Bandara Pekanbaru Diselimuti Kabut Asap, Garuda Delay
A
A
A
PEKANBARU - Kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap, di Riau, kembali mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru.
Kepala Angkasa Pura Bandara SSK Pekanbaru Dani Indra mengatakan, akibat kabut asap itu Maskapai Garuda Indonesia mengalami delay atau keterlambatan sekitar pukul 7.30 WIB.
"Tadi pagi Garuda Indonesia dari Pekanbaru tujuan Jakarta mengalami keterlambatan karena kabut asap. Kemudian sekitar pukul 8.00 WIB, pesawat sudah bisa take off," ucap Dani, kepada wartawan, Kamis (30/7/2015).
Menurutnya, hanya satu penerbangan saja yang mengalami keterlambatan. Karena sejak pukul 8.00 WIB, bandara kembali normal walau masih ada asap.
"Tapi pagi jarak pandang hanya 800 meter. Ini sangat membahayakan penerbangan. Namun kini sudah normal jarak pandang di atas satu kilometer," ucapnya.
Menurut dia, terganggunya Bandara SSK Pekanbaru bukan kali ini saja. Pada Ramadan lalu, sudah beberapa kali aktivitas penerbangan terganggu.
"Terganggunya aktivitas bandara sudah beberapa kali terjadi. Ini harus ada solusi karena merugikan dunia penerbangan," pungkasnya.
Kepala Angkasa Pura Bandara SSK Pekanbaru Dani Indra mengatakan, akibat kabut asap itu Maskapai Garuda Indonesia mengalami delay atau keterlambatan sekitar pukul 7.30 WIB.
"Tadi pagi Garuda Indonesia dari Pekanbaru tujuan Jakarta mengalami keterlambatan karena kabut asap. Kemudian sekitar pukul 8.00 WIB, pesawat sudah bisa take off," ucap Dani, kepada wartawan, Kamis (30/7/2015).
Menurutnya, hanya satu penerbangan saja yang mengalami keterlambatan. Karena sejak pukul 8.00 WIB, bandara kembali normal walau masih ada asap.
"Tapi pagi jarak pandang hanya 800 meter. Ini sangat membahayakan penerbangan. Namun kini sudah normal jarak pandang di atas satu kilometer," ucapnya.
Menurut dia, terganggunya Bandara SSK Pekanbaru bukan kali ini saja. Pada Ramadan lalu, sudah beberapa kali aktivitas penerbangan terganggu.
"Terganggunya aktivitas bandara sudah beberapa kali terjadi. Ini harus ada solusi karena merugikan dunia penerbangan," pungkasnya.
(san)