Yogya, Tempatnya Peninggalan Warisan Budaya

Minggu, 30 Agustus 2015 - 02:15 WIB
Yogya, Tempatnya Peninggalan...
Yogya, Tempatnya Peninggalan Warisan Budaya
A A A
YOGYAKARTA - Yogyakarta memang istimewa dibandingkan daerah lain di Indonesia. Di kawasan ini, banyak ditemukan temuan-temuan sejarah. Mulai dari mulai situs zaman prasejarah, hingga zaman kolonial, semuanya ada di Yogya.

Berbagai temuan prasejarah di kawasan ini antaranya goa brahala di Gunungkidul. Sedang pada zaman klasik, dapat ditemui di kawasan Prambanan, Kalasan, Sambisari, Ijo, Barong, Ratu Boko, dan lainnya.

Memasuki zaman mataram Islam, ada Mataram kuno. Sedangkan memasuki zaman penjajahan Jepang, ada goa peninggalan zaman Jepang, atau masa kolonial yang ada di Bantul. Semuanya, dapat ditemukan dan dipelajari di Yogyakarta.

"Karena ini salah satu tujuannya untuk pembelajaran anak kita kedepannya. Kalau nenek moyang kita itu sudah menguasai banyak ilmu," kata Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Perlindungan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, Muhammad Taufik, Sabtu (29/8/2015).

Misal saja, peripih yang ditemukan di setiap candi Hindu. Peripih ini merupakan nyawa dari candi itu sendiri. Yang digunakan untuk tempat pemujaan, kepada dewa.

Juga dari segi konstruksinya. Dari suatu bangunan candi, ada saja sambungan antara batu dengan batu yang lainnya, aneh. "Dari sambungan batu yang aneh, itu berarti kan nenek moyang kita saat itu sudah mengenal konstruksi bangunan," katanya.

Selain itu juga ornamen candinya. Selalu saja, imajinasinya diambil dari lingkungan-lingkungan yang ada di sekitarnya. "Dari sisi ilmu astronominya pun ada. Candi selalu menghadap barat-timur berdasar lintasan matahari. Tapi ada saja yang bergeser 30 derajat," katanya.

Sebab, menurunya, matahari pun lintasannya ada tiga pergerakan. Maret sampai Juni, memang berada di atas khatulistiwa. Setelah itu bergeser ke utara, 30 derajat hingga September. Begitu seterusnya.

"Dulu belum ada kompas. Mendirikan bangunan candi melalui pergerakan matahari. Yang paling penting memang pembelajaran, bahwa nenek moyang kita ternyata ilmunya sudah tinggi," katanya.

Meski sudah banyak yang dilestarikan, namun tetap saja saat ini masih terus ada temuan-temuan baru. Situs-situs atau batu yang diduga merupakan bagian candi. Misal saja, temuan batu Yoni pada Maret lalu di Desa Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Kemudian, batu Kala yang berada di Dusun Karangbajang, Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman pada Mei. Untuk di Karangbajang, beberapa waktu lalu sudah dilakukan proses ekskavasi oleh BPCB.

Berjarak sekitar 200 meter dari temuan tersebut. Karena memang di lokasi ini pada 1987 silam, pernah ada temuan batu atau arca. Semisal, Nandi yang merupakan kendaraan Dewa Siwa.

Akan tetapi, dalam ekskavasi yang pertama tersebut, masih belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Direncanakan, pada akhir tahun ini akan kembali dilakukan.

"Rencananya, ekskavasi yang kedua di tempat yang kemarin ada temuan Kala itu. Di tengah sawah," lanjut Taufik.

Selain itu, juga masih ada beberapa situs lagi yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. "Ada salah satu goa di Gunungkidul yang perlu diteliti lagi. Dugaannya, itu tempat persembunyian putri (kerajaan) Majapahit," katanya.

Selain masih ada yang perlu diekskavasi, juga banyak yang harus dipugar. Di antaranya Candi Kalasan karena bebatuannya yang rapuh dan membahayakan bagi orang yang berada di dekatnya.

Kemudian, Candi Perwara (pendamping) di kompleks Candi Prambanan. Candi ini jumlahnya 224 unit, dan baru berdiri dua buah. Mulai 2015 ini, BPCB pun mematok target setiap tahunnya bisa mendirikan satu candi.

Selain itu, masih ada situs Candi Kedulan, yang berada di Kalasan, Sleman. Candi ini terpendam sedalam 6-7 meter karena terjadinya erupsi Merapi. Baru 1993 silam ditemukan, dan diproyeksikan nantinya akan menjadi Pusat Studi Volcano Arkeologi.

Tak hanya tiga situs tersebut, tapi juga masih ada candi lainnya yang saat ini masih dalam proses pemugaran. Yaitu, Candi Ijo dan Candi Barong di Prambanan.

"Agustus ini sudah ada yang dimulai pemugaran. Candi Ijo dan Candi Ratu Boko, taludnya. Ratu Boko ini sebelumnya jalannya yang kita pugar, sekarang talud di sebelah timurnya. Kemudian juga Candi Barong, tapi sudah hampir selesai," kata Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta, Wahyu Astuti.

Lanjut Astuti, dengan banyaknya situs-sittus yang ditemukan ini, pihaknya berharap. Agar kesadaran masyarakat terus ditingkatkan dalam pelestarian situs warisan budaya. "Memang, tanah di Yogyakarta ini istimewa," ucapnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1632 seconds (0.1#10.140)