Berwisata ke Kabupaten Tegal, dari Gunung Hingga Pantai
A
A
A
Kabupaten Tegal tidak kalah dengan daerah-daerah lain dalam hal potensi di bidang pariwisata. Memiliki wilayah geografis berupa dataran dan pegunungan, kabupaten ini bahkan bisa dibilang memiliki destinasi wisata yang lengkap.
Jika ingin berlibur sembari menikmati udara pegunungan yang bersih dan sejuk misalnya, datanglah ke Obyek Wisata (OW) Guci. Tempat wisata ini terletak di kaki Gunung Slamet, sekitar 25 kilometer (km) dari pusat Kota Slawi. Belum lama ini, kami, sejumlah wartawan dan tim dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jateng, berkesempatan berkunjung ke obyek wisata pemandian air panas geotermal tersebut.
Udara dingin sudah menyergap ketika kami mulai menyusuri jalan yang naik turun dan mulus menuju Desa Guci, Kecamatan Bojong, lokasi obyek wisata. Mendekati loket retribusi, sepanjang jalan pandangan mata dimanjakan hamparan hijau areal pesawahan yang ditanami berbagai sayuran.
Selain udara sejuk pegunungan, Guci menawarkan sensasi mandi dan berendam di air panas yang bersumber langsung dari Gunung Slamet. Untuk pemandian air panas, ada dua jenis pemandian yang bisa dipilih wisatawan. Pemandian terbuka dan pemandian tertutup.Jika memilih pemandian terbuka, ada dua lokasi yang bisa dikunjungi, yakni Pancuran 13 dan Pancuran 5.
Di dua tempat tersebut terdapat kolam besar dan pancuran yang jumlahnya sesuai dengan nama tempat. Kedua lokasi ini sama-sama menjadi favorit wisatawan. Sedangkan untuk pemandian tertutup, wisatawan harus membayar retribusi agar bisa bebas mandi air hangat sepuasnya.
Tiket retribusi yang dipatok cukup murah, yakni Rp3.500 untuk dewasa, dan Rp3.000 untuk anak-anak. Setiba di Pancuran 13, kami tak berpikir panjang untuk menceburkan diri ke kolam penuh air yang meruapkan uap panas. Pagi itu, wisatawan yang mandi belum terlalu ramai, sehingga kami leluasa untuk menikmati air panas yang mengucur tanpa henti.
Saat matahari beranjak meninggi, wisatawan yang datang untuk mandi kian banyak meskipun hari itu bukanlah hari libur. Kami pun memutuskan untuk menyudahi berendam dan mengganti pakaian di tempat ganti pakaian yang berada tak jauh dari kolam pemandian. Selain air panasnya yang menyegarkan badan, istimewanya pemandian air panas Guci jika dibandingkan dengan pemandian air panas lain adalah kondisi airnya yang tidak berbau belerang.
Tak hanya itu, airnya juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Konon, dahulu daerah Guci masih bernama Dukuh Kaputihan dengan kondisi warganya banyak yang menderita penyakit kulit. Berbagai jenis tanaman yang ditanam juga sering mati terserang hama.
Suatu ketika datanglah Syekh Sutawijaya, seorang ulama murid Sunan Gunung Jati ke Dukuh Kaputihan. Syekh Sutawijaya kemudian meminta warga berdoa meminta kesembuhan dan mengambil air dan mandi di pancuran yang bersumber dari kaki Gunung Slamet menggunakan kendi.
Ajaib, selepas mandi dengan air yang dibawa, warga berangsur-angsur sembuh dari penyakitnya. Khasiat itu kemudian menyebar dari mulut ke mulut sehingga semakin banyak warga yang datang ke pancuran untuk mandi. “Dari kendi atau guci yang dibawa warga untuk mengambil air itu akhirnya Dusun Keputihan lebih dikenail sebagi Guci, lama-lama berubah jadi Desa Guci,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) OW Guci, Abdul Haris yang menemani kunjungan kami.
Untuk bisa menikmati pemandian air panas Guci, wisatawan tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Tiket masuk yang dipatok pengelola terbilang cukup murah. Pada hari libur akhir pekan harga tiket Rp7.000 untuk orang dewasa dan Rp6.500 untuk anak-anak. Adapun pada hari biasa, harga tiket hanya Rp5.000 untuk orang dewasa dan Rp4.500. “Saat hari libur nasional harga tiket juga tidak kami naikan,” kata Haris.
Guci memang identik dengan pemandian air panasnya. Namun, sejumlah wahana lain yang ada komplek obyek wisata juga tak ada salahnya untuk mengisi liburan bersama keluarga ataupun teman. Di antarnya arena camping ground, kolam renang, taman bermain anak, hingga arena outbond. Wisatawan juga bisa berkeliling area obyek wisata sembari menikmati pemandangan dengan menunggang kuda.
Bagaimana jika hendak menginap? tidak perlu khawatir. Terdapat jejeran villa dan hotel nyaman yang bisa digunakan untuk beristirahat. Tarif per malamnya pun beragam sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan.
Jangan lupa juga menyisakan waktu untuk berburu cenderamata khas sebagai oleh-oleh atau sayur-mayur segar yang banyak dijajakan warga setempat.
Farid firdaus
Jika ingin berlibur sembari menikmati udara pegunungan yang bersih dan sejuk misalnya, datanglah ke Obyek Wisata (OW) Guci. Tempat wisata ini terletak di kaki Gunung Slamet, sekitar 25 kilometer (km) dari pusat Kota Slawi. Belum lama ini, kami, sejumlah wartawan dan tim dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jateng, berkesempatan berkunjung ke obyek wisata pemandian air panas geotermal tersebut.
Udara dingin sudah menyergap ketika kami mulai menyusuri jalan yang naik turun dan mulus menuju Desa Guci, Kecamatan Bojong, lokasi obyek wisata. Mendekati loket retribusi, sepanjang jalan pandangan mata dimanjakan hamparan hijau areal pesawahan yang ditanami berbagai sayuran.
Selain udara sejuk pegunungan, Guci menawarkan sensasi mandi dan berendam di air panas yang bersumber langsung dari Gunung Slamet. Untuk pemandian air panas, ada dua jenis pemandian yang bisa dipilih wisatawan. Pemandian terbuka dan pemandian tertutup.Jika memilih pemandian terbuka, ada dua lokasi yang bisa dikunjungi, yakni Pancuran 13 dan Pancuran 5.
Di dua tempat tersebut terdapat kolam besar dan pancuran yang jumlahnya sesuai dengan nama tempat. Kedua lokasi ini sama-sama menjadi favorit wisatawan. Sedangkan untuk pemandian tertutup, wisatawan harus membayar retribusi agar bisa bebas mandi air hangat sepuasnya.
Tiket retribusi yang dipatok cukup murah, yakni Rp3.500 untuk dewasa, dan Rp3.000 untuk anak-anak. Setiba di Pancuran 13, kami tak berpikir panjang untuk menceburkan diri ke kolam penuh air yang meruapkan uap panas. Pagi itu, wisatawan yang mandi belum terlalu ramai, sehingga kami leluasa untuk menikmati air panas yang mengucur tanpa henti.
Saat matahari beranjak meninggi, wisatawan yang datang untuk mandi kian banyak meskipun hari itu bukanlah hari libur. Kami pun memutuskan untuk menyudahi berendam dan mengganti pakaian di tempat ganti pakaian yang berada tak jauh dari kolam pemandian. Selain air panasnya yang menyegarkan badan, istimewanya pemandian air panas Guci jika dibandingkan dengan pemandian air panas lain adalah kondisi airnya yang tidak berbau belerang.
Tak hanya itu, airnya juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Konon, dahulu daerah Guci masih bernama Dukuh Kaputihan dengan kondisi warganya banyak yang menderita penyakit kulit. Berbagai jenis tanaman yang ditanam juga sering mati terserang hama.
Suatu ketika datanglah Syekh Sutawijaya, seorang ulama murid Sunan Gunung Jati ke Dukuh Kaputihan. Syekh Sutawijaya kemudian meminta warga berdoa meminta kesembuhan dan mengambil air dan mandi di pancuran yang bersumber dari kaki Gunung Slamet menggunakan kendi.
Ajaib, selepas mandi dengan air yang dibawa, warga berangsur-angsur sembuh dari penyakitnya. Khasiat itu kemudian menyebar dari mulut ke mulut sehingga semakin banyak warga yang datang ke pancuran untuk mandi. “Dari kendi atau guci yang dibawa warga untuk mengambil air itu akhirnya Dusun Keputihan lebih dikenail sebagi Guci, lama-lama berubah jadi Desa Guci,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) OW Guci, Abdul Haris yang menemani kunjungan kami.
Untuk bisa menikmati pemandian air panas Guci, wisatawan tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Tiket masuk yang dipatok pengelola terbilang cukup murah. Pada hari libur akhir pekan harga tiket Rp7.000 untuk orang dewasa dan Rp6.500 untuk anak-anak. Adapun pada hari biasa, harga tiket hanya Rp5.000 untuk orang dewasa dan Rp4.500. “Saat hari libur nasional harga tiket juga tidak kami naikan,” kata Haris.
Guci memang identik dengan pemandian air panasnya. Namun, sejumlah wahana lain yang ada komplek obyek wisata juga tak ada salahnya untuk mengisi liburan bersama keluarga ataupun teman. Di antarnya arena camping ground, kolam renang, taman bermain anak, hingga arena outbond. Wisatawan juga bisa berkeliling area obyek wisata sembari menikmati pemandangan dengan menunggang kuda.
Bagaimana jika hendak menginap? tidak perlu khawatir. Terdapat jejeran villa dan hotel nyaman yang bisa digunakan untuk beristirahat. Tarif per malamnya pun beragam sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan.
Jangan lupa juga menyisakan waktu untuk berburu cenderamata khas sebagai oleh-oleh atau sayur-mayur segar yang banyak dijajakan warga setempat.
Farid firdaus
(ftr)