Jalur Alternatif Tak Berfungsi

Jum'at, 24 Juli 2015 - 10:23 WIB
Jalur Alternatif Tak...
Jalur Alternatif Tak Berfungsi
A A A
Jalur-Jalur alternatif yang dipersiapkan mengantisipasi kemacetan di jalur utama pantura akibat membeludaknya volume kendaraan, baik saat arus mudik maupun arus balik Lebaran, tidak efektif.

Keberadaan jalur alternatif yang sudah dipersiapkan tidak banyak diminati pemudik, seperti jalur alternatif Slawi-Jatibarang-Ketanggungan dan Kersana (Brebes)- Ciledug (Cirebon). “Pemudik lebih familier dengan jalur utama sehingga jalur alternatif tak banyak dilewati.

Mereka juga lebih memilih jalur utama agar bisa melalui jalan tol, padahal di dalam tol juga mengalami kemacetan,” kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Brebes, Mayang Sri Herbimo, kemarin. Meski demikian, Mayang menilai kemacetan yang terjadi di jalur pantura, tengah, dan selatan, sejauh ini belum terlalu parah karena kendaraan masih bisa tetap melaju meskipun sedikit demi sedikit.

“Artinya tidak sampai stuck atau tidak bergerak sama sekali,” ujarnya. Pantauan KORAN SINDO pada H+6 kemarin, kemacetan di sejumlah titik jalur pantura Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Brebes, masih terjadi kendati volume kendaraan relatif menurun. Tidakhanyadijalurpantura, kemacetan juga terpantau terjadi di jalur tengah dan selatan.

Mayang memperkirakan kemacetan di jalur utama mudik akan terus terjadi hingga Minggu (26/7), karena masih banyak kendaraan pemudik belum kembali ke Jakarta. Adapun di jalur pantura, kemacetan masih dihadapi sejak di wilayah Kabupaten Tegal sampai Brebes. Kendaraan pemudik terjebak kemacetan selama berjamjam di beberapa titik di antaranya didepan Pasar Suradadi, pertigaan Kemantran, dan Padaharja.

Kemacetan parah juga terjadi wilayah Kota Tegal, terutama di Jalan Gajahmada dan Mayjen Sutoyo. Kemacetan tersebut diperparah dengan truk-truk besar mulai banyakmelintasdijalurpanturasejak H+4. Di ruas itu kendaraan lebih sering tak bergerak sama sekali. Salah seorang pemudik asal Malang, Jatim, Tikno, mengatakan, kemacetan sudah terasa sejak di wilayah Pemalang.

“Tapi paling parah memang di Kota Tegal. Hanya bergerak sedikit demi sedikit selama satu jam lebih,” katanya. Seperti terjadi pada H+4 dan H+5, kemacetan di ruas jalur pantura Kota Tegal mengular sampai exit tol Banjaranyar, Brebes Timur. Bedanya polisi tidak sampai memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa contra flow untuk mengurangi kepadatan.

Pemecahan arus kendaraan hanya dilakukan di exit tol dengan mengalihkan sebagian kendaraan ke ruas tol. Dari pantauan, kondisi di dalam tol darurat itu juga tidak menunjukkan ada penumpukan kendaraan. Kemacetan diperkirakan masih akan terjadi hingga Minggu (26/7) mengingat masih ada 800.224 unit kendaraan pemudik dari berbagai daerah di Jateng dan Jatim yang akan kembali ke Jakarta.

Jumlah tersebut didasarkan pada data jumlah kendaraan pemudik yang melintasi wilayah Brebes dari arah Jakarta pada saat arus mudik dan kendaraan yang melintas saat arus balik hingga H+5, seperti dicatat Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes.

“Jumlah kendaraan yang masuk ke Brebes pada arus mudik mencapai 1.299.224 unit, sedangkan yang sudah keluar Brebes mencapai 499.000 unit,” ungkap Mayang. Masih banyak kendaraan pemudik yang belum kembali ke Jakarta dan sekitarnya tersebut, dipastikan akan membuat sejumlah jalur utama mudik di Brebes dan Kota Tegal mengalami kemacetan parah.

Sebab pada H+4 Lebaran, kemacetan parah di jalur pantura tak terhindarkan kendati belum separuh kendaraan pemudik kembali ke Jakarta dan sekitarnya. Tak hanya di jalur pantura, titik kemacetan juga terjadi di jalur tengah terpantau sejak dari wilayah Songgom sampai Larangan, Brebes.

Antrean kendaraan pemudik mobil pribadi mengular karena laju kendaraan lebih sering terhenti. Meski kepadatan kendaraan tinggi, kondisi arus lalu lintas di ruas itu tidak sepenuhnya diberlakukan satu arah untuk kendaraan dari arah Purwokerto. Sebab masih banyak kendaraan roda dua dan roda empat dari arah Pejagan yang melintas sehingga membuat pemudik roda dua tersendat.

Arus kendaraan di ruas tersebut baru mulai lancar ketika mulai memasuki wilayah Kubangwungu, Kecamatan Ketanggungan. Namun, kendaraan kembali hanya bisa melaju perlahan ketika mendekati pertigaan dan Jembatan Dermoleng. Selain meningkatnya volume kendaraan dan ada perlintasan kereta api, kemacetan di Dermoleng dipicu pertemuan arus kendaraan dari arah Pejagan dan arah Jatibarang.

Kemacetan diperparah dengan lalu lalang warga dan kendaraan yang menyeberang. Upaya aparat kepolisian mengurai kemacetan dengan menjadikan dua lajur jalan untuk kendaraan dari arah Purwokerto tak sepenuhnya membantu mengurangi kepadatan.

Pasalnya, kendaraan dari arah sebaliknya tetap nekat melintas. “Becak dan kendaraan warga setempat yang lalu lalang memperlambat sehingga arus lalu lintas tersendat,” ujar seorang anggota Sat Lantas Polres Brebes yang sibuk mengurai kemacetan.

Jalur Selatan Macet

Sementara di jalur selatan, meningkatnya volume kendaraan dan keberadaan perlintasan kereta api menimbulkan penumpukan kendaraan di ruas Jalan Ciregol sepanjang sekitar 2 km. Kepadatan juga terjadi di wilayah Tonjong dan Bumiayu karena ada perlintasan kereta api dan pasar tumpah.

“Kemacetan di Ciregol karena ada perlintasan kereta api di Karangsawah. Ketika kereta lewat, kendaraan otomatis harus berhenti sehingga menyebabkan penumpukan,” kata Mayang. Mayang yang memantau di Bumiayu mengatakan, kepadatan kendaraan di jalur selatan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan dibandingkan hari sebelumnya.

“Peningkatan kepadatan kendaraan dijalur selatan stagnan, masih padat. Disisi lain ruas jalan di jalur selatan sempit tidak seperti di jalur pantura,” kata dia. Dari jalur selatan, arus kendaraan tersendat di kawasan Limbangan dan Kadungora, Kabupaten Garut.

Arus lalu lintas dari arah Tasikmalaya menuju Nagreg terkendala di Limbangan karena ada aktivitas masyarakat di Terminal dan Pasar Limbangan. Sementara arus lalu lintas dari arah Garut Kota menuju Nagreg tersendat di Leles, kemudian Kadungora karena ada pasar, pertigaan jalan, dan perlintasan kereta api.

Setelah melewati kawasan Limbangan dan Kadungora itu, laju kendaraan relatif lancar memasuki lingkar Nagreg, kemudian Cicalengka-Rancaekek sampai Cileunyi, Kabupaten Bandung. “Hambatannya di Pasar Limbangan, terus ada juga yang turun naikanpenumpangdiLimbangan, jadinya macet,” kata Arul pengendara sepeda motor di Limbangan.

Kepala Polres Bandung AKBP Erwin Kurniawan mengatakan, kendaraan dari timur lintas Nagreg merupakan arus yang datang mulai dari Jawa Tengah, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut. Menurut dia, arus kendaraan selama Lebaran banyak, sementara ruas jalan di jalur selatan Jabar itu hanya dapat dilalui dua lajur kendaraan secara dua arah.

Setelah melewati jalur selatan tersebut, kata dia, kepadatan kendaraan dapat terurai setelah memasuki lingkar Nagreg menuju barat atau Cileunyi. “Kepadatan di jalur selatan itu akan terurai saat masuk ruas jalan lingkar Nagreg yang memiliki jalan lebar,” katanya. Kemacetan juga terjadi di lintas Gentong, Kabupaten Tasikmalaya, menuju Malangbong, Kabupaten Garut.

Kepadatan arus kendaraan dari arah timur menuju barat itu mulai Jalan raya Ciawi memasuki pertigaan Pamoyanan. Laju kendaraan juga sempat tersendat saat keluar jalan lingkar Gentong dan Gentong atas, Kecamatan Kadipaten.

Farid firdaus/ yan yusuf
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7319 seconds (0.1#10.140)