Pemkab OKI Kewalahan Atasi Kebakaran Lahan

Selasa, 01 September 2015 - 23:57 WIB
Pemkab OKI Kewalahan...
Pemkab OKI Kewalahan Atasi Kebakaran Lahan
A A A
KAYUAGUNG - Pemkab Ogan Komering Ilir (OKI) kewalahan melakukan upaya pencegahan dan pemadaman api di lahan gambut. Karena luasnya lahan gambut yang rawan terbakar di daerah tersebut mencapai 553.175 hektare.

Selain masalah geografis, persediaan air terbatas, kurangnya ketersediaan peralatan pemadaman juga menjadi kendala untuk memadamkan api di lahan gambut yang terbakar.

"Kita sudah berupaya keras agar OKI zero hotspot, semangat kita sudah ada, tetapi lagi-lagi kita dihadapkan dengan bermacam-macam kendala di lapangan, hal ini membuat kita sangat Kewalahan dalam memadamkan api yang membakar lahan gambut," kata Bupati OKI Iskandar saat meninjau salah satu titik api di Jalan sepucuk, Kelurahan Kedaton, Kecamatan Kayuagung, Selasa (1/9/2015).

Menurut Bupati, berbagai kendala yang tidak bisa dihindari yakni, luasnya lahan gambut di OKI sebanyak 1.156.350 hektare.

Di mana 553.175 hektare diantaranya terbilang sangat rawan terbakar dan sisanya 603.175 hektare rawan terbakar.

"Kemudian di lapangan petugas kita kekurangan air untuk memadamkan, karena musim kemarai ini sulit mencari sumber air, selanjutnya ketersediaan perlatan juga sangat kurang, selang pompa hanya sepanjang 200 meter, sementara lokasi kebakaran bisa mencapai 800 meter dari sumber air," jelasnya.

Bupati akhirnya memberikan warning kepada seluruh perusahaan perkebunan yang mencari laba di bumi bende seguguk ini.

“Ada tanggungjawab dari perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan, tolong seluruh pimpinan perusahaan membicakan ini. Pantau api secara maksimal dan lakukan pemadaman,” kata Iskandar

Petugas pemadam kebakaran lahan dan hutan, kata dia, harus memiliki peralatan dan perlengkapan maksimal seperti selang yang panjangnya ratusan meter dan mesin pompa air berdaya besar. Jika belum memiliki, perusahaan harus bertanggungjawab.

“Di kawasan Jalan Sepucuk ini dulunya daerah resapan air. Tapi setelah banyak PT di sini, resapan airnya tidak ada lagi,” cetusnya.

Iskandar menegaskan, petugas terkendala faktor alam dalam upaya menekan jumlah hotspot.

“Arah angin sering berubah, itu kendalanya. Peralatan yang kami miliki tak mampu menjangkau titik api yang jauh dari jalan, minimnya stok air di area kebakaran juga menjadi kendala,” ungkap Iskandar.

Terkait pelaku pembakaran lahan dan hutan, Bupati OKI tak mengetahui dan tak mau menduga siapa pelakunya apakah warga setempat atau justru dilakukan sengaja oleh perusahaan perkebunan untuk membuka lahan baru.

“Gubernur dan bupati sudah bertekad agar Sumsel zero asap, tapi ternyata di OKI tak bisa,” keluhnya.

Kepala BPBD OKI Azhar menambahkan, pantauan pihaknya jumlahnya titik api selalu berubah-ubah.

Per 31 Agustus, jumlah titik api mencapai 66 titik atau bertambah jika dibandingkan sebelumnya yang hanya 14 titik.

Namun petugas tetap berjuang untuk menekan jumlahnya karena titik api di OKI masih bisa diatasi, jika tidak pihaknya tentu minta bantuan dari BPBD Sumsel.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8842 seconds (0.1#10.140)