Haru dan Sedih di Balik Sel
A
A
A
Di saat orang-orang berkumpul bersama keluarga di rumah merayakan Lebaran, sebagian orang tak bisa merasakan sukacita itu. Mereka harus menikmati suasana Idul Fitri di balik jeruji karena tertimpa kasus hukum, seperti yang dirasakan para tahanan di rumah tahanan kepolisian.
Lebaran pun terasa tidak lengkap bagi tahanan yang beragama Islam, begitupun dengan keluarga yang harus berpisah dengan mereka. Kesedihan sebagian dari mereka bisa terobati karena keluarga berkunjung dan membawa buah tangan, penganan khas Lebaran.
Suasana haru pun mewarnai pertemuan tahanan dan keluarga. Namun bagi yang tidak dikunjungi keluarga, raut wajah mereka tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Begitulah suasana yang terlihat di rumah tahanan Polresta Medan, sejak hari pertama Lebaran hingga kemarin.
Di hari pertama Idul Fitri, ratusan pembesuk tampak mengantre di depan rumah tahanan demi untuk bertemu keluarganya yang ditahan polisi. Antrean itu terjadi sampai hari kedua dan ketiga. Pembesuk baru sedikit berkurang sejak Rabu (22/7). Meskipun begitu, dari pantauan kemarin, masih ada puluhan pembesuk yang mengunjungi sanak saudaranya di hotel prodeo itu.
Menghadapi kondisi itu, petugas piket tampak sedikit kelimpungan saat memeriksa barang bawaan pembesuk seperti rendang, gulai, sayur-mayur, dan makanan lainnya. Senyum para tahanan terlihat sumringah melihat keluarganya hadir di ruang tahanan. Saat berada di ruang piket, sejumlah tahanan pun terlihat lahap menyantap makanan.
Tahanan dan keluarga saling bercengkerama ditemani anak-anak mereka. Salah seorang pembesuk, Siti Fauziah, 40, warga Perumnas Mandala, Medan, mengungkapkan, baru kali ini merayakan Lebaran di penjara karena suaminya terjerat kasus narkoba.
Meskipun dia sudah mengunjungi suaminya pada hari pertama Lebaran lalu, dia datang lagi kemarin untuk mengobati kerinduannya. “Sedih ya pasti sedih. Cuma mau bagaimana lagi, suami saya ditangkap baru-baru ini karena kasus narkoba,” ujar Fauziah di rumah tahanan Polresta Medan.
Sementara seorang tahanan Sofyan Sinaga, 27, warga Jalan Metrologi Percut Seituan, mengaku tidak kecil hati walaupun sejak hari Lebaran pertama hingga kemarin, tak seorang pun keluarganya membesuk. Begitu pun, raut wajahnya tampak kecewa. Dia bahkan merasa orang tuanya tidak peduli lagi kepadanya dan beranggapan dia seorang kriminal.
Beruntung, rekan satu sel tahanannya tak pelit berbagi makanan Lebaran yang dibawa keluarganya untuk dia. Setidaknya, dia bisa mencicipi bagaimana rasanya makanan rumahan karena menu di penjara sering kali mengecewakan.
“Aku masih beruntung karena kawan-kawan bandit di dalam sel ini masih mau ngasih makanan selain makanan rutin dari dalam sel. Tahu sendiri lah kayak mana makanan di kantor polisi ini, ya seadanya sajalah,” ungkap Sofyan yang terjerat kasus pencurian tabung gas ini.
Selalu Dipadati Pembesuk
Kepala Satuan (Kasat) Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polresta Medan Ajun Komisaris Polisi (AKP) S Nainggolan mengatakan, dari tahun ke tahun, ruang tahanan tersebut memang selalu dipadati pembesuk saat Lebaran Idul Fitri. Sebagian adalah keluarga dari tahanan di sana yang berjumlah 140 orang. “Di hari keempat Lebaran saja tercatat ada 136 pembesuk.
Apalagi di hari pertama Lebaran, mungkin bisa melebihi angka itu. Saat Lebaran, kami memberi sedikit kelonggaran waktu bagi pembesuk. Artinya jam berkunjung dilebihkan dari biasanya,” ujar AKP Nainggolan. Sementara itu petugas penjagaan di Ruang Tahanan Polresta Medan, Aipda J Saragi mengungkapkan, ia dan kedua rekannya kewalahan memeriksa barang bawaan ratusan pembesuk yang hendak bersilaturahim di sel tahanan itu.
Kondisi yang dialami rekanrekannya yang bertugas di hari pertama Lebaran dipastikan lebih kewalahan lagi. “Di hari keempat Lebaran saja pembesuk berjumlah 136 orang sehingga harus mengantre. Mana bisa muat ruang tahanan ini kalau semua pembesuk masuk ke dalam,” tuturnya. Dari hasil pemeriksaan barang bawaan pembesuk tahanan, Aipda J Saragi mengaku umumnya yang dibawa makanan dan obat-obatan bagi tahanan.
Dia dan rekannya tidak menemukan barang bawaan yang dilarang. “Nggak ada pembesuk bawa barang yang aneh-aneh,” ujar Aipda J Saragi. Sementara itu, di sejumlah kepolisian sektor kota (polsekta) jajaran Polresta Medan seperti Polsekta Medan Timur, Polsekta Medan Baru, Polsekta Medan Area, Polsekta Sunggal, Polsekta Helvetia, Polsekta Medan Area, dan Polsekta Medan Barat, pembesuk juga terlihat masih mengunjungi keluarga mereka yang ditahan di kantor polisi.
Di Rumah Tahanan Polsekta Medan Baru misalnya, pada hari keempat Lebaran masih dikunjungi pembesuk. Pemandangan tahanan yang sedang menyantap makanan khas Lebaran pun masih terlihat, seperti Lando Pranata Hasibuan, 23, yang sedang menyantap rendang dan ketupat yang dibawa oleh rekan-rekannya.
Meski tak banyak berkomentar, warga Jalan Djamin Ginting ini merasa terharu melihat kepedulian rekannya yang membawa makanan khas Lebaran itu saat mengunjungi dia di tahanan. “Aku enggak ada minta sama kawan-kawanku, tapi aku malah dibawakan ketupat dan rendang sama kawankawan.
Ya orang tuaku bisa melihat saja. Sungkeman setelah itu pergi,” kata Lando yang terlibat kasus penganiayaan sambil meneteskan air matanya. Begitu juga di Polsekta Medan Timur dan polsek lainnya di Kota Medan. Di Polsekta Medan Timur pada hari Lebaran Idul Fitri pertama, pembesuk juga harus mengantre.
Di sana tidak ada ruangan khusus yang disediakan oleh Kapolsekta Kompol Fransisca Munthe bagi tahanan dan pembesuk untuk bersilaturahim. Hanya ada pintu masuk menuju meja pemeriksaan berukuran 3x4 meter saja sebagai tempat pertemuan antara pembesuk dan tahanan.
Seorang pengunjung, Misriatun, 42, mengaku datang untuk melihat suaminya yang ditahan karena terlibat kasus pencurian sepeda motor beberapa waktu lalu. Karena banyaknya pembesuk seperti dirinya, ia harus mengantre sampai mendapat giliran bertemu suaminya. “Ya terpaksa ngantre.
Aku datang pada hari Lebaran pertama, tapi kulihat pembesuknya sangat ramai, jadi aku datang di hari keempat. Itu pun aku jumpa dengan suamiku cuma 10 menit saja. Ya maklum juga lah pembesuk lain kan mau jumpa saudaranya juga di dalam (tahanan),” ujar warga Jalan Mapilindo, Kecamatan Medan Perjuangan itu.
Dody ferdiansyah
Lebaran pun terasa tidak lengkap bagi tahanan yang beragama Islam, begitupun dengan keluarga yang harus berpisah dengan mereka. Kesedihan sebagian dari mereka bisa terobati karena keluarga berkunjung dan membawa buah tangan, penganan khas Lebaran.
Suasana haru pun mewarnai pertemuan tahanan dan keluarga. Namun bagi yang tidak dikunjungi keluarga, raut wajah mereka tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Begitulah suasana yang terlihat di rumah tahanan Polresta Medan, sejak hari pertama Lebaran hingga kemarin.
Di hari pertama Idul Fitri, ratusan pembesuk tampak mengantre di depan rumah tahanan demi untuk bertemu keluarganya yang ditahan polisi. Antrean itu terjadi sampai hari kedua dan ketiga. Pembesuk baru sedikit berkurang sejak Rabu (22/7). Meskipun begitu, dari pantauan kemarin, masih ada puluhan pembesuk yang mengunjungi sanak saudaranya di hotel prodeo itu.
Menghadapi kondisi itu, petugas piket tampak sedikit kelimpungan saat memeriksa barang bawaan pembesuk seperti rendang, gulai, sayur-mayur, dan makanan lainnya. Senyum para tahanan terlihat sumringah melihat keluarganya hadir di ruang tahanan. Saat berada di ruang piket, sejumlah tahanan pun terlihat lahap menyantap makanan.
Tahanan dan keluarga saling bercengkerama ditemani anak-anak mereka. Salah seorang pembesuk, Siti Fauziah, 40, warga Perumnas Mandala, Medan, mengungkapkan, baru kali ini merayakan Lebaran di penjara karena suaminya terjerat kasus narkoba.
Meskipun dia sudah mengunjungi suaminya pada hari pertama Lebaran lalu, dia datang lagi kemarin untuk mengobati kerinduannya. “Sedih ya pasti sedih. Cuma mau bagaimana lagi, suami saya ditangkap baru-baru ini karena kasus narkoba,” ujar Fauziah di rumah tahanan Polresta Medan.
Sementara seorang tahanan Sofyan Sinaga, 27, warga Jalan Metrologi Percut Seituan, mengaku tidak kecil hati walaupun sejak hari Lebaran pertama hingga kemarin, tak seorang pun keluarganya membesuk. Begitu pun, raut wajahnya tampak kecewa. Dia bahkan merasa orang tuanya tidak peduli lagi kepadanya dan beranggapan dia seorang kriminal.
Beruntung, rekan satu sel tahanannya tak pelit berbagi makanan Lebaran yang dibawa keluarganya untuk dia. Setidaknya, dia bisa mencicipi bagaimana rasanya makanan rumahan karena menu di penjara sering kali mengecewakan.
“Aku masih beruntung karena kawan-kawan bandit di dalam sel ini masih mau ngasih makanan selain makanan rutin dari dalam sel. Tahu sendiri lah kayak mana makanan di kantor polisi ini, ya seadanya sajalah,” ungkap Sofyan yang terjerat kasus pencurian tabung gas ini.
Selalu Dipadati Pembesuk
Kepala Satuan (Kasat) Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polresta Medan Ajun Komisaris Polisi (AKP) S Nainggolan mengatakan, dari tahun ke tahun, ruang tahanan tersebut memang selalu dipadati pembesuk saat Lebaran Idul Fitri. Sebagian adalah keluarga dari tahanan di sana yang berjumlah 140 orang. “Di hari keempat Lebaran saja tercatat ada 136 pembesuk.
Apalagi di hari pertama Lebaran, mungkin bisa melebihi angka itu. Saat Lebaran, kami memberi sedikit kelonggaran waktu bagi pembesuk. Artinya jam berkunjung dilebihkan dari biasanya,” ujar AKP Nainggolan. Sementara itu petugas penjagaan di Ruang Tahanan Polresta Medan, Aipda J Saragi mengungkapkan, ia dan kedua rekannya kewalahan memeriksa barang bawaan ratusan pembesuk yang hendak bersilaturahim di sel tahanan itu.
Kondisi yang dialami rekanrekannya yang bertugas di hari pertama Lebaran dipastikan lebih kewalahan lagi. “Di hari keempat Lebaran saja pembesuk berjumlah 136 orang sehingga harus mengantre. Mana bisa muat ruang tahanan ini kalau semua pembesuk masuk ke dalam,” tuturnya. Dari hasil pemeriksaan barang bawaan pembesuk tahanan, Aipda J Saragi mengaku umumnya yang dibawa makanan dan obat-obatan bagi tahanan.
Dia dan rekannya tidak menemukan barang bawaan yang dilarang. “Nggak ada pembesuk bawa barang yang aneh-aneh,” ujar Aipda J Saragi. Sementara itu, di sejumlah kepolisian sektor kota (polsekta) jajaran Polresta Medan seperti Polsekta Medan Timur, Polsekta Medan Baru, Polsekta Medan Area, Polsekta Sunggal, Polsekta Helvetia, Polsekta Medan Area, dan Polsekta Medan Barat, pembesuk juga terlihat masih mengunjungi keluarga mereka yang ditahan di kantor polisi.
Di Rumah Tahanan Polsekta Medan Baru misalnya, pada hari keempat Lebaran masih dikunjungi pembesuk. Pemandangan tahanan yang sedang menyantap makanan khas Lebaran pun masih terlihat, seperti Lando Pranata Hasibuan, 23, yang sedang menyantap rendang dan ketupat yang dibawa oleh rekan-rekannya.
Meski tak banyak berkomentar, warga Jalan Djamin Ginting ini merasa terharu melihat kepedulian rekannya yang membawa makanan khas Lebaran itu saat mengunjungi dia di tahanan. “Aku enggak ada minta sama kawan-kawanku, tapi aku malah dibawakan ketupat dan rendang sama kawankawan.
Ya orang tuaku bisa melihat saja. Sungkeman setelah itu pergi,” kata Lando yang terlibat kasus penganiayaan sambil meneteskan air matanya. Begitu juga di Polsekta Medan Timur dan polsek lainnya di Kota Medan. Di Polsekta Medan Timur pada hari Lebaran Idul Fitri pertama, pembesuk juga harus mengantre.
Di sana tidak ada ruangan khusus yang disediakan oleh Kapolsekta Kompol Fransisca Munthe bagi tahanan dan pembesuk untuk bersilaturahim. Hanya ada pintu masuk menuju meja pemeriksaan berukuran 3x4 meter saja sebagai tempat pertemuan antara pembesuk dan tahanan.
Seorang pengunjung, Misriatun, 42, mengaku datang untuk melihat suaminya yang ditahan karena terlibat kasus pencurian sepeda motor beberapa waktu lalu. Karena banyaknya pembesuk seperti dirinya, ia harus mengantre sampai mendapat giliran bertemu suaminya. “Ya terpaksa ngantre.
Aku datang pada hari Lebaran pertama, tapi kulihat pembesuknya sangat ramai, jadi aku datang di hari keempat. Itu pun aku jumpa dengan suamiku cuma 10 menit saja. Ya maklum juga lah pembesuk lain kan mau jumpa saudaranya juga di dalam (tahanan),” ujar warga Jalan Mapilindo, Kecamatan Medan Perjuangan itu.
Dody ferdiansyah
(bbg)