Atlet Senam Itu Bertahan di Tengah Puing Bangunan
A
A
A
Sebuah tenda kecil yang terbuat dari spanduk berdiri di antara puingpuing bangunan. Di lokasi tersebut merupakan lokasi pembongkaran revitalisasi Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal.
Di dalam tenda tersebut rupanya menjadi tempat tinggal Amin Ikhsan,42. Amin adalah salah satu warga yang harus merelakan tempat tinggalnya dibongkar oleh Satpol PP. Rumah Amin yang beralamat di RT 01/03 Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal digusur beberapa hari lalu. Kini, kediamannya itu sudah rata dengan tanah menyatu dengan bekas pembongkaran rumah lainnya yang berada di kawasan itu.
Tinggal di dalam tenda dengan atap terpal spanduk dan alas tanah bukanlah keinginan Amin. Keadaan yang memaksa Amin dalam beberapa hari terakhir ini tinggal di dalam tenda sempit itu. Hembusan angin dan debu yang berterbangan di sekitar lokasi tak menyurutkan niatnya untuk tetap tinggal di lokasi pembongkaran. Istri serta ketiga anaknya sudah lebih dahulu pindah ke rumah mertuanya di kawasan Cimenyan, Kabupaten Bandung saat penggusuran.
Bukan tanpa alasan Amin masih bertahan di lokasi tersebut. Lokasi tersebut sudah menjadi tempat tinggalnya sejak kecil bahkan sejak dia lahir. Tempat dia tumbuh dan berkeluarga hingga kini memiliki tiga orang anak.Tak ada penghalang apapun ditenda kecil yang ia bangun dibantu rekannya, hanya atap terpal serta beberapa bekas kandang burung miliknya yang ada di tendanya itu.
Selain itu, lokasi itu pun bisa dibilang menjadi saksi tempat awal mula dia memulai karir menjadi atlet senam spot gymnastic mewakili Jawa Barat. Dia telah mengikuti berbagai kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional. Dari tahun 2000-2003, Amin menempati rangking ke- 7 dari 24 negara pada kejuaraan Suzuki World Cup Sport Gymnastic.
Selain itu Amin juga selalu mengikuti ajang Porda yang selalu menyumbang medali medali emas saat mewakili daerah yang mengontraknya. Namun dia harus rela mengakhiri kariernya setelah divonis gagal ginjal oleh dokter. Amin menuturkan, dia akan tetap bertahan di tenda tersebut hingga mendapat ganti rugi yang sesuai. Pemkot Bandung memang memberikan dana kompensasi yang disebut sana kerohiman sebesar Rp5 juta. Namum dia hanya menerima Rp3 juta.
Pascapembongkaran, Amin harus kehilangan pendapatan. Pasalnya satu-satunya sumber penghasilannya setelah pensiun dari dunia olahraga yakni studio musik dan kontrakan di lokasi yang sama pun ikut dirobohkan. “Saya bertahan pinginkeadilan, dapat penggantian yang layak. Saya tetep bertahan terus,” ujar Amin saat berbincang dengan KORAN SINDO.
Di relokasi ke Rusunawa Rancacili, lanjut Amin, hal itu bukan solusi yang diharapkan. Lokasi Rusunawa yang jauh menyulitkan akses bagi dia untuk berobat. Pasalnya, dalam satu minggu dia haru tiga kali melakukan cuci darah di Rumah Sakit Santo Yusup. “Jika dipindahkan ke Rusunawa Rancacili, otomatis jangkauan ke Rumah Sakit Santo Yusup yang berada di kawasan Cicadas akan lebih jauh, sementara saya harus cuci darah,”ungkap atlet yang mengikuti tujuh kejuaraan dunia dan lima kejuaraan ASEAN ini.
Sementara itu, mantan atlet kebanggaan Jawa Barat bersama-sama melakukan “Gerakan Sahabat Amin” untuk meringankan beban Amin Iksan. “Kami sebagai sahabat seperjuangan membela Indonesia dulu, merasa tergugah, terketuk hati kami untuk bisa meringankan beban rekan kami Amin. oleh karena itu kami merasa terpanggil untuk mengajak semua para mantan atlet, atlet, dan semua orang yang ingin membantunya,” ungkap koodinator gerakan Hendri Winoto Hasan yang jyga atlet panjat tebing.
Menurutnya, bagi bagi siapa saja yang merasa terketuk hatinya untuk meringankan beban Amin, bisa ditransfer ke rekening BCA a.n Hendry Winoto Hasan nomor rekening 449-1370755. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Hendri Winoto Hasan di 08112203576.
Dian Rosadi & Panji Qadafi
Kota Bandung
Di dalam tenda tersebut rupanya menjadi tempat tinggal Amin Ikhsan,42. Amin adalah salah satu warga yang harus merelakan tempat tinggalnya dibongkar oleh Satpol PP. Rumah Amin yang beralamat di RT 01/03 Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal digusur beberapa hari lalu. Kini, kediamannya itu sudah rata dengan tanah menyatu dengan bekas pembongkaran rumah lainnya yang berada di kawasan itu.
Tinggal di dalam tenda dengan atap terpal spanduk dan alas tanah bukanlah keinginan Amin. Keadaan yang memaksa Amin dalam beberapa hari terakhir ini tinggal di dalam tenda sempit itu. Hembusan angin dan debu yang berterbangan di sekitar lokasi tak menyurutkan niatnya untuk tetap tinggal di lokasi pembongkaran. Istri serta ketiga anaknya sudah lebih dahulu pindah ke rumah mertuanya di kawasan Cimenyan, Kabupaten Bandung saat penggusuran.
Bukan tanpa alasan Amin masih bertahan di lokasi tersebut. Lokasi tersebut sudah menjadi tempat tinggalnya sejak kecil bahkan sejak dia lahir. Tempat dia tumbuh dan berkeluarga hingga kini memiliki tiga orang anak.Tak ada penghalang apapun ditenda kecil yang ia bangun dibantu rekannya, hanya atap terpal serta beberapa bekas kandang burung miliknya yang ada di tendanya itu.
Selain itu, lokasi itu pun bisa dibilang menjadi saksi tempat awal mula dia memulai karir menjadi atlet senam spot gymnastic mewakili Jawa Barat. Dia telah mengikuti berbagai kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional. Dari tahun 2000-2003, Amin menempati rangking ke- 7 dari 24 negara pada kejuaraan Suzuki World Cup Sport Gymnastic.
Selain itu Amin juga selalu mengikuti ajang Porda yang selalu menyumbang medali medali emas saat mewakili daerah yang mengontraknya. Namun dia harus rela mengakhiri kariernya setelah divonis gagal ginjal oleh dokter. Amin menuturkan, dia akan tetap bertahan di tenda tersebut hingga mendapat ganti rugi yang sesuai. Pemkot Bandung memang memberikan dana kompensasi yang disebut sana kerohiman sebesar Rp5 juta. Namum dia hanya menerima Rp3 juta.
Pascapembongkaran, Amin harus kehilangan pendapatan. Pasalnya satu-satunya sumber penghasilannya setelah pensiun dari dunia olahraga yakni studio musik dan kontrakan di lokasi yang sama pun ikut dirobohkan. “Saya bertahan pinginkeadilan, dapat penggantian yang layak. Saya tetep bertahan terus,” ujar Amin saat berbincang dengan KORAN SINDO.
Di relokasi ke Rusunawa Rancacili, lanjut Amin, hal itu bukan solusi yang diharapkan. Lokasi Rusunawa yang jauh menyulitkan akses bagi dia untuk berobat. Pasalnya, dalam satu minggu dia haru tiga kali melakukan cuci darah di Rumah Sakit Santo Yusup. “Jika dipindahkan ke Rusunawa Rancacili, otomatis jangkauan ke Rumah Sakit Santo Yusup yang berada di kawasan Cicadas akan lebih jauh, sementara saya harus cuci darah,”ungkap atlet yang mengikuti tujuh kejuaraan dunia dan lima kejuaraan ASEAN ini.
Sementara itu, mantan atlet kebanggaan Jawa Barat bersama-sama melakukan “Gerakan Sahabat Amin” untuk meringankan beban Amin Iksan. “Kami sebagai sahabat seperjuangan membela Indonesia dulu, merasa tergugah, terketuk hati kami untuk bisa meringankan beban rekan kami Amin. oleh karena itu kami merasa terpanggil untuk mengajak semua para mantan atlet, atlet, dan semua orang yang ingin membantunya,” ungkap koodinator gerakan Hendri Winoto Hasan yang jyga atlet panjat tebing.
Menurutnya, bagi bagi siapa saja yang merasa terketuk hatinya untuk meringankan beban Amin, bisa ditransfer ke rekening BCA a.n Hendry Winoto Hasan nomor rekening 449-1370755. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Hendri Winoto Hasan di 08112203576.
Dian Rosadi & Panji Qadafi
Kota Bandung
(ars)