Kabut Asap Lumpuhkan Perekonomian Tapanuli Tengah
A
A
A
TAPANULI TENGAH - Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) terancam lumpuh oleh kabut asap. Konsentrasi kabut asap di dua daerah di pantai Barat Sumatera Utara (Sumut) ini meningkat dengan jarak pandang 200-300 meter.
Kepala Tata Usaha (KTU) Perhubungan Udara Bandara FL Tobing Binnerson Silitonga mengatakan, akibat kabut asap itu, bandara ditutup. Kerugian yang ditimbulkan pun sangat besar, baik dari perusahaan penerbangan, pertamina, dan pihak bandara.
"Apalagi serangan kabut asap tidak dapat dipastikan sampai kapan akan berhenti. Garuda sudah empat kali membatalkan penerbangan dengan jumlah seat 96. Begitupun dengan Wings Air 72 seat," katanya, Kamis (3/9/2105).
Akibat pembatalan itu, kedua perusahaan penerbangan ini harus mengembalikan uang pembelian tiket pesawat kepada masing–masing penumpang. Sampai hari ini, penerbangan masih belum bisa dilakukan karena terganggu kabut asap.
"Dampak kerugian yang ditimbulkan adalah kehilangan keuntungan dari pemasukan rutin pengelolaan bandara, mulai dari pendapatan sisi biaya pendaratan pesawat (Aircraft Landing Service), dan sebagainya," ungkapnya.
Kerugian juga dialami pihak Pertamina, karena mereka harus kehilangan pemasukan dari penyediaan jasa bahan bakar Avtur untuk pesawat. "Ini sesuatu yang sangat miris dan berbahaya. Jika terus berlanjut. Ekonomi daerah bisa lumpuh," jelasnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sibolga memperkirakan, kabut asap di kawasan ini akan berkurang dengan turunnya hujan ringan selama dua hari ke depan.
“Kalau sudah ada hujan, tentu kabut asap akan berkurang,” kata Kepala BMKG Sibolga Marolop Rumahorbo yang dihubungi terpisah.
Soal sumber asap yang menyerang Sibolga dan Tapteng, Marolop menegaskan, berasal dari wilayah Riau, ditambah Jambi, dan Sumatera Selatan (Sulsel). “Juga didukung pembakaran di sepanjang pantai arah selatan bandara FL Tobing," pungkasnya.
Kepala Tata Usaha (KTU) Perhubungan Udara Bandara FL Tobing Binnerson Silitonga mengatakan, akibat kabut asap itu, bandara ditutup. Kerugian yang ditimbulkan pun sangat besar, baik dari perusahaan penerbangan, pertamina, dan pihak bandara.
"Apalagi serangan kabut asap tidak dapat dipastikan sampai kapan akan berhenti. Garuda sudah empat kali membatalkan penerbangan dengan jumlah seat 96. Begitupun dengan Wings Air 72 seat," katanya, Kamis (3/9/2105).
Akibat pembatalan itu, kedua perusahaan penerbangan ini harus mengembalikan uang pembelian tiket pesawat kepada masing–masing penumpang. Sampai hari ini, penerbangan masih belum bisa dilakukan karena terganggu kabut asap.
"Dampak kerugian yang ditimbulkan adalah kehilangan keuntungan dari pemasukan rutin pengelolaan bandara, mulai dari pendapatan sisi biaya pendaratan pesawat (Aircraft Landing Service), dan sebagainya," ungkapnya.
Kerugian juga dialami pihak Pertamina, karena mereka harus kehilangan pemasukan dari penyediaan jasa bahan bakar Avtur untuk pesawat. "Ini sesuatu yang sangat miris dan berbahaya. Jika terus berlanjut. Ekonomi daerah bisa lumpuh," jelasnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sibolga memperkirakan, kabut asap di kawasan ini akan berkurang dengan turunnya hujan ringan selama dua hari ke depan.
“Kalau sudah ada hujan, tentu kabut asap akan berkurang,” kata Kepala BMKG Sibolga Marolop Rumahorbo yang dihubungi terpisah.
Soal sumber asap yang menyerang Sibolga dan Tapteng, Marolop menegaskan, berasal dari wilayah Riau, ditambah Jambi, dan Sumatera Selatan (Sulsel). “Juga didukung pembakaran di sepanjang pantai arah selatan bandara FL Tobing," pungkasnya.
(san)