Warga Mentawai Siapkan Pondok Pengungsian Jika Terjadi Gempa 9 SR
A
A
A
PADANG - Warga di Kepulauan Mentawai sudah siaga dengan mendirikan pondok-pondok pengungsian diatas perbukitan jika terjadi gempa 9 skala richter (SR) yang dapat memicu tsunami.
Seperti di Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah warga sudah membangun pondok sejak tsunami di Aceh pada 2004.
Kemudian diperbaharui lagi pada 2010 saat gempa dan tsunami terjadi di Pagai Utara dan Selatan.
“Setiap kepala keluarga membangun pondok pengungsian dengan ukuran 3x4 meter, lantai dan dindingnya dari papan sementara atapnya dari daun sagu,” kata Syafrizal Sanenek (28) warga Desa Saibi.
Ada puluhan pondok yang didirikan diatas Bukit Masoggunei dengan ketinggian 80 sampai 150 meter dari permukaan laut. Jarak dari pemukiman ke bukit tersebut sekira 500 meter.
“Itu ladang cengkeh mereka, warga juga sudah menanam pisang, keladi dan ubi didekat pengungsian mereka, ini untuk mengantisipasi aja sambil berladang,” tutur Rizal.
Sementara untuk di Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara menghadapi bencana ini sudah membangun pondok-pondok di Bukit Tamairang yang berjarak 3 kilometer dari pemukiman warga.
“Ada sekitar 300 pondok yang dibuat diatas bukit tersebut, mereka sudah membangunn sejak gempa dan tsunami di Aceh dan sampai saat ini terus mereka perbaiki,” kata Adrianus Bambang Sagurung (30) warga Sikabaluan.
Hanya saja kendala saat ini jalur ke pengungsian masih sempit ada sekitar 1,5 meter, dia berharap pemerintah membangun jalur lebih besar, sebab kalau terjadi gempa warga yang mengungsi tidak berdesakan.
Hal yang sama juga sudah ada di daerah Kecamatan Siberut Selatan, beberapa desa seperti Desa Maileppet, Muara Siberut dan Muntei yang dekat dengan bibir pantai sudah membangun pondok-pondok pengungsian diatas perbukitan.
Seperti di Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah warga sudah membangun pondok sejak tsunami di Aceh pada 2004.
Kemudian diperbaharui lagi pada 2010 saat gempa dan tsunami terjadi di Pagai Utara dan Selatan.
“Setiap kepala keluarga membangun pondok pengungsian dengan ukuran 3x4 meter, lantai dan dindingnya dari papan sementara atapnya dari daun sagu,” kata Syafrizal Sanenek (28) warga Desa Saibi.
Ada puluhan pondok yang didirikan diatas Bukit Masoggunei dengan ketinggian 80 sampai 150 meter dari permukaan laut. Jarak dari pemukiman ke bukit tersebut sekira 500 meter.
“Itu ladang cengkeh mereka, warga juga sudah menanam pisang, keladi dan ubi didekat pengungsian mereka, ini untuk mengantisipasi aja sambil berladang,” tutur Rizal.
Sementara untuk di Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara menghadapi bencana ini sudah membangun pondok-pondok di Bukit Tamairang yang berjarak 3 kilometer dari pemukiman warga.
“Ada sekitar 300 pondok yang dibuat diatas bukit tersebut, mereka sudah membangunn sejak gempa dan tsunami di Aceh dan sampai saat ini terus mereka perbaiki,” kata Adrianus Bambang Sagurung (30) warga Sikabaluan.
Hanya saja kendala saat ini jalur ke pengungsian masih sempit ada sekitar 1,5 meter, dia berharap pemerintah membangun jalur lebih besar, sebab kalau terjadi gempa warga yang mengungsi tidak berdesakan.
Hal yang sama juga sudah ada di daerah Kecamatan Siberut Selatan, beberapa desa seperti Desa Maileppet, Muara Siberut dan Muntei yang dekat dengan bibir pantai sudah membangun pondok-pondok pengungsian diatas perbukitan.
(sms)