama kami harapkan memiliki kompetensi yang diakui secara internasional. Target yang kita siapkan saat ini, mencetak tenaga profesional kesehatan yang mampu lolos ujian keperawatan di Jepang,” ujar Program Director Djarum Foundation, Primadi H Serad.
Sejak 2007 Indonesia telah mengirim 1.048 tenaga perawat ke Jepang, tetapi yang lolos seleksi tak lebih dari 50 orang. “Target kami nanti, dari 100 lulusan perawat Stikes Cendekia setiap tahun, bisa lolos sekitar 20 persen. Ujian profesi perawat di Jepang sangat ketat. Tetapi kalau berhasil gajinya menjanjikan, antara Rp30 juta hingga Rp35 juta per bulan,” terangnya.
Kendala yang dihadapi sekarang yaitu bahasa dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai. Untuk peningkatan kemampuan, pihaknya telah mengirim dua tenaga pendidik Stikes Cendekia Utama ke Jepang, dan bekerjasama dengan Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Undip Semarang.
Terkait hal itu, Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Undip juga diberi bantuan berupa buku literatur sebagai fasilitas penunjang pendidikan bahasa Jepang. “Laboratorium bahasa Jepang juga kita berikan untuk Undip. Semoga ini bermanfaat untuk mendongkrak kualitas pendidikan kita,” tandas Primadi.
Muhammad oliez
(ftr)