Inspirasi Kang Dedi Menyatukan Dua Budaya

Senin, 24 Agustus 2015 - 09:24 WIB
Inspirasi Kang Dedi Menyatukan Dua Budaya
Inspirasi Kang Dedi Menyatukan Dua Budaya
A A A
KOLABORASI penari Bali dan Jawa Barat (Sunda) menggebrak warga Purwakarta, Sabtu (22/8) malam. Mereka tampil atraktif dengan menyuguhkan sendra tari kolosal bertajuk Siliwangi Gugat di Taman Maya Datar, Pendopo Pemkab Purwakarta.

Tarian dibuka dengan belasan penari Kecak yang membuat decak kagum penonton. Disusul kemudian dengan tarian jaipong dari sekelompok penari . Penonton pun seakan terhipnotis oleh suguhan itu. Mereka tak beranjak sejak gelaran budaya dimulai hingga berakhir . Kesenian tradisional Bali dan Jawa Barat ini sengaja dikemas dengan konsep yang sempurna.

Kesempurnaan tampak terlihat dari kostum penari, penataan cahaya, panggung, suara, hingga kolaborasi alat musik tradisional dan moderen. Selama kurang lebih 20 menit paduan tata musik khas Sunda dan Bali sangat kental terdengar. Warga yang memadati areal Taman Maya Datar pun terasa dimanjakan dengan kolaborasi kesenian yang terbilang baru di tatar Purwakarta.

Ribuan penonton yang hadir cukup terpukau, mereka eggan beranjak dari lokasi pentas seni yang sengaja digelar masyarakat Purwakarta. Pergelaran itu bertema Festival Purwakarta - Gianyar yang dikemas dalam rangkaian hari jadi ke 184 Purwakarta dan Kabupaten ke-47 Purwakarta.

Sendra tari dimulai dengan menggambarkan kehidupan masyarakat Sunda yang harmonis di era Kerajaan Pajajaran saat dipimpin Sri Baduga Maharaja, atau sering disebut Prabu Siliwangi. Kemudian masyarakat Kerajaan Pajajaran yang hidup makmur, sentosa, rukun, damai dan penuh toleransi harus dikacaukan dengan hasutan dan intrik politik dari pihak luar.

Sri Baduga atau kerap disebut Prabu Siliwangi menyadari rakyatnya dalam keadaan terusik oleh berbagai hasutan dan intrik politik luar. Bahkan, akibat intrik tersebut, Kerajaan Pajajaran sempat terlibat perang besar dengan kerajaan lain di tanah Jawa.

“Prabu Siliwangi ini tampil mengembalikan lagi kejayaan Sunda, maka lakon ini disebut Siliwangi Gugat. Sendra Tari ini dibuka dengan Rajah Siliwangi. Kemudian memadukan para penari khas Sunda yang berkolaborasi dengan penari khas Bali,”ujar Art Director sendratari tersebut, Made Si Diah dari Sanggar Paripurna Bona.

Prabu Siliwangi dikisahkan menghilang di Leuweung Sancang, Garut. Permaisurinya dikisahkan menghilang di laut dan berubah menjadi penguasa pantai selatan, atau dikenal dengan Nyai Roro Kidul. Ide cerita itu sendiri ditulis Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan dikembangkan Made Si Diah, seniman Bali.

“Ini adalah karya yang dibuat masyarakat Sunda dan Bali. Bagi masyarakat Bali, Prabu Siliwangi adalah sosok yang dihormati dan dianggap sebagai pembangun kerangka budaya di tanah Bali,” ujar Dedi di akhir sendratari.

Dedi mengungkapkan bahwa sendra tari ini ditampilkan hanya sebagai upaya pembelajaran untuk menata segala hal secara baik, dan sebagai sindiran untuk kembali pada alam. “Kita ini banyak sekali mengaku hebat. Sendra tari ini sebagai sindiran agar kita kembali pada kemakmuran alam masyarakat yang sebenarnya,” tuturnya.

Dedi juga menjelaskan, adanya kerjasama yang dibangun dengan Bali karena adanya konsep sejarah yang hampir sama dengan sejarah Pajajaran. “Bali dan Sunda itu ada kesamaan konsep terutama dalam sejarahnya di mana dulu ada Raja Sunda yang pernah diutus ke Bali, dan dari sendra tari ini terlihat bagaimana penari Bali bisa menjiwainya,” tuturnya.

Didin jalaludin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7484 seconds (0.1#10.140)