Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik

Kamis, 27 Agustus 2015 - 09:22 WIB
Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik
Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik
A A A
BANTUL - Perajin tempe dan tahu mulai kelimpungan meng ha dapi kenaikan harga kedelai menyusul anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Mereka kini tengah bersiapsiap menaikkan harga jual tempe dan tahu yang mereka buat.

Jika tidak dinaikkan, maka mereka khawatir akan gulung tikar karena tak mampu menutupi biaya produksi. Naiknya dolar hingga Rp14.000 tersebut memang berdampak kepada kenaikan harga kedelai. Para perajin tak bisa mengelak lagi dari dampak tersebut karena mayoritas para pe rajin tahu dan tempe di Kabupaten Bantul menggunakan kedelai dari luar negeri untuk berproduksi.

Sangat jarang produsen tahu dan tempe yang menggunakan kedelai lokal. Harga kedelai impor saat ini di pasaran sebesar Rp8.500 per kg, lebih mahal dibanding kedelai lokal yang seharga Rp7.000-7.500 per kg. Kedelai impor selama ini menjadi andalan bahan baku pembuatan tempe.

Setiap hari, Sulastri, salah seorang perajin tahu dan tempe di Dusun Selobentar, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan ini membutuhkan 50 kg kedelai impor dan 50 kg kedelai lokal untuk memproduksi tahu dan tempe. Makanan khas Indonesia itu lalu diedarkan ke sejumlah pasar tradisional se perti Pasar Bantul dan Pasar Kretek.

Menyusul kenaikan dolar yang tak terkendali belakangan ini, juragan mereka yang biasa menyetori kedelai sudah ber siap menaikkan harga kedelai. Beberapa waktu lalu, Sulastri mendapatkan kabar perihal rencana kenaikan tersebut dari pemasoknya. “Iya, sudah diberi tahu kalau akan naik. Tapi berapanya saya belum tahu,” ujarnya, kemarin.

Karena harga kedelai akan naik, dia juga sudah ancang-ancang untuk menaikkan produknya. Dia berencana akan me naikkan harga sebanyak Rp500 setiap tahu ataupun tempe yang dia produksi. Untuk tempe dia berencana menjual Rp2.500 per potong dari sebelumnya Rp2.000. Sementara tahu akan dia naikkan dari Rp7.000 menjadi Rp7.500 setiap kilogramnya.

Sebenarnya Sulastri khawatir dengan rencana kenaikan harga jual tahu dan tempenya ter sebut. Dia khawatir para pelanggannya akan lari dan tak membeli tahu serta tempenya lagi. Namun demikian, pilihan su lit tersebut tetap akan dia jalankan daripada gulung tikar tak mampu menutup biaya produksi mereka.

“Saya bingung, mau saya kecilkan ataupun saya naikkan harganya. Dampaknya sama,” paparnya. Sementara itu, Pemerintah Ka bupaten (Pemkab) Bantul tak bisa berbuat banyak terkait dengan kenaikan bahan baku tahu dan tempe tersebut. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanto mengaku tidak bisa melakukan in tervensi har ga barang impor meskipun hal tersebut komoditas pertanian. “Kami hanya bisa memastikan pasokannya ada,” tuturnya.

Keuntungan Turun 5%

Kekhawatiran kenaikan harga kedelai impor juga dirasakan pengusaha tempe di Kulonprogo. Seorang perajin tem pe di Kedungdowo, Wates, Warsian mengatakan, harga kedelai saat ini telah melonjak. “Kenaikan ini belum kami respons, yang pasti keuntungan kami turun sekitar 5%,” kata Wasian.

Dirinya tidak berani menaikkan harga jual tempe. Mereka takut ketika harga dinaikkan atau ukuran kecil, pelanggan akan beralih. Padahal untuk membuat tempe yang bagus, bahan baku utama harus meng gunakan kedelai impor. Kedelai dari Amerika memiliki ukuran yang lebih besar.

“Saat ini belum akan saya naikkan, semoga rupiah bisa menguat agar harga kedelai juga turun,” katanya. Wasian yang sudah mem produksi tempe sejak 1988 ini setiap hari bisa menghabiskan 80 kilogram. Setiap tempe dijual di kisaran Rp2.000 atau Rp2.500.

Perajin tempe lain, Sugi yo no mengatakan, kualitas produk tempe masih tetap dipertahankan. Meski harga kedelai naik, namun harga tempe tetap sama. “Kualitas produk tempe kami lebih bagus dan biasa di jual di pasar pagi Wates,” tandasnya.

Erfanto linangkung /kuntadi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5527 seconds (0.1#10.140)