Potensi Industri Agro Terus Dimaksimalkan
A
A
A
SEMARANG - Dalam rangka memberikan akses dan sarana promosi bagi usaha kecil menengah (UKM) industri agro, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng kembali menyelenggarakan Gelar Produk Industri Agro Jawa Tengah.
Event yang digelar di Atrium Java Mal tersebut diselenggarakan selama empat hari, 6-9 Agustus 2015. Kepala Disperindag Jateng Priyo Anggoro mengatakan, kegiatan tahunan tersebut bertujuan mengangkat potensi industri agro unggulan dari masing-masingkabupaten/ kotadiwilayahJateng. Dia mengaku, keunggulan industri agro di Jawa Tengah menyebar diseluruh wilayah.
Masing-masing industri memiliki kekhasan produk, seperti jenang Kudus, olehan daging Salatiga, olahan susu Boyolali, carica Wonosobo, olahan singkong Magelang, kawis Rembang, telur asin Brebes, serta olahan salak Banjarnegara dan produk lainnya. Industri agro Jateng, kata dia, memiliki keunggulan komparatif denganmelimpahnya bahanbaku.
“Potensi industri agro memberikan kontribusi signifikan bagi Jawa Tengah. Bahkan, serapan tenaga kerjanya hampir mencapai 1,5 juta, yakni mencapai 1.450.540 orang atau 45% dari total tenaga kerja industri sebesar 3,2 juta orang,” katanya di sela-sela pembukaan Gelar Produk Industri Agro Jawa Tengah di Java Mal, Semarang, kemarin.
Priyo menyebutkan, sampai saat ini jumlah industri berbasis agro di Jawa Tengah mencapai 324.836 unit usaha. Angka itu terdiri dari industri besar sejumlah 268 dan industri kecil dan menengah 324.568 unit usaha, atau 76% dari total jumlah industri di Jawa Tengah yang berjumlah 423.991 unit usaha.
“Industri agro di Jateng sampai September 2014 mampu memberikan kontribusi sebesar 62% ekspor nonmigas dengan nilai USD246.635.953 dari total nilai ekspor nonmigas sebesar USD 3.974.427.896,” bebernya. Kepala Bidang Industri Agro Kimia dan Hasil Hutan Dinperindag Jateng Ratna Kawuri menambahkan, meski industri Agro di Jateng sudah cukup maju, bukan berarti tidak ada kendala dan permasalahan.
“Permasalahan yang masih sering ditemukan seperti daya saing produk karena harga yang kurang kompetitif dan kurang menariknya desain dan kemasan, hingga keterbatasan akses permodalan perbankan karena persyaratan bankable ,” tambahnya. Karena itu, Dinperindag terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing para pelaku usaha industri agro, mulai pemberian mesin peralatan hingga pendampingan perluasan akses pemasaran.
“Pemerintah pusat juga sangat berpihak kepada industri agro, salah satunya dengan adanya kebijakan dan regulasi yang melindungi produk domestik. Terbaru adalah Permenkeu yang membebani tarif bea masuk bagi produk impor termasuk di dalamnya produk-produk agro. Hal itu dilakukan untuk melindungi para pelaku usaha industri agro,” tandasnya.
Andik sismanto
Event yang digelar di Atrium Java Mal tersebut diselenggarakan selama empat hari, 6-9 Agustus 2015. Kepala Disperindag Jateng Priyo Anggoro mengatakan, kegiatan tahunan tersebut bertujuan mengangkat potensi industri agro unggulan dari masing-masingkabupaten/ kotadiwilayahJateng. Dia mengaku, keunggulan industri agro di Jawa Tengah menyebar diseluruh wilayah.
Masing-masing industri memiliki kekhasan produk, seperti jenang Kudus, olehan daging Salatiga, olahan susu Boyolali, carica Wonosobo, olahan singkong Magelang, kawis Rembang, telur asin Brebes, serta olahan salak Banjarnegara dan produk lainnya. Industri agro Jateng, kata dia, memiliki keunggulan komparatif denganmelimpahnya bahanbaku.
“Potensi industri agro memberikan kontribusi signifikan bagi Jawa Tengah. Bahkan, serapan tenaga kerjanya hampir mencapai 1,5 juta, yakni mencapai 1.450.540 orang atau 45% dari total tenaga kerja industri sebesar 3,2 juta orang,” katanya di sela-sela pembukaan Gelar Produk Industri Agro Jawa Tengah di Java Mal, Semarang, kemarin.
Priyo menyebutkan, sampai saat ini jumlah industri berbasis agro di Jawa Tengah mencapai 324.836 unit usaha. Angka itu terdiri dari industri besar sejumlah 268 dan industri kecil dan menengah 324.568 unit usaha, atau 76% dari total jumlah industri di Jawa Tengah yang berjumlah 423.991 unit usaha.
“Industri agro di Jateng sampai September 2014 mampu memberikan kontribusi sebesar 62% ekspor nonmigas dengan nilai USD246.635.953 dari total nilai ekspor nonmigas sebesar USD 3.974.427.896,” bebernya. Kepala Bidang Industri Agro Kimia dan Hasil Hutan Dinperindag Jateng Ratna Kawuri menambahkan, meski industri Agro di Jateng sudah cukup maju, bukan berarti tidak ada kendala dan permasalahan.
“Permasalahan yang masih sering ditemukan seperti daya saing produk karena harga yang kurang kompetitif dan kurang menariknya desain dan kemasan, hingga keterbatasan akses permodalan perbankan karena persyaratan bankable ,” tambahnya. Karena itu, Dinperindag terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing para pelaku usaha industri agro, mulai pemberian mesin peralatan hingga pendampingan perluasan akses pemasaran.
“Pemerintah pusat juga sangat berpihak kepada industri agro, salah satunya dengan adanya kebijakan dan regulasi yang melindungi produk domestik. Terbaru adalah Permenkeu yang membebani tarif bea masuk bagi produk impor termasuk di dalamnya produk-produk agro. Hal itu dilakukan untuk melindungi para pelaku usaha industri agro,” tandasnya.
Andik sismanto
(bbg)