TNI Diminta Setop Beli Pesawat Bekas
A
A
A
YOGYAKARTA - Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan, banyak pesawat milik TNI yang dibeli dalam kondisi bekas, dengan kondisi layak pakai. Namun, diperbaiki kembali agar terlihat seperti baru.
"Dioverhaul sehingga layak terbang seperti baru, tapi pesawat yang kita beli itu bekas," katanya, kepada wartawan, Minggu (12/7/2015).
Sukamta mengetahui pembelian pesawat bekas (overhaul) itu ketika melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada Jenderal Gatot Nurmantyo, sebelum dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Panglima TNI, beberapa waktu lalu.
Politikus PKS DIY itu menyebut, alasan TNI membeli pesawat bekas karena keterbatasan anggaran yang ada. Sehingga, ketiadaan dana rela membeli pesawat bekas yang disulap seperti baru.
"Dulu polese TNI karena keterbatasan anggaran, kemudian lebih memilih untuk mendapatkan hibah barang yang tidak baru, tapi layak jalan seperti baru," ujarnya.
Perbandingan harga pesawat bekas jauh lebih murah dibanding dengan yang baru. Alasan ekonomis itu membuat TNI mengambil langkah dalam membeli pesawat bekas dari luar negeri.
"Itu kalau beli baru dapat dua, tapi kalau dengan barang bekas dapat enam," jelasnya.
Pada awal pembelian, kata dia, sudah ada masalah muncul. Begitu juga di belakang hari masalah pada pesawat yang notabene barang bekas.
"Masalahnya, overhaul ternyata mahal, anggaran awal 600 juta dolar membengkak jadi 800 juta dollar untuk membeli pesawat," ujarnya.
Yang kedua, lanjut dia, di belakang hari juga muncul masalah lain. F-16 misalnya, beberapa waktu lalu tidak bisa terbang saat berada di Halim Perdanakusuma.
Meski demikian, dia belum mendapat data secara rinci berapa jumlah pesawat TNI yang merupakan barang bekas. Namun, Komisi I akan mengawal komitmen Panglima TNI dalam melakukan pembelian alutsista.
"Saat fit and proper test, Panglima TNI (Gatot Nurmantyo), punya komitmen untuk membeli alutsista yang baru, bukan bekas lagi," katanya.
"Dioverhaul sehingga layak terbang seperti baru, tapi pesawat yang kita beli itu bekas," katanya, kepada wartawan, Minggu (12/7/2015).
Sukamta mengetahui pembelian pesawat bekas (overhaul) itu ketika melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada Jenderal Gatot Nurmantyo, sebelum dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Panglima TNI, beberapa waktu lalu.
Politikus PKS DIY itu menyebut, alasan TNI membeli pesawat bekas karena keterbatasan anggaran yang ada. Sehingga, ketiadaan dana rela membeli pesawat bekas yang disulap seperti baru.
"Dulu polese TNI karena keterbatasan anggaran, kemudian lebih memilih untuk mendapatkan hibah barang yang tidak baru, tapi layak jalan seperti baru," ujarnya.
Perbandingan harga pesawat bekas jauh lebih murah dibanding dengan yang baru. Alasan ekonomis itu membuat TNI mengambil langkah dalam membeli pesawat bekas dari luar negeri.
"Itu kalau beli baru dapat dua, tapi kalau dengan barang bekas dapat enam," jelasnya.
Pada awal pembelian, kata dia, sudah ada masalah muncul. Begitu juga di belakang hari masalah pada pesawat yang notabene barang bekas.
"Masalahnya, overhaul ternyata mahal, anggaran awal 600 juta dolar membengkak jadi 800 juta dollar untuk membeli pesawat," ujarnya.
Yang kedua, lanjut dia, di belakang hari juga muncul masalah lain. F-16 misalnya, beberapa waktu lalu tidak bisa terbang saat berada di Halim Perdanakusuma.
Meski demikian, dia belum mendapat data secara rinci berapa jumlah pesawat TNI yang merupakan barang bekas. Namun, Komisi I akan mengawal komitmen Panglima TNI dalam melakukan pembelian alutsista.
"Saat fit and proper test, Panglima TNI (Gatot Nurmantyo), punya komitmen untuk membeli alutsista yang baru, bukan bekas lagi," katanya.
(san)