Kekeringan di Jabar Meluas
A
A
A
SUKABUMI - Musim kemarau yang terjadi di wilayah Jabar terus meluas. Sejumlah daerah mengalami kekeringan.
Selain menyebabkan krisis air bersih dan ribuan hektare areal pesawahan gagal panen, musim kemarau juga membuat pa sok an air waduk surut drastis. Di Kabupaten Sukabumi misalnya, sedikitnya tercatat lima kecamatan dilanda kekeringan. Berdasarkan data Badan Penang gulangan Bencana Daerah (BPBD), lima kecamatan yang tekena dampak kekeringan terjadi di Kecamatan Pelabuhan ratu; Gegerbitung; Warung kiara; Ciracap; dan Kecamatan Bantarga dung.
Bahkan, sebanyak 12 desa di seluruh kecamatan tersebut me ngalami krisis air bersih. Dam pak kekeringan ini juga mengakibatkan 4.301 hektare yang tersebar di 15 kecamatan mengalami gagal panen. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) mencatat se luas 450 hektare dalam kondisi kekering an ringan, 2.600 hek tare ke ke ringan sedang, 867 hek tare kekeringan berat dan se luas 384 hektare mengalami puso.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penang gula ngan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi Usman Su silo menerangkan, untuk menanggulangan daerah yang mengalami krisis air bersih, lemba ga nya telah berkoordinasi de ngan PDAM untuk menyuplay ke bu tuhan air bersih warga.
Dalam hal ini BPBD juga melibatkan sejumlah lembaga sosial untuk membantu proses pen dis tri bu sian air bersih, salah satunya Palang Merah Indo nesia (PMI).
“Menghadapi musim ke marau ini kami tidak hanya mewas padai krisis air bersih saja tetapi juga potensi terjadinya keba kar an hutan. Hasil pemetaan, dari 47 kecamatan yang ada, sekitar empat kecamatan ber po tensi mengalami kebakaran la han dan hutan yakni Keca mat an Cibadak, Ciemas, Lengkong dan wilayah Pajampangan,” tuturnya.
Salah satu wilayah yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Citepus. Warga di desa ter sebut terpaksa memanfaatkan air yang tidak layak untuk me menuhi kebutuhan air sehari-hari. Berdasarkan pendata an aparat Desa Citepus, terdapat lima perkampungan yang me ng alami krisis air bersih yakni Kampung Babakan Sirna, Cisa lam, Cibolang, Cidahon, Cili sung dan Kampung Kiara pa yung.
“Warga terpaksa meman faat kan air sungai yang sudah meulai mongering untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus dan mi num,” ujar Kepala Desa Ci te pus H Hendi. Sementara itu, Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi Sudrajat mengungkapkan, gejala keke ring an yang melanda sektor per tanian ini sudah mulai di ra sakan sejak Mei 2015 silam.
Di per kirakan luasan areal pesa wah an yang terkena dampak ke keringan akan bertambah. Pa sal nya musim kemarau akan terus melanda hing ga Oktober mendatang. “Jika dalam dua pekan nanti tidak turun hujan, maka tanaman padi yang mengalami puso akan bertambah. Debit air di sejumlah sungai yang menjadi sumber air irigasi pesa wahan telah menyusut. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi target produksi beras tahun ini,” ujar Sudrajat kepada war tawan.
Terpisah, ancaman gagal pa nen juga terjadi di Kabupaten Su medang. Puluhan hektare sa wah di sejumlah desa di Keca matan Situraja, Kabupaten Su medang dipastikan mengalami gagal panen. Udin, 41, petani pemilik sawah di blok Menak, Desa Jatimekar mengatakan, kondisi ke keringan ini akibat musim ke ma rau yang telah terjadi selama tiga bulan.
Menurut dia, banyak petani yang tidak bisa mengairi sawahnya karena pasokan air dari irigasi sudah mengering. “Pokok na mah musim tanam sekarang mah, masa tanam paling buruk. Kami terpaksa me manen padi lebih awal ka re na sawah semakin kering, ideal nya mah memang tiga minggu lagi panennya tapi mau gimana lagi. Butiran padinya sih masih ada yang bisa diambil. Tapi me mang kualitasnya bu - ruk. Kare na belum saatnya dipanen,” kata dia kemarin.
Senadan, Indra, 33, petani pe milik lahan sawah di blok Situa sem, Desa Cijati juga memilih menyambit tanaman padinya yang sudah mengering kemu dian dijadikan pakan ter nak. Sebab, kata dia, dari ta naman padi yang digarapnya sama sekali tidak ada yang bisa di panen.
Sebelumnya awal musim tanam sekitar bulan Maret 2015 pasokan air masih bisa mengairi lahan sawahnya tapi memasuki bulan kedua, pasokan air mengering sehingga menye babkan tanaman padi rusak. “Ya mau gimana lagi, lebih baik tanaman padi saya sabit buat pakan ternak,” katanya.
Dampak musim kemarau berkepanjangan juga mengakibat kan volume air Waduk Darma, Ka bupaten Kuningan mengalami penyurutan hingga menca pai 5 juta meter kubik dari debit maksimal 38,3 juta meter kubik dan kini tersisa 34,1 juta kubik.
Menurut Petugas Pelaksana Waduk Darma Udi Marsudi, penyusutan air di Waduk Darma ini mulai terjadi sejak dua ming gu terakhir, “Tepatnya ketika pintu saluran irigasi mulai di buka untuk pengairan wilayah timur Kuningan dan sebagian selatan Kabupaten Cirebon pada pertengahan Juli lalu,” jelasnya.
Toni kamajaya/ Aam aminullah/ Yudi r sudirman/ Dian rosadi
Selain menyebabkan krisis air bersih dan ribuan hektare areal pesawahan gagal panen, musim kemarau juga membuat pa sok an air waduk surut drastis. Di Kabupaten Sukabumi misalnya, sedikitnya tercatat lima kecamatan dilanda kekeringan. Berdasarkan data Badan Penang gulangan Bencana Daerah (BPBD), lima kecamatan yang tekena dampak kekeringan terjadi di Kecamatan Pelabuhan ratu; Gegerbitung; Warung kiara; Ciracap; dan Kecamatan Bantarga dung.
Bahkan, sebanyak 12 desa di seluruh kecamatan tersebut me ngalami krisis air bersih. Dam pak kekeringan ini juga mengakibatkan 4.301 hektare yang tersebar di 15 kecamatan mengalami gagal panen. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) mencatat se luas 450 hektare dalam kondisi kekering an ringan, 2.600 hek tare ke ke ringan sedang, 867 hek tare kekeringan berat dan se luas 384 hektare mengalami puso.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penang gula ngan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi Usman Su silo menerangkan, untuk menanggulangan daerah yang mengalami krisis air bersih, lemba ga nya telah berkoordinasi de ngan PDAM untuk menyuplay ke bu tuhan air bersih warga.
Dalam hal ini BPBD juga melibatkan sejumlah lembaga sosial untuk membantu proses pen dis tri bu sian air bersih, salah satunya Palang Merah Indo nesia (PMI).
“Menghadapi musim ke marau ini kami tidak hanya mewas padai krisis air bersih saja tetapi juga potensi terjadinya keba kar an hutan. Hasil pemetaan, dari 47 kecamatan yang ada, sekitar empat kecamatan ber po tensi mengalami kebakaran la han dan hutan yakni Keca mat an Cibadak, Ciemas, Lengkong dan wilayah Pajampangan,” tuturnya.
Salah satu wilayah yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Citepus. Warga di desa ter sebut terpaksa memanfaatkan air yang tidak layak untuk me menuhi kebutuhan air sehari-hari. Berdasarkan pendata an aparat Desa Citepus, terdapat lima perkampungan yang me ng alami krisis air bersih yakni Kampung Babakan Sirna, Cisa lam, Cibolang, Cidahon, Cili sung dan Kampung Kiara pa yung.
“Warga terpaksa meman faat kan air sungai yang sudah meulai mongering untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus dan mi num,” ujar Kepala Desa Ci te pus H Hendi. Sementara itu, Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi Sudrajat mengungkapkan, gejala keke ring an yang melanda sektor per tanian ini sudah mulai di ra sakan sejak Mei 2015 silam.
Di per kirakan luasan areal pesa wah an yang terkena dampak ke keringan akan bertambah. Pa sal nya musim kemarau akan terus melanda hing ga Oktober mendatang. “Jika dalam dua pekan nanti tidak turun hujan, maka tanaman padi yang mengalami puso akan bertambah. Debit air di sejumlah sungai yang menjadi sumber air irigasi pesa wahan telah menyusut. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi target produksi beras tahun ini,” ujar Sudrajat kepada war tawan.
Terpisah, ancaman gagal pa nen juga terjadi di Kabupaten Su medang. Puluhan hektare sa wah di sejumlah desa di Keca matan Situraja, Kabupaten Su medang dipastikan mengalami gagal panen. Udin, 41, petani pemilik sawah di blok Menak, Desa Jatimekar mengatakan, kondisi ke keringan ini akibat musim ke ma rau yang telah terjadi selama tiga bulan.
Menurut dia, banyak petani yang tidak bisa mengairi sawahnya karena pasokan air dari irigasi sudah mengering. “Pokok na mah musim tanam sekarang mah, masa tanam paling buruk. Kami terpaksa me manen padi lebih awal ka re na sawah semakin kering, ideal nya mah memang tiga minggu lagi panennya tapi mau gimana lagi. Butiran padinya sih masih ada yang bisa diambil. Tapi me mang kualitasnya bu - ruk. Kare na belum saatnya dipanen,” kata dia kemarin.
Senadan, Indra, 33, petani pe milik lahan sawah di blok Situa sem, Desa Cijati juga memilih menyambit tanaman padinya yang sudah mengering kemu dian dijadikan pakan ter nak. Sebab, kata dia, dari ta naman padi yang digarapnya sama sekali tidak ada yang bisa di panen.
Sebelumnya awal musim tanam sekitar bulan Maret 2015 pasokan air masih bisa mengairi lahan sawahnya tapi memasuki bulan kedua, pasokan air mengering sehingga menye babkan tanaman padi rusak. “Ya mau gimana lagi, lebih baik tanaman padi saya sabit buat pakan ternak,” katanya.
Dampak musim kemarau berkepanjangan juga mengakibat kan volume air Waduk Darma, Ka bupaten Kuningan mengalami penyurutan hingga menca pai 5 juta meter kubik dari debit maksimal 38,3 juta meter kubik dan kini tersisa 34,1 juta kubik.
Menurut Petugas Pelaksana Waduk Darma Udi Marsudi, penyusutan air di Waduk Darma ini mulai terjadi sejak dua ming gu terakhir, “Tepatnya ketika pintu saluran irigasi mulai di buka untuk pengairan wilayah timur Kuningan dan sebagian selatan Kabupaten Cirebon pada pertengahan Juli lalu,” jelasnya.
Toni kamajaya/ Aam aminullah/ Yudi r sudirman/ Dian rosadi
(bbg)