Hunian Penuh Memori
A
A
A
Rumah bagi pengusaha kreatif asal Kota Bandung, Marius Widyarto Wiwied tentu tak sekedar tempat beristirahat. Bahkan, pioner bisnis kaos lokal di Kota Kembang ini menggunakan singkatan alamat rumah nya di Jalan Caladi No 59 (C 59) sebagai brand produk miliknya.
Kini, 35 tahun su dah rumah itu turut serta mem besarkan produk C59 ke pelosok tanah air. Setiap sudut din - ding rumah itu seakan menjadi saksi bisu sejarah perjalanan hidup nya. Meski sudah tak lagi menjadi tempat tinggalnya bersama sang istri, namun kebe radaan rumah tersebut tetap ter pelihara. Bahkan ragam koleksi mainan anaknya, berupa robot gundam masih terpajang di ruang tamu tersebut.
Ya, rumah tersebut memang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain menjadi ruang singgah di masa kecil anak-anak nya, ru - mah itu juga menjadi tempatnya ber bagi bersama para pekerja. Lelaki berkacamata yang selalu tampil necis itu juga mengaku akan tetap memper tahan kan ru mah tersebut sebagai warisan bagi mereka yang berkunjung. Bahkan dirinya ingin menamakan rumah tersebut sebagai ‘C59 Heritage’.
“Ya biar mereka mengertilah bagaimana perjalanan saya dalam usaha selama ini. Sebagai energi juga bagi mereka kedepannya,” ujar lelaki yang gemar menunggangi motor besar itu. Dulu hunian berlantai dua itu menjadi tempat bekerja dan ber bagi bersama keluarga.
Ruang ta mu dan sejumlah kamar di lantai pertama rumah itu juga diguna kan nya sebagai ruang produksi, rapat, hingga marketing. “Ya, disinilah semuanya dimulai. Saya jahit, nyab - londan sebagainya. Sekarang ya seperti ini kondisinya. Saat awal menempati rumah ini belum ber - lantai dua, baru ditingkatkan se telah lima tahun kemudian, “ unkapnya.
Seakan mengulang ke masa lalu, keheningan di ruangan lantai dua itu juga mengantarkan keseharian Wiwied berjuang keras bekerja dan berbagi waktu bersama keluarga di ruang yang jauh lebih kecil diban - ding ruangan keluarga di ru mah kedua yang ditinggalinya sekarang. “Di ruangan sederhana inilah kami berbagi, bercanda dan menonton bersama, saat itu anak-anak saya tentu masih kecil. Seka rang rumah ini dijadikan tempat singgah bagi pekerja saya,” tambahnya.
Seiring perkembangan usahanya, selain memiliki sentra produksi di Jalan Caladi no 59, Wi wied juga mampu mem be li ru mah lain di kawasan gang itu. Seperti aset properti yang sempat dimilikinya di Jalan Caladi no 57 dan 61. “Dalam perjalanannya itu se mua di kembangkan ja di ru mah pro duksi. Yang 57 sudah saya jual kembali,dan yang no 61 sudah saya berikan kepada staf kepercayaan saya yang kini telah tiada. Sekarang dihuni keluarganya,” tuturnya.
Kini setelah puluhan tahun meninggalkan rumah pertamanya, kebiasaannya bersama keluarga tetap di pelihara di ru mah sing gah nya saat ini di Jalan Tikukur, Kota Bandung
Heru muthahari
Kini, 35 tahun su dah rumah itu turut serta mem besarkan produk C59 ke pelosok tanah air. Setiap sudut din - ding rumah itu seakan menjadi saksi bisu sejarah perjalanan hidup nya. Meski sudah tak lagi menjadi tempat tinggalnya bersama sang istri, namun kebe radaan rumah tersebut tetap ter pelihara. Bahkan ragam koleksi mainan anaknya, berupa robot gundam masih terpajang di ruang tamu tersebut.
Ya, rumah tersebut memang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selain menjadi ruang singgah di masa kecil anak-anak nya, ru - mah itu juga menjadi tempatnya ber bagi bersama para pekerja. Lelaki berkacamata yang selalu tampil necis itu juga mengaku akan tetap memper tahan kan ru mah tersebut sebagai warisan bagi mereka yang berkunjung. Bahkan dirinya ingin menamakan rumah tersebut sebagai ‘C59 Heritage’.
“Ya biar mereka mengertilah bagaimana perjalanan saya dalam usaha selama ini. Sebagai energi juga bagi mereka kedepannya,” ujar lelaki yang gemar menunggangi motor besar itu. Dulu hunian berlantai dua itu menjadi tempat bekerja dan ber bagi bersama keluarga.
Ruang ta mu dan sejumlah kamar di lantai pertama rumah itu juga diguna kan nya sebagai ruang produksi, rapat, hingga marketing. “Ya, disinilah semuanya dimulai. Saya jahit, nyab - londan sebagainya. Sekarang ya seperti ini kondisinya. Saat awal menempati rumah ini belum ber - lantai dua, baru ditingkatkan se telah lima tahun kemudian, “ unkapnya.
Seakan mengulang ke masa lalu, keheningan di ruangan lantai dua itu juga mengantarkan keseharian Wiwied berjuang keras bekerja dan berbagi waktu bersama keluarga di ruang yang jauh lebih kecil diban - ding ruangan keluarga di ru mah kedua yang ditinggalinya sekarang. “Di ruangan sederhana inilah kami berbagi, bercanda dan menonton bersama, saat itu anak-anak saya tentu masih kecil. Seka rang rumah ini dijadikan tempat singgah bagi pekerja saya,” tambahnya.
Seiring perkembangan usahanya, selain memiliki sentra produksi di Jalan Caladi no 59, Wi wied juga mampu mem be li ru mah lain di kawasan gang itu. Seperti aset properti yang sempat dimilikinya di Jalan Caladi no 57 dan 61. “Dalam perjalanannya itu se mua di kembangkan ja di ru mah pro duksi. Yang 57 sudah saya jual kembali,dan yang no 61 sudah saya berikan kepada staf kepercayaan saya yang kini telah tiada. Sekarang dihuni keluarganya,” tuturnya.
Kini setelah puluhan tahun meninggalkan rumah pertamanya, kebiasaannya bersama keluarga tetap di pelihara di ru mah sing gah nya saat ini di Jalan Tikukur, Kota Bandung
Heru muthahari
(bbg)