Harga Daging Meroket, Pemko Medan Baru Mau Sidak
A
A
A
MEDAN - Pemerintah kota (Pemko) Medan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Medan baru ingin melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar tradisional.
Padahal saat ini harga daging mengalami kenaikan berarti. Sidak yang dimaksud pemko ini untuk melakukan pengawasan terhadap tingginya harga daging sapi dan daging ayam di Kota Medan. Untuk diketahui, harga daging sapi sudah melonjak dari Rp100.000/kg menjadi Rp130.000/kg . Daging ayam naik hingga Rp40.000/kg ditambah kenaikan harga telur yang biasanya Rp800 per butir dan sekarang mencapai Rp1.200 per butir.
Kabid Perdagangan Disperindag Medan Irfan Syarif Siregar mengatakan, pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan berkoordinasi untuk melakukan pengawasan di pasar tradisional. “Kami memang akan turun ke pasar, namun kami akan melakukan koordinasi dengan TPID. Kami akan melakukan pengawasan karena harga kenaikan sudah mencapai 20%,” ujar Irfan, Selasa (18/8). Irfan menjelaskan, untuk harga daging sapi kenaikannya memang belum signifikan seperti daging ayam di Kota Medan.
Kenaikannya belum mencapai 20%. Begitu pun pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan PD Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Medan. “Kalau untuk harga daging sapi kami sudah berkoordinasi dengan RPH. Namun, RPH selama ini kanhanya sedikit per harinya memotong daging sapi. Rata-rata per hari yang dipotong itu hanya berkisar 10 ekor.
Pedagang memotong sapinya ke tempat lain karena belum adanya aturan seperti Perwal ataupun Perda yang mengharuskan daging sapi yang beredar di Medan itu dipotong di RPH. Inilah yang menyulitkan kami dalam mengawasinya,” papar Irfan. Menurut Irfan, kalau ada aturan ataupun regulasi tersebut, maka pengawasan untuk peredaran daging sapi di Kota Medan dengan mudah dapat dilakukan.
“Kalau ada regulasi, itu jelas pengawasan kualitasnya bisa kami jamin. Pemasok dagingnya bisa kami awasi, pemko juga mendapatkan retribusi pemotongan,” katanya. Namun, karena tidak ada regulasi itulah yang membuat banyak pedagang mengambil daging sapi dari tempat pemotongan lain seperti di Sei Semayang, daerah Lubuk Pakam dan lainnya.
Untuk pengawasan daging ayam dan telur, pihaknya berencana turun ke pasar dalam waktu dekat. Selama ini pasokan daging ayam di Kota Medan itu berasal dari Pokphand dan sebagian dari Martubung. “Kalau daging ayam ini memang pasokannya hanya dari Pokphand dan Martubung. Jadi memang bisa dikatakan terjadi monopoli pasar. Kami sulit mengawasi karena pasokan terbesar itu untuk Medan dari Pokphand. Kalau dari harga mereka naik, tentu harga di pasar juga naik. Hal ini pun akan kami tindak lanjuti ke Pokphand,” kata Irfan.
Terpisah, Dirut PR Rumah Potong Hewan (RPH) Rafriandi Nasution mengatakan, saat ini harga daging sapi di Medan memang tidak setinggi harga daging di daerah Jawa. Saat ini kisaran harga daging sapi per kilogramnya mencapai Rp120.000–130.000. Namun, karena harga daging sapi juga tinggi, maka permintaan daging sapi di RPH dalam sepekan ini juga menurun gratis.
“Harga memang mengalami kenaikan tapi tidak signifikan, karena harga naik maka permintaan menurun. Jika sebelumnya dalam sehari bisa mencapai 15 ekor sapi yang kami potong, saat ini menurun sekitar 50–60% yakni hanya enam ekor saja per hari,” kata Rafriandi. Rafriandi tak menampik kenaikan harga daging sapi di Medan juga bukan semata disebabkan pembatasan kran impor, namun juga dipicu karena adanya spekulan sapi yang bermain menjelang Hari Raya Idul Adha mendatang.
Dari pantauan KORAN SINDO MEDAN, harga daging ayam boiler kembali mengalami peningkatan, Selasa (18/8). Harga ayam potong mencapai Rp40.000/kg, setelah kemarin naik menjadi Rp35.000/kg. Tak hanya daging ayam, telur ayam pun mengalami kenaikan harga. Telur yang biasanya dihargai Rp800/butir, kini naik menjadi Rp1.200/butir. Seorang pedagang di Pasar Sukaramai, Saragih menduga, kenaikan ini terjadi lantaran persediaan yang terbatas.
Selain itu, keadaan diperparah oleh adanya kebijakan pemerintah terkait pengurangan kuota sapi impor yang memicu tingginya harga jual daging sapi sehingga mendorong masyarakat untuk beralih konsumsi ke daging ayam.
“Pada pekan lalu, harga daging ayam boiler mengalami dua kali kenaikan. Dari Rp24.000/kg ke Rp27.000/kg dan naik lagi menjadi Rp30.000/kg. Dua hari lalu harganya Rp35.000, saat ini harganya sudah capai Rp38.000 hingga Rp40.000/kg,” katanya, Selasa (18/8). Ia menjelaskan, kenaikan tidak hanya terjadi pada daging ayam boiler, namun juga harga daging ayam kampung.
Sebelumnya, harga daging kampung mencapai Rp55.000/kg, namun kini kembali naik menjadi Rp60.000/kg. Sementara itu, pedagang telur ayam di Jalan Panglima Denai, Deni, 34, juga mengakui bila harga telur ayam ikut naik. Katanya, seminggu setelah Lebaran harga telur terus mengalami kenaikan.
“Telur ayam itu kan ada ukuran-ukurannya. Biasanya telur yang bentuknya kecil Rp800 per butir naik jadi Rp900, yang harga Rp1.000 jadi Rp1.200,” kata Deni. Kenaikan ini dipengaruhi oleh persediaan yang terus menurun dari peternak. Berdasarkan penuturan agen, jelas dia, turunnya pasokan lantaran cuaca. “Katanya banyak ayam yang mati karena cuaca. Jadi telurnya juga makin sedikit,” katanya.
Kedai Nasi Sibolga di Jalan HM Yamin Medan, Thamrin juga mengeluhkan kenaikan harga ayam tersebut. Dia mengaku terpaksa mengurangi ukuran potongan daging ayam. “Paling potongannya dikurangi. Kalau harga naik takutnya nggakdibeli. Tapi ukurannya kecil begini pun banyakjugayang nggakmau. Saya beli daging ayam broiler seharga Rp38.000/kg,” ungkap Thamrin.
Lia anggia nasution/ siti amelia
Padahal saat ini harga daging mengalami kenaikan berarti. Sidak yang dimaksud pemko ini untuk melakukan pengawasan terhadap tingginya harga daging sapi dan daging ayam di Kota Medan. Untuk diketahui, harga daging sapi sudah melonjak dari Rp100.000/kg menjadi Rp130.000/kg . Daging ayam naik hingga Rp40.000/kg ditambah kenaikan harga telur yang biasanya Rp800 per butir dan sekarang mencapai Rp1.200 per butir.
Kabid Perdagangan Disperindag Medan Irfan Syarif Siregar mengatakan, pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan berkoordinasi untuk melakukan pengawasan di pasar tradisional. “Kami memang akan turun ke pasar, namun kami akan melakukan koordinasi dengan TPID. Kami akan melakukan pengawasan karena harga kenaikan sudah mencapai 20%,” ujar Irfan, Selasa (18/8). Irfan menjelaskan, untuk harga daging sapi kenaikannya memang belum signifikan seperti daging ayam di Kota Medan.
Kenaikannya belum mencapai 20%. Begitu pun pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan PD Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Medan. “Kalau untuk harga daging sapi kami sudah berkoordinasi dengan RPH. Namun, RPH selama ini kanhanya sedikit per harinya memotong daging sapi. Rata-rata per hari yang dipotong itu hanya berkisar 10 ekor.
Pedagang memotong sapinya ke tempat lain karena belum adanya aturan seperti Perwal ataupun Perda yang mengharuskan daging sapi yang beredar di Medan itu dipotong di RPH. Inilah yang menyulitkan kami dalam mengawasinya,” papar Irfan. Menurut Irfan, kalau ada aturan ataupun regulasi tersebut, maka pengawasan untuk peredaran daging sapi di Kota Medan dengan mudah dapat dilakukan.
“Kalau ada regulasi, itu jelas pengawasan kualitasnya bisa kami jamin. Pemasok dagingnya bisa kami awasi, pemko juga mendapatkan retribusi pemotongan,” katanya. Namun, karena tidak ada regulasi itulah yang membuat banyak pedagang mengambil daging sapi dari tempat pemotongan lain seperti di Sei Semayang, daerah Lubuk Pakam dan lainnya.
Untuk pengawasan daging ayam dan telur, pihaknya berencana turun ke pasar dalam waktu dekat. Selama ini pasokan daging ayam di Kota Medan itu berasal dari Pokphand dan sebagian dari Martubung. “Kalau daging ayam ini memang pasokannya hanya dari Pokphand dan Martubung. Jadi memang bisa dikatakan terjadi monopoli pasar. Kami sulit mengawasi karena pasokan terbesar itu untuk Medan dari Pokphand. Kalau dari harga mereka naik, tentu harga di pasar juga naik. Hal ini pun akan kami tindak lanjuti ke Pokphand,” kata Irfan.
Terpisah, Dirut PR Rumah Potong Hewan (RPH) Rafriandi Nasution mengatakan, saat ini harga daging sapi di Medan memang tidak setinggi harga daging di daerah Jawa. Saat ini kisaran harga daging sapi per kilogramnya mencapai Rp120.000–130.000. Namun, karena harga daging sapi juga tinggi, maka permintaan daging sapi di RPH dalam sepekan ini juga menurun gratis.
“Harga memang mengalami kenaikan tapi tidak signifikan, karena harga naik maka permintaan menurun. Jika sebelumnya dalam sehari bisa mencapai 15 ekor sapi yang kami potong, saat ini menurun sekitar 50–60% yakni hanya enam ekor saja per hari,” kata Rafriandi. Rafriandi tak menampik kenaikan harga daging sapi di Medan juga bukan semata disebabkan pembatasan kran impor, namun juga dipicu karena adanya spekulan sapi yang bermain menjelang Hari Raya Idul Adha mendatang.
Dari pantauan KORAN SINDO MEDAN, harga daging ayam boiler kembali mengalami peningkatan, Selasa (18/8). Harga ayam potong mencapai Rp40.000/kg, setelah kemarin naik menjadi Rp35.000/kg. Tak hanya daging ayam, telur ayam pun mengalami kenaikan harga. Telur yang biasanya dihargai Rp800/butir, kini naik menjadi Rp1.200/butir. Seorang pedagang di Pasar Sukaramai, Saragih menduga, kenaikan ini terjadi lantaran persediaan yang terbatas.
Selain itu, keadaan diperparah oleh adanya kebijakan pemerintah terkait pengurangan kuota sapi impor yang memicu tingginya harga jual daging sapi sehingga mendorong masyarakat untuk beralih konsumsi ke daging ayam.
“Pada pekan lalu, harga daging ayam boiler mengalami dua kali kenaikan. Dari Rp24.000/kg ke Rp27.000/kg dan naik lagi menjadi Rp30.000/kg. Dua hari lalu harganya Rp35.000, saat ini harganya sudah capai Rp38.000 hingga Rp40.000/kg,” katanya, Selasa (18/8). Ia menjelaskan, kenaikan tidak hanya terjadi pada daging ayam boiler, namun juga harga daging ayam kampung.
Sebelumnya, harga daging kampung mencapai Rp55.000/kg, namun kini kembali naik menjadi Rp60.000/kg. Sementara itu, pedagang telur ayam di Jalan Panglima Denai, Deni, 34, juga mengakui bila harga telur ayam ikut naik. Katanya, seminggu setelah Lebaran harga telur terus mengalami kenaikan.
“Telur ayam itu kan ada ukuran-ukurannya. Biasanya telur yang bentuknya kecil Rp800 per butir naik jadi Rp900, yang harga Rp1.000 jadi Rp1.200,” kata Deni. Kenaikan ini dipengaruhi oleh persediaan yang terus menurun dari peternak. Berdasarkan penuturan agen, jelas dia, turunnya pasokan lantaran cuaca. “Katanya banyak ayam yang mati karena cuaca. Jadi telurnya juga makin sedikit,” katanya.
Kedai Nasi Sibolga di Jalan HM Yamin Medan, Thamrin juga mengeluhkan kenaikan harga ayam tersebut. Dia mengaku terpaksa mengurangi ukuran potongan daging ayam. “Paling potongannya dikurangi. Kalau harga naik takutnya nggakdibeli. Tapi ukurannya kecil begini pun banyakjugayang nggakmau. Saya beli daging ayam broiler seharga Rp38.000/kg,” ungkap Thamrin.
Lia anggia nasution/ siti amelia
(ars)