Istri Cerdas Penentram Hati Sultan HB IX Berpulang

Jum'at, 04 September 2015 - 09:13 WIB
Istri Cerdas Penentram...
Istri Cerdas Penentram Hati Sultan HB IX Berpulang
A A A
YOGYAKARTA - Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Nindyo Kirono, istri almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX berpulang pada Rabu (2/9) malam di Jakarta.

Kemarin, almarhumah dikebumikan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Sapto Renggo di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Jenazah kemarin pagi langsung diberangkatkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Sebelum dimakamkan, almarhumah yang tiba di Keraton pukul 09.45 WIB disemayamkan terlebih dulu di Bangsal Manis, Keraton Yogyakarta, untuk disalatkan.

Kemudian pukul 13.00 WIB diberangkatkan menuju kompleks Makam Raja- Raja Mataram. Almarhumah yang sempat mendampingi Raja Keraton Yogyakarta XI saat menjadi Wakil Presiden RI tersebut wafat pada usia 84 tahun karena lama menderita sakit. “Sudah sakit lama. Sudah bertahun- tahun juga tidak ketemu (ke Yogyakarta),” kata Sri Sultan Hamengku Buwono X saat melepas almarhumah.

“Sudah lama gerahnya (sakitnya), sekitar lima-enam tahun. Pengapuran di tempurung kaki, lebih banyak di rumahnya,” kata KGPH Hadiwinoto, adik Sultan HB X. Sementara tempat pemakaman bagi KRAy Nindyo Kirono sudah disiapkan jauhjauh hari oleh HB IX. Karena sudah merupakan pesan dari sang raja agar istri-istrinya nanti dimakamkan di Imogiri secara berjejer.

“Tempat pemakamannya sudah jauh-jauh hari disiapkan. Sudah disiapkan bidang-bidangnya, tinggal diambil pasirnya dan diuruk lagi,” ucapnya. Semasa hidup almarhumah dikenal sebagai perempuan cerdas. Bagi Sultan HB IX, ada suasana segar yang diberikan KRAy Nindyo Kirono ketika sudah dipersunting.

Dia mampu memberikan optimisme saat HB IX diberikan tanggung jawab sebagai Wakil Presiden RI dan harus menetap di Jakarta. Sejarah keduanya ke pelaminan penuh aroma sejarah kemerdekaan bangsa ini. Mereka bertemu di Bangka, tempat Presiden Soekarno diasingkan. Almarhumah yang lahir pada 3 Desember 1930 itu sempat menjadi salah satu staf sekretaris presiden. Ketika Bung Karno diasingkan ke Pulau Bangka, KRAy Nindyo Kirono pun ikut berada di sana.

Tahun 1947, perjuangan Indonesia untuk diakui keberadaannya di mata dunia masih berlanjut. Dari pengasingan Bung Karno itu, HB IX yang menjadi salah satu menteri tersebut sering berkunjung ke Pulau Bangka. Dia mempersiapkan pertempuran mengembalikan Indonesia sebagai negara republik yang saat ini dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret.

“Saat masih gadis, saya melihat riwayatnya beliau dulu sempat ditawan. Almarhumah saat itu sudah banyak bergaul dengan para pemimpin (Indonesia). Dalam situasi yang sangat tidak enak, ketika itu ditawan (diasingkan di Bangka), Sultan sering datang ke sana sesudah Serangan Umum 1 Maret. Untuk mempersiapkan Yogyakarta, untuk mengembalikan kesatuan Republik Indonesia,” kata KRT Jatiningrat, salah satu kerabat Keraton Yogyakarta.

Menurut pria yang akrab disapa Romo Tirun tersebut, HB IX sangat terbantu sekali oleh keberadaan KRAy Nindyo Kirono, yang melayani dan membantunya ketika bertugas sebagai salah satu pejabat negara. Salah satu bukti kecerdasan KRAy Nindyo Kirono adalah kemampuannya menguasai sejumlah bahasa asing dengan baik, seperti Inggris dan Belanda. Dia juga menemani HB IX saat harus tinggal sementara di Jakarta. Meski tidak dikaruniai anak dalam pernikahannya, HB IX tetap senang. Karena almarhum mampu memberikan ketenteraman kepada beliau.

Tenteram dan senangnya beliau ini bukan karena KRAy Nindyo Kirono mempunyai kecantikan yang memesona. Namun, kata Romo Tirun, seseorang yang bisa menjaga keseimbangan terhadap suaminya. “Peran almarhumah ini pendamping yang baik. Dia yang mendampingi Sultan di Jakarta. Bisa menenteramkan hati beliau pada saat masa itu penting. Beliau juga tidak mengharapkan putra dari istrinya ini juga kok,” tuturnya.

Romo Tirun menuturkan, KRAy Nindyokirono merupakan istri yang terakhir bagi Sultan HB IX. Sebab tidak disebutkan yang kelima karena dipandang bahwa istri seorang raja sebaiknya empat. “Jumlahnya (istri) tetap empat,” katanya. Kecerdasan sosok KRAy Nindyokirono ini juga diakui adik Sultan HB X, GBPH Prabukusumo. Semasa hidup almarhumah, dia sering berdiskusi dengannya.

“Orangnya sangat cerdas dan baik. Sering ngobrolapa saja dan berdiskusi. Kalau terakhir bertemu, sekitar dua-tiga tahun lalu. Sudah menggunakan kursi roda, putar- putar keraton,” ucapnya.

Ridho hidayat
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0929 seconds (0.1#10.140)